Sesuatu Teringat Kembali

6 3 0
                                    

Budayakan vote sebelum baca~
Follow akun author juga Wuwulana

Tandai kalo ada typo, akan aku perbaiki nanti.

Happy Reading

.

.

.

"Humm ... aku duluan," gumam Sakira nyaris tidak terdengar, tapi bukan Hans Febrian Kuncoro kalau tidak memiliki pendengaran yang tajam.

"Siapa namamu?" Hans meluncurkan pertanyaan yang mampu membuat jantung Sakira copot dari tempatnya.

"Hah!" Sakira melotot tak percaya, "namaku ...." Sakira berpikir sejenak, apa tidak apa-apa jika memberitahu namanya ke seseorang yang tidak dia ketahui asal-usulnya.

"Lupa dengan nama sendiri?" Hans menaikkan satu alisnya.

"Eh, enggak kok. Masyak lupa nama sendiri."

"Terus?" desak Hans sambil menundukkan kepala agar bisa melihat ekspresi gadis yang ada di hadapannya.

"Kira." Sakira mengulurkan tangannya.

"Brian." Sambil menerbitkan senyum tipis dan membalas uluran tangan Sakira yang mungil.

"Duluan, ya?" Sakira melepaskan tautan tangannya.

"Eh, sendirian?"

"Iya."

"Aku antar, ya?"

"Umm ... nggak usah, deh," balas Sakira sambil mengulum senyum.

"Nggak baik, loh. Anak perempuan jam segini keluyuran sendiri." Sambil berjalan mendekati Sakira, lantas mendekatkan bibirnya di dekat telinga perempuan yang nampak berdiri canggung di sampingnya.

"Bahaya," bisik Hans.

Entah angin apa yang membuat laki-laki sedingin es itu bisa peduli sekali dengan seseorang. Ini seakan bukan Hans Febrian Kuncoro yang begitu angkuh dan memiliki hati sedingin es balok dengan ekspresi khasnya bak triplek.

"Eeh!" Sontak Sakira memberi jarak dengan laki-laki yang berada tepat di sampingnya.

"Udah, ayo!" Dengan mode songongnya, Hans mencengkeram lengan Sakira tanda tidak boleh ada penolakan.

Namun, tak lama Sakira berusaha melepas cengkraman itu karena saat tangan kekar Hans menyentuh tangan mungilnya seolah potret masa kelam kembali terulas.

Biasanya tidak pernah seperti ini, tapi entah kenapa rasanya sentuhan laki-laki yang baru dikenalnya memberi penghantar untuk mendobrak kenangan yang sempat terkubur sempurna--sentuhan yang menjijikkan.

"Please ... jangan, Kak." Disertai deru tangis tiada henti dengan penuh permohonan. Namun, yang diajak bicara tidak mau tahu karena masih terpengaruh oleh alkohol, sisi gelap sedang mendominasi laki-laki berpawakan tegap berseragam putih abu-abu itu.

Tak ubahnya iblis yang tidak ingin membuang waktu untuk menerkam mangsa, tidak peduli jerit tangis yang beradu, semua itu bak kekuatan untuknya lebih mendapatkan kepuasan.

"Kenapa?"

Sakira menggelengkan kepala cepat, lantas memberi isyarat dia akan ikut pulang dengan Hans. Sekian detik diantaranya terdiam, Sakira akhirnya mengekori laki-laki bertubuh tegap yang jauh lebih tinggi darinya.

Di dalam mobil, Hans nampak kebingungan. Raut wajah yang ia dapati dari Sakira mendadak membuatnya ngilu.

Sebenarnya ada apa dengan wanita itu, apa hanya karena dia menyentuh tangannya hingga membuat wanita itu menjadi gelisah dan selalu termenung sedari tadi. Saat ini pun Sakira menatap kosong ke depan, menembus kaca mobil.

SOBEKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang