2. Tease or Teased

779 57 1
                                    

"Are? Dokoka imasutaka?" Tanyamu sembari menelepon Rei.

"Poirot da-yo. Kau sudah di rumah? [Name]?"

"Hai, kupikir kita akan makan malam hari ini, jadi aku pulang lebih awal."

"Aah gomen-na, kafe sedikit ramai hari ini. Pemiliknya meminta agar aku berjaga sedikit lebih lama."

"Mo daijobu-yo. Kalau begitu aku akan memasak lebih dulu, apa ada yang kau inginkan?"

"Ssa-na, dirimu mungkin?" Guraunya sambil terkekeh.

"Aku serius, anata."

Kenapa aku bisa menikahi pria dengan gombalan maut ini?

Gerutumu pada diri sendiri.

2 jam kemudian...


"Tadaima..." Amuro membuka sepatu dan menggantung jas musim dinginnya di atas rak gantungan.

"Aa, okaeri Furuya-san."

"Furuya-san? Haha... kau memanggil suamimu dengan seperti itu?" Amuro tidak dapat menahan tawanya.

"Ii deshou? Setidaknya ayo nostalgia saat awal berkenalan." Timpalmu.

"Apa ada hal khusus hari ini?" Dia kemudian mencicipi kari yang sedang dimasak dengan api kecil.

"Nai. Shikasi, kau dan aku sudah bekerja keras selama beberapa pekan belakangan ini. Bukankah ini waktu yang tepat untuk merayakannya?" Kau mulai menyiapkan piring dan alat-alat makan lainnya di atas meja makan.

"Benar juga, pekerjaan sebagai agen rahasia ini membuat tenagaku banyak terforsir, belum lagi bagaimana cara menghindari kecurigaan organisasi." Dia lalu meminum air yang sudah kau tuangkan di gelas minum.

"Dakara, jangan lagi menambah pekerjaan. Kau justru semakin lelah kalau bekerja paruh waktu di Poirot bukan?"

"Tapi aku bisa bersenang-senang sesekali, rasanya sangat disayangkan kalau kemampuan masakku tidak dipraktekkan langsung di dunia kerja."

"Heeee...., maksudmu bersenang-senang dengan para wanita muda dan anak SMA yang merupakan pelanggan café?" Kau mencoba menggoda suamimu, mengajaknya sedikit bergurau.

"Kau cemburu? Hmmm bukankah dulu kau baik-baik saja dengan ini?"

"Sore-ya sa, kita belum berkencan waktu itu, lagian apa-apaan kau ini, menjadi agen ganda dengan tiga pekerjaan. Apa kau tahu berapa banyak jumlah pengangguran di Jepang? Itu sedikit kejam, PSB-san."

"Lalu, memangnya kenapa? Selama beberapa tahun menjalani hidup seperti itu aku baik-baik saja."

Kau menyengir lebar.

"Bagaimana kalau aku menggantikanmu di Poirot? Kau punya banyak kesempatan untuk berleha-leha kan? Kudengar atasan kita memiliki banyak agenda untuk para petugas saat tahun baru nanti."

"Tidak." Jawabnya singkat.

"Ha??? Nande? Aku janji kok, tidak akan pulang di malam hari, hora! Bagaimana kalau aku mengambil shift pagi atau saat siang saja?"

"Dame-yo. Furuya [Name]."

"Heeee..... padahal aku sudah susah-susah menyiapkan hari ini."

Hmmm???

"Jadi kau mengajakku makan malam di rumah untuk menanyakan hal ini?"

"Ya kurang lebih begitu, aku hanya merasa kesepian belakangan ini, divisi tempatku bekerja tidak banyak kasus jadi waktu luangku bertambah. Kurasa akan bagus kalau aku melakukan sesuatu sepertimu bukan?"

"Ssa...., bagaimana kalau kau menyarankan hal lain?"

"Bekerja di tempat lain, maksudmu?"

"Ya, bekerja di atas ranjang misalnya."

"Aahh!! Ii-ne, maksudmu work from home? Tapi apa jenis pekerjaan yang bisa dilakukan? Menulis buku? Iya, sepertinya aku kurang cocok jadi penulis, bagaimana kalau ditengah-tengah cerita nanti kepolisian kita menelpon karena kasus? Para pembaca akan mengeluh kenapa karyaku tidak terselesaikan dengan baik."

Amuro mendesah kasar.

"Bukan begitu, honey." Dia berbisik di dekat telinga kananmu.

Aaa???

Tunggu dulu, sejak kapan dia berada di sampingku?

"Bagaimana kalau kau bekerja melayani suamimu di atas ranjang mulai hari ini? Bukankah bagus untuk mengisi waktu luangmu? Termasuk olahraga juga bukan? Kau bisa menghilangkan lemak tubuh dan melatih daya tahan." Dia mulai menggigit pelan daun telingamu.

Ooh tidak

Sesuatu mulai berdesir dalam tubuhku.

Sepertinya ini pertanda buruk.

"Datte, melayani suami adalah kunci awetnya pernikahan, [Name]."
.
.
.
.
"Terlebih lagi, aku ingin mengisi tubuhmu dengan Amuro mini di dalamnya."

Kau bergidik mendengar ucapan suamimu yang begitu dekat.

Dan benar saja,

Tak lama setelah mengatakan hal itu, yang kau ketahui selanjutnya adalah tubuhmu telah dibawa ala bridal style olehnya.

Aku tak perlu memberi tahu apa yang akan terjadi setelah ini, kan?


"Haaahh,,,,aaahhhh Amuro, kompornya!"

"Daijobu, aku sudah mensettingnya untuk mati dalam 15 menit."

"Haaaaa?????"

Suami : Amuro TooruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang