12🔫

321 36 2
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***


Rintikan hujan sore, kini mengguyur kota Bandung. Menciptakan hawa dingin yang menusuk ke dalam tubuh, memaksa orang-orang untuk menghentikan aktivitasnya hari ini. Dan lebih memilih berdiam diri di rumah, atau di restoran terbuka, berniat mencari kehangatan.

Seperti seorang lelaki yang mengenakan topi hitam, dia duduk di salah satu kursi restoran. Segelas kopi yang terlihat masih panas, menemaninya dalam kesendirian. Saat orang-orang duduk berdua bersama pasangan atau keluarga, lelaki itu malah duduk sendiri di barisan paling pojok dekat jendela.

Kepalanya terus tertunduk, memainkan sebuah tablet berukuran sedang dengan mimik wajah serius. Sesekali dia tersenyum sinis, sambil menghisap sebatang rokok. Dia tertawa dalam diam, saat melihat sesuatu yang menarik dalam benda persegi panjang itu.

Tangannya menyimpan puntung rokok di atas asbak, kemudian meraih segelas kopi. Berniat meminumnya, dengan mata yang terus tertuju pada benda pipih itu. Saat bibirnya akan menempel dengan gelas, dering telfon menghentikan segalanya.

Dia berdecak pelan sambil mematikan tablet nya, dan beralih meraih phonsel yang tergeletak di atas meja. Dengan perasaan malas, dia mengangkat panggilan telfon itu.

“Kenapa?!” tanya lelaki itu lantang, hingga membuat orang-orang menoleh sekilas padanya.

“....”

Tangan lelaki itu terkepal kuat, saat mendapat kabar dari bawahannya. “Sialan! Kenapa bisa ke lacak hah?!” tanya nya kembali, dengan penuh penekanan.

“....”

“Bodoh!” Lelaki itu menggebrak meja, dan langsung berdiri dari duduknya.

Dia menatap keluar jendela, matanya melihat sebuah mobil yang terparkir di sebrang jalan. Yang berjarak tidak jauh dengan restoran yang dia tempati sekarang. Dengan perasaan panik, dia langsung mengeluarkan uang dari saku celana kemudian di simpan di atas meja.

“Panggil para bantuan! Mereka udah ngintai gue, cepet!” tekannya, sambil berjalan ke luar dari restoran.

Di sisi lain, Neo dan Ardi masih fokus mengintai target. Kedua lelaki tampan itu, terus menatap ke arah sebuah restoran dengan sangat fokus. Mereka tidak mau, jika ada satu hal pun yang terlewat kan. Bukannya apa, tapi taruhannya nyawa mereka sendiri. Kalau sampe gagal, bisa di penggal kepala mereka oleh Jenderal.

Neo bergidik ngeri, saat mengingat amanat yang di berikan Jenderal mereka sebelum melancarkan aksi. “Duh, jangan sampai kepala saya lepas. Mana belum nikah, ya Allah!” lirihnya penuh dramatis.

THE POLICE [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang