"[Name]-san, apa kamu menyukai kucing?" Tanya seorang rekan, Hayama.
"Kucing? Ya, aku pernah memeliharanya saat masih di sekolah menengah."
"He, jadi sekarang sudah tidak ada?"
"Dia akan berusia 10 tahun jika masih hidup sampai sekarang, Hayama-san."
"Nja, lalu apa itu yang ada di lehernu? Bukankah itu terlihat seperti gigitan seekor binatang? Moshikashite, Furuya-san masih memelihara Haro?"
"Aa?"
Lalu kau cepat-cepat pergi ke dalam toilet wanita dan menemukan banyak sekali bekas 'kegiatan' kalian semalam.
Hari ini meski kau dan Amuro datang bekerja saat sore hari, tampaknya tanda cinta yang diberikan olehnya tidak hilang begitu saja, padahal kau yakin bahwa seharusnya benda itu dapat hilang setelah hampir 12 jam lamanya.
"Jika aku memakai turtleneck sekarang pasti akan lebih mencurigakan." Pikirmu.
Amuro sialan,
Padahal aku sudah mengingatkan agar jangan membuat mereka terlihat dengan jelas.
"Sial."
"Sepertinya aku harus menghukumnya saat pulang nanti." Kau pun memikirkan ancaman apa yang bagus untuk suamimu setelah perbuatannya ini.
Saat bekerja pun beberapa rekan dan polisi dari divisi lain tertangkap mencuri pandang pada leher mu, beberapa orang rekan kerjamu sepertinya sudah paham apa maksud bekas yang ada pada dirimu.
Yah mereka bisa menduga siapa orang yang menjadi pelakunya, toh kalian sudah mengumumkan pernikahan saat beberapa bulan berkencan. Dan tentu saja hubungan kalian sudah diketahui oleh hampir semua orang.
"Sebentar lagi jam 8 malam, minna, ayo bersiap pulang." Ketua divisimu mengumumkan waktu selesainya pekerjaan kalian.
"Hai!"
Di dalam mobil saat perjalanan pulang, kau sama sekali tidak membuka pembicaraan dan Amuro pun hanya diam dan fokus mengemudi di jalan yang sedikit macet karena terlalu ramai.
Mulanya dia mengira bahwa kau masih terlalu lelah, namun kemudian hingga kalian sampai di rumah dan turun dari mobil, kau tetap tidak berbicara padanya.
Kau lalu membuka pintu tapi Amuro menahan pergelangan tanganmu. Kau pun menoleh.
"Aku ingin membuka pintunya. Tolong lepaskan." Titahmu.
"Apa kau baik-baik saja?" Tanyanya singkat.
"Ya." Dia melepaskan genggamannya pada tanganmu dan ikut masuk ke dalam rumah.
Kau mengganti seragam polisi dengan piyama namun kau melapisi bagian dalamnya dengan turtleneck yang menutupi lehermu.
Amuro yang melihat ini sedikit heran dan khawatir.
Apa dia mengalami gejala flu?
Dia beranjak dari sofa dan mengambil sesuatu dari kotak P3K yang ada di rumah kalian lalu menghangatkan air limun herbal.
"Minumlah." Amuro meletakkan obat-obatan dan minuman hangat tadi di atas sofa tempatmu berbaring.
"Hng? Untuk apa semua ini?" Kau jelas keheranan.
"Cuaca memang tidak stabil, seharusnya kau tetap berada di rumah, mengapa memaksakan diri datang bekerja? Aku sudah mengatakan padamu bahwa sudah kusiapkan surat cuti bukan?"
Dia mengira aku demam?
"Letakkan saja, aku akan meminumnya nanti."
Kau mengerling malas."Se-ka-rang. Furuya [Name]." Titahnya dengan tegas. Dia melampirkan kedua tangan yang bersidekap, sikapnya saat tidak ingin dibantah.
"Baiklah-baiklah, aku akan meminumnya."
Kau meliriknya yang sudah berada di meja kerja di samping ranjang kalian, menulis laporan, pastinya.
"Aku tidur duluan, jika kau tidak keberatan." Ucapmu memecah kesunyian.
Dia lantas meletakkan pena dan notebook kecilnya, lalu mengalihkan kursi agar menghadap kearahmu.
"Sebenarnya ada apa denganmu hari ini?"
Dia bertanya sembari menopang dagu diatas lutut."Aku tidak apa." Jawabmu singkat.
"Lehermu, kau sakit?" Dia menunjuk turtleneck yang kau kenakan sekarang.
"Karenamu, tentu saja. Terima kasih, Amuro." Kau lalu menarik selimut.
Tapi tak sampai sedetik berlalu, dia menahan gerakan tanganmu, lalu memegang kerah baju dibalik piyamamu, dan menemukan titik masalahnya.
"Jadi masalahnya ini?" Dia duduk di sebelahmu.
"Aku sudah bilang padamu supaya jangan membuatnya terlihat, hari ini semua rekanku membicarakannya."
"Seingatku aku sudah bilang agar kau cuti, tapi kau tidak mendengarkan." Dia sama keras kepalanya dengan dirimu.
"Ya baiklah-baiklah, maaf ini salahku." Kau malas bertengkar dengan lelaki yang merangkap menjadi suamimu ini.
"Tidurlah, [Name]."
Dan kalian tidur memunggungi satu sama lain, tidak seperti biasanya, kalian akan berbaikan dengan 'berhubungan' kali ini kalian justru menolak berdamai.

KAMU SEDANG MEMBACA
Suami : Amuro Tooru
Fiksi PenggemarLet's pretend to be his wife. ©️Detective Conan/Case Closed