Wattpad Original
Ada 1 bab gratis lagi

Bab 8

45.3K 3.1K 35
                                    

Hari kedua menjaga anak-anak Jayden, Summer memperhatikan mereka dengan teliti. Fino masih seperti biasa, gembira bisa diantar jemput Summer. Tidak hanya itu, siang dibawa ke salon, malam tidur ditemani, bocah itu mengoceh senang pada siapa pun yang mendengarkan kalau dia punya mama.

Fifi, gadis kecil itu tidak menangis hari ini, tapi wajahnya murung. Summer berpikir untuk mengajaknya bicara dari hati ke hati, tapi diurungkan. Ia tidak terlalu dekat dengan Fifi dan takut juga kalau niatnya akan ditolak gadis kecil itu. Padahal, ia hanya ingin tahu apa yang mengganggunya.

Saat menjemput Fifi pulang sekolah, Summer terus memperhatikan dari jok belakang. Bagaimana Fifi terlihat menahan tangis. Ia mengusap rambut Fino yang berbaring di pangkuan dan berucap pada sopir.

"Pak, mampir ke restoran depan, ya?"

"Yang mana, Nona?"

"Burger."

Fino terlonjak. "Asyiik, mau mamam bulgel."

"Fino suka?"

"Suka, Mama. Nanti Fino mau yang gedee, bulgelnya."

"Iya, tapi dihabisin makannya."

Fino mengangguk, mendekat ke arah Summer dan berbisik. "Boleh pakai es klim nggak?"

Summer mengerling, mengetuk hidung Fino dengan lembut. "Mau es krim?"

"Lasa coklat."

"Boleh, asal burgernya habis."

"Iya, Mama."

Sepanjang Summer bercakap dengan Fino, sang kakak tidak mengeluarkan satu patah kata pun. Tetap diam dan duduk tegak di jok depan. Summer mulai khawatir karena tidak biasanya Fifi begitu. Gadis itu biasanya jarang sependapat dengannya dan selalu punya cara untuk mencela.

Tiba di restoran burger, Summer meninggalkan Fino dan Fifi di meja untuk memesan makanan. Dua nampan penuh berisi burger, kentang, dan minuman ia beli. Fino paling banyak bicara, mengoceh tentang hal apa pun dengan Summer yang sabar untuk mendengarkan.

"Mama, mau cuci tangan." Fino menunjukkan jarinya yang terkena saos.

Summer mengangguk. "Bisa sendiri, 'kan?"

"Bisa, Mama."

Turun dari kursi, Fino bergegas menuju wastafel pendek yang disediakan untuk anak-anak. Mata Summer tak pernah lepas mengawasi anak itu sambil makan kentang. Di depannya, Fifi menyantap burgernya dengan pelan, seolah tidak punya nafsu makan.

Selesai mencuci tangan, Fino berlari mendekat dan menabrak pelan seorang laki-laki dengan nampan di tangan. Minuman tumpah dan membasahi lantai. Summer buru-buru bangkit dari kursi.

"Finoo!"

"Mamaa."

Laki-laki yang ditabrak menatap Summer sambil berdecak. "Bu, kalau punya anak diawasi. Jangan diumbar. Lihat, lantai jadi basah."

Summer tersenyum. "Maaf, nggak sengaja tadi."

"Yah, memang nggak sengaja. Coba kalau situ ngawasin dengan bener, pasti nggak nabrak. Makanya kalau punya anak diurus, jangan main hape terus. Mama modelan apa, sih?"

"Iya, maaf."

Sepanjang laki-laki itu mengomel, Summer hanya mendengarkan dan menggumamkan kata 'maaf'. Setelah reda rasa marah dan lantai sudah dibersihkan, ia mengajak Fino kembali ke meja.

"Anak mama lain kali kalau di tempat ramai, nggak boleh lari-lari."

Fino mengangguk. "Iya, Mama."

"Mau main sebentar? Itu, ada yang kosong."

Duda Next DoorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang