26🔫

196 13 4
                                    

Ciee cuman di baca.
.
.
.
Vote nya❤️🤗



***

“Kenapa? Tumben telfon, biasanya sore kayak gini kamu sibuk. Kangen ya?”

Rere terkekeh setelah melontarkan pertanyaan tersebut pada Batara, wanita itu merasa geli sendiri mendengar nya. Jika di ingat-ingat baru kali ini semenjak pernikahan mereka, ia berani berbicara seperti itu pada suaminya.

Selagi menunggu jawaban Batara, Rere kembali sibuk membereskan pecahan kaca yang masih berserakan. Mendengar suara bising dari telefon, kening Batara mengerut. Sejenak lelaki itu menghentikan aktivitasnya.

“Re? Semuanya baik-baik aja kan? Kamu gak papa?” tanya Batara khawatir, dari balik telefon.

Rere terdiam sejanak, kemudian tersenyum. “Semuanya baik kok, aku baik-baik aja. Gak usah khawatir gitu,” jawab Rere dengan suara ceria.

“Bener? Kamu gak bohongin saya kan?”

“Iya. Ngomong-ngomong, kenapa telefon? Apa ada masalah?” tanya Rere mengalihkan pembicaraan.

Menyembunyikan kebenaran, kini menjadi jalan terbaik untuk Rere. Wanita itu tidak mau, jika nantinya Batara akan kembali merasa bersalah dan ujung-ujungnya, lelaki itu akan kembali berpikiran untuk menceraikan nya. Jangan sampai itu terjadi.

Lagi pula, kejadian tadi tidak terlalu berbahaya. Masih di batas wajar. Jadi tidak ada alasan bagi Rere untuk memberitahukan pada Batara, kecuali nanti, bila waktunya sudah tepat.

“Saya cuman mau kasih kabar, kalau saya bakal gak pulang malam ini. Saya dan Helmi sedang dalam perjalanan ke Bandung, kami ada urusan di sana.”

“Ouh ya udah. Hati-hati di jalan ya.”

“Kamu gak papa di rumah sendiri?”

Rere terkekeh, ia menggelengkan kepala sambil beranjak berdiri. “Gak papa lah, kan udah biasa.”

Dari sebrang sana Batara menghela nafas berat, lelaki itu merasa khawatir membiarkan istrinya sendiri di rumah. Ditambah lagi, sejak tadi perasaannya mendadak tidak enak.  Pikiran-pikiran negatif terus bersarang di benaknya.

Apa dia suruh Heny atau Jeny untuk menemani Rere? Ya, mungkin itu cara terbaik.

“Lah, kok diem? Sayang?!”

Batara tersentak, saat mendengar ucapan keras Rere. “Hah? Ah iya. Gimana kalau saya suruh mami atau bunda, buat temenin kamu?”

“Gak usah! Aku tuh gak papa, ngeyel banget kalau dikasih tahu!” jawab Rere kesal.

“Iya, tapi kan say—”

Ting Tong!

Ucapan Batara langsung terhenti, saat mendengar samar-samar jika bel rumah berbunyi. Kening lelaki itu mengerut, begitupun dengan Rere. Ia langsung berjalan ke arah pintu utama, tanpa memutuskan panggilan telefon.

“Kayaknya ada tamu deh,” gumam Rere setelah mengecek dari jendela.

“Tamu? Siapa?”

“Gak tahu. Udah dulu ya, bye Sayang. Hati-hati di jalan, love you.”

“Tapi Re —”

Tut!

Batara berdecak kesal, saat Rere sudah memutuskan panggilan telefon nya secara sepihak. Lelaki itu mengusap wajahnya kasar, sambil terus mencoba menghubungi Rere kembali.

THE POLICE [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang