2🔫

459 28 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

....


“Are you ready?!” teriak Rere sambil mengarahkan remote yang ia pegang, ke layar laptop.


“Ready!” jawab Ezi, Karin dan Kiren. Mereka semua adalah teman-teman Rere, kini ke empat gadis itu tengah melakukan video call.

“Ok, one ... two ... tree!”

“A?!” teriak teman-teman Rere.

“Awal nya teman biasa!” sambung Rere.

“B?!”

“Biasa menjadi suka.”

“C?!”

“Cuan mu sungguh menggoda!”

“Asyik! Slebew!”

“D?!”

“Detak jantung berbicara!” Rere mengangkat kedua tangannya ke atas. “Semua!”

“Uangmu yang ku puja. Uangmu yang membuat ku jatuh cinta!” teriak Ezi, Karin dan Kiren bersamaan.

“Asoy!” teriak Rere, sambil berjoget tidak jelas.

“Ingin ku mengatakan, i love you and i miss you!”

“Lagi-lagi ku gak bisa?”

“Tidur!”

“Lagi-lagi ku gak bisa?!”

“Makan!”

“Pikiran ku selalu melayang. Uang mu pun selalu terbayang!” teriak mereka semua dengan kompak.

“E ... e ... e ... ah!”

Bruk!

Rere langsung menghentikan gerak kan joget nya, saat sebuah bantal mendarat tepat di wajah gadis itu. Yang membuat Ezi, Karin juga Kerin langsung terbahak.

“Berisik tahu gak?! Udah malem ini!” teriak Batara dari ambang pintu kamar, yang membuat semua teman Rere membulatkan mata karena kaget.

“Singanya dateng coy!” heboh Ezi.

“Ih takut, kabur!” teriak Kerin dan Karin, mereka semua langsung mematikan sambungan video call. Yang membuat Rere mendengus kesal.

Rere menoleh ke samping, menatap nyalang Batara. “Apaan sih lo?! Ganggu gue aja!” teriak Rere tidak terima.

Mata Batara melotot, mendengar suara Rere yang meninggi. Lelaki itu berjalan cepat ke arah isterinya itu, kemudian menjitak kepalanya pelan.

“Hallo? Yang teriak-teriak dari tadi siapa? Kamu atau saya? Kamu kan?”

“Ya terus? Masalah buat lo?” hardik Rere, sambil mengelus-elus kepalanya.

“Masalah!” Batara menunjuk jam dinding. “Kamu lihat ini udah jam berapa? Ini tuh udah malem, Re. Masih aja teriak-teriak. Kamu itu, manusia atau orang hutan sih?”

“Dedemit!”

“Eh?”

Rere melemparkan remote yang ia pegang ke atas kasur, kemudian berlalu pergi dari kamar. Gadis itu berhenti di ambang pintu, ia menatap tajam Batara.

“Apa?!” tanya Batara sambil memelototi Rere.

Rere mendengus. “Dasar Singa Garong!”

“Kamu?!”

“Apa?! Mau marah? Sini! Siapa berani, wle!” tantang Rere, dan langsung menutup pintu kamar.

Batara berdecak sebal, lelaki itu meraih bantalnya kemudian membaringkan badannya di atas sofa. “Dasar cewek aneh!” gumamnya.

***


Pagi menyapa. Sinar mentari mulai menerangi seluruh alam, orang-orang memulai aktivitas mereka masing-masing. Mulai dari lari pagi, dan olahraga lainnya.

Namun berbeda dengan Batara dan Rere, kedua insan itu masih tertidur pulas di tempat masing-masing. Rere yang berada di atas kasur menggeliat, saat mendengar suara phonsel berdering.

Gadis itu meraih sebuah boneka, kemudian ia lemparkan ke arah sofa, dimana Batara tertidur. “Bangun! Ada yang telfon tuh!” teriak Rere dengan mata yang masih terpejam.

“Apa sih? Tinggal kamu angkat juga, apa susah nya? Saya ngantuk!” tolak Batara, dan semakin menarik selimutnya sampai kepala.

Rere mendengus, dengan malas ia meraih benda pipih itu kemudian mengangkat telfonnya, tanpa melihat nama si penelpon.

“Hallo?” sapa Rere dengan suara serak.

“Selamat pagi Sayang, Oma sama orang tua kalian udah ada di depan pintu kamar lho. Boleh Oma masuk?”

Seketika mata Rere langsung membulat, gadis itu langsung duduk di atas ranjang. “Di depan pintu kamar Oma?! Sepagi ini?!” tanya Rere kaget.

“Iya. Oma cuman pengen liat cucu-cucu Oma, setelah malam pertama.”

“Hah?! Hahah Oma bisa aja, hahaha. Bentar ya Oma, jangan buka dulu ya!” ujar Rere was-was.

“Ya sudah. Cepetan!”

Tut!

“Mati gua! Ngapain juga sih Oma, pake acara gitu segala. Kan dodol!” dengus Rere kesal.

Gadis itu turun dari ranjang, kemudian berjalan ke arah sofa. “Woy bangun! Oma di depan pintu kamar!” bisik Rere, yang membuat mata Batara langsung terbuka lebar.

“Oma? Dimana?!” tanya Batara belum percaya.

“Di luar kamar. Oma bilang, pengen liat cucu-cucu nya setelah malam pertama. Aneh banget gak sih?!” ucap Rere, dan berhasil membuat mulut Batara menganga.

Batara menggeleng kan kepalanya. “Gila sih!”

Rere langsung menarik selimut dan bantal yang Batara pakai, gadis itu langsung melemparkan nya ke atas kasur. Tidak sampai di sana, ia juga dengan sengaja mengacak-acak seprai yang masih terlihat rapih itu.

“Terus gimana dong?” tanya Batara panik, lelaki itu mondar-mandir di depan pintu. “Kita aja belum ngelakuin apa-apa, gimana kalau Oma tahu?” Batara menatap Rere yang tengah berdiri di depan cermin.

“Ya palingan, kena serangan jantung!” ucapnya tanpa beban.

Mata Batara melotot. “Hus! Kalau ngomong gak pernah di saring dulu apa?!”

Rere berjalan mendekat, gadis itu mendongak menatap Batara dengan prustasi. “Terus gimana? Biar Oma enggak curiga?” tanya nya pelan.

Batara nampak berpikir, lelaki itu menatap lekat wajah cantik Rere kemudian ke arah leher jenjang isterinya, yang tidak mengenakkan jilbab. Dia mendekat, menarik pinggang Rere pelan.

“Mau apa lu?” tanya Rere takut, tangan gadis itu menahan dada bidang Batara agar tidak menempel dengan tubuhnya.

“Aw! Sakit!”


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
THE POLICE [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang