Sri Kandinya Kampus

4 2 0
                                    

Aku mengamati jalanan dari balik kaca mobil mengamati setiap liku jalan yang dilalui. Pikiranku mulai berkelana, mengingat sosok yang beberapa hari lalu mengusik ketenangan hidupku.

Siapa dia sebenarnya?

'Shit!'

"Aduhhh!" Sontak aku mengerang kesakitan saat keningku kejedot dashboard mobil. Rem mendadak, membuatku tidak bersiap karena sedari tadi termenung.

"Maaf, Sa. Tadi ada anak kecil nyebrang jalan ngluyur begitu aja." Raut wajah Nicole berubah khawatir tatkala melihat keningku yang membiru.

Aku tidak membalas alasan Nicole, memilih sibuk dengan nyeri di kepalaku yang mulai menjalar.

Nicole mengamatiku begitu intens. "Tadi aku sudah memeringatimu untuk memakai seatbelt-nya, Sa. Kau ini!" tegur Nicole seraya mendekatkan diri mengikis jarak denganku hendak mengenakan seatbelt untukku.

Aku menahan napas sejenak. Tidak ingin traumaku mendadak menggerayangi otakku.

'Klek!'

Aku membelalakkan mata. Kenapa traumaku kali ini tak hadir seperti saat bersama orang asing itu? Siapa dia? Beribu tanya meluncur begitu saja memenuhi otakku.

"Hai!" Sambil menjentikkan jari tepat di depan wajahku.

"E-eeh." Aku terhenyak mendengar suara berat Nicole dan gerakan tangannya.

"Gue udah beberapakali kali bilang, jangan banyak ngelamun, Sa."

"Humm." Aku hanya membalasnya dengan gumaman tidak jelas.

🍁🍁🍁

"Gue duluan ya, Nic." Seraya mengulur jarak dan melangkah dengan cepat.

"Sa! Buru-buru amat sih, barengan aja kali masuknya. Lagian sekelas juga 'kan?" Nicole mensejajarkan langkahnya di sampingku dengan napas yang masih memburu. Mungkin karena berlari untuk menyeimbangi langkahku.

Di sisi jalan lain menuju kelas, sepasang mata menatap aku dan Nicole dengan tatapan tak suka. Wanita itu sedikit berlari menghampiriku dan Nicole.

"Nic!" panggilnya dengan napas yang masih terdengar memburu.

"Eh, ada Sakira juga," lanjutnya sembari mengulas senyum yang terlihat dipaksakan.

"Hmm ... ada apa, Nasy," balas Nicole berusaha seramah mungkin meskipun terlihat dari gurat wajahnya agak risih.

"Cuman mau ngingetin jangan lupa, nanti jam sembilan ada rapat kegiatan pelatihan silat. Sakira juga, jangan lupa ya?" jelas Nasya.

"Ouh iya makasih udah ngingetin hampir aja kelupaan," ujar Nicole menepuk jidatnya.

"Ya udah, gue duluan ya? Bentar lagi aku ada makul. Bye." Nasya melambaikan tangan dan pergi menjauh, berhambur membelah kerumunan para mahasiswa yang sedang asik dengan aktivitasnya masing-masing.

"Humm, emang ada apaan ya?" tanyaku sambil menggaruk tengkuk yang tidak gatal.

"Itu nantikan bakal ngadain acara besar yang diadakan oleh pembimbing silat kita, ya kita disuruh kumpul buat bahas kelanjutan kegiatannya gitu." Nicole menjelaskan kembali informasi yang disampaikan Nasya tadi secara detail.

"Ouhh ...."

"Jangan lupa, nanti ikut kumpul ya?"

"Hmm," gumamku sambil menganggukkan kepala singkat.

Jarum jam bergerak tiada berhenti, tak ubahnya laju kereta tanpa rem. Salah satu mata kuliah yang membuat para mahasiswa setres telah usai.

Membuat para penghuni kelas menampakkan wajah-wajah sumringah dan ingin cepat-cepat keluar dari kungkungan yang menghantarkan kantuk teramat.

SOBEKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang