Wattpad Original
Ada 3 bab gratis lagi

Bab 6

58.8K 4.4K 163
                                    

Di pagi buta, Jayden yang baru bangun tidur menerima panggilan telepon dari mertuanya. Perempuan itu awalnya bicara baik-baik, bertanya tentang keadaan anak-anak dan sebagainya. Belakangan, ia mulai menyebut soal perempuan muda berambut merah yang sering datang ke rumah Jayden.

"Apa kamu punya kekasih baru?"

"Nggak, Ma."

"Siapa perempuan muda itu?"

Jayden menghela napas, tidak suka orang lain mencampuri urusan pribadinya. Ia yakin yang melaporkan masalah Summer pasti si suster baru.

"Tetangga sebelah."

"Oh, apakah penghuni baru? Seingatku dulu, sebelah rumahmu kosong."

"Benar, Ma."

"Kenapa dia bisa akrab dengan kamu?"

"Bukan hanya dengan aku. Lebih tepatnya dengan Fino."

Hening sesaat, tak lama suara si mertua kembali terdengar. "Sayangnya, aku lagi di luar kota. Kalau nggak, aku pasti ingin kenal Summer itu."

Perasaan Jayden tidak menentu. "Untuk apa, Ma?"

"Kenal saja, wajar bukan? Dia bergaul akrab dengan cucu-cucuku."

Menghela napas panjang, Jayden berusaha untuk menahan kesal. Meski begitu ia tetap bicara dengan sopan, menghormati perempuan yang menjadi mertuanya. Ia ingat, perempuan itu adalah orang yang mengandung dan melahirkan almarhumah istrinya. Sudah selayaknya ia bersikap hormat, tetap saja ada hal-hal tertentu yang tidak boleh dilanggar. Masalah pribadi, contohnya.

"Ma, seingatku selama lima tahun ini, meskipun Tiara sudah tiada, tapi kita selalu menjaga hubungan baik."

"Memang, Jayden."

"Kalau begitu, harusnya tetap sama sampai tahun-tahun mendatang."

Terdengar helaan napas panjang. "Maksudmu apa?"

"Jayden hanya minta, Mama mengerti. Urusan Summer adalah masalah pribadiku. Selama yang aku lakukan baik untuk anak-anak, aku nggak mau orang lain ikut campur."

"Jay, perempuan itu merokok!"

"Dari pada memata-mataiku dan Summer, kenapa Mama nggak bilang sama suster itu untuk bekerja dengan baik. Jangan sampai terjadi lagi, Fino merasa stress. Kalau nggak, aku akan memecatnya!"

Mereka memutuskan sambungan telepon dengan suasana yang kurang menyenangkan. Jayden sendiri merasa kurang nyaman karena mertuanya sudah ikut campur urusannya. Lima tahun ia menduda, tidak pernah tertarik dengan perempuan mana pun. Bahkan pilihan orang tuanya pun, ia tidak pernah turuti. Kenapa kini harus berbeda?

Keluar dari kamar, ia mendapati Fifi sarapan sendirian. Ia meletakkan tas hitam di meja dan mengedarkan pandangan ke sekeliling ruang makan.

"Kakak, di mana adikmu?"

Fifi menatap papanya dan menghela napas dramatis. "Adik pergi ke rumah sebelah, lalu suster menyusulnya."

Bola mata Jayden melebar, ia buru-buru melangkah ke depan diikuti oleh Fifi yang meninggalkan sarapannya.

Di depan rumah Summer, terjadi perdebatan sengit dengan Fino sebagai objeknya. Si suster menatap Summer yang menggendong Fino dengan tatapan tidak suka.

"Lepaskan anak itu!"

"Siapa lo? Berani nyuruh-nyuruh."

"Aku orang yang mengasuh Fino."

Summer meringis, mengusap rambut Fino yang menggelendot di pinggangnya. "Oh, baru pengasuh, udah belagu. Kali aja lo lupa, kenalin sekali lagi, gue mamanya Fino!"

Duda Next DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang