Anak laki-laki dengan paras wajah yang nyaris sempurna itu sedang tersenyum sambil membawa kue yang sudah ia hias bersama Hera. Jeno berjalan menuju ke kelas dan tidak sabar untuk bertemu Hera, pasalnya Jeno sudah merangkai kuenya dengan sangat rapih, ia juga menambahkan namanya dan nama Hera di sana. Setelah masuk kelas, pandangan Jeno melihat ke sekeliling, ternyata Hera belum datang, biasanya Hera sudah datang lebih dulu darinya.
"Wididiii, bagus banget kue rangkaian lu, Jeno and Hera. Bhah! Ini mah bukan kue buat kompetisi kelas njir, yang ada kuenya khusus buat lu berdua." celetuk Haechan, teman dekat Jeno.
"Berisik!"
"Ck! Sensi amat si pagi-pagi. Lagi nunggu Hera, ya? Emang lu gak tau kalo dia gak masuk hari ini?"
"Huh?" Jeno mengernyit bingung.
Hera tidak memberikan ia kabar dari semalam, terakhir ia mengantar Hera untuk pulang dan Hera tidak berkata apa-apa setelah itu. "Dia gak masuk kenapa?"
"Sakit-"
"Chan!"
"Hah? Kenapa?"
"Gue titip kue ya, gue mau ke rumah Hera."
"Lah? Udah mau masuk jen, ini begimana kuenya?"
"Minta tolong, izinin gue sebentar, ini kuenya nanti lu yang urusin ya? Nanti kan bu Yoora cuma kasih nilai kuenya, ya? Please, tolongin gue."
"Iye ah! Udah sono, tapi selesai di nilai kuenya gue makan ya?" Jeno menghela lalu meng-iyakan, karena Jeno harus segera pergi untuk bertemu Hera, ia khawatir Hera kenapa-kenapa.
Jeno berlari dan mengambil motornya di tempat parkiran lalu segera bergegas untuk pergi ke rumah Hera, sebenarnya Jeno tidak begitu tau dimana rumah Hera, tapi Hera sempat memberi tau alamat rumahnya pada Jeno, semoga saja alamat yang Jeno kunjungi tidak salah. Setelah berkeliling perumahan, Jeno akhirnya sampai di rumah Hera, ia masih kurang yakin tapi Jeno tetap berusaha untuk bertanya. "Permisi."
"Iya nak?"
"Apa benar ini rumah Lee Hera?"
"Oh iya, benar. Ini rumah Lee Hera, kamu siapanya Hera?"
"Ah, saya teman dekat Hera pak, kalau boleh saya bisa jenguk Hera? Katanya Hera sedang sakit, jadi saya ke sini buat jenguk."
"Ooh, iya silakan. Masuk saja nanti ada yang membukakan pintu."
"Baik, terima kasih pak!"
Jeno berlari kecil untuk pergi ke pintu utama rumah itu, rumahnya cukup besar dan bersih. Anak itu menekan bel dan sosok pria dengan pakaian santai itu membukakan pintu. "Siapa?"
"Permisi paman, saya Jeno teman Hera. Apa benar Hera sedang sakit? Saya ke sini niatnya buat jenguk Hera."
"Jam segini? Bukan nya kamu seharusnya berada di sekolah?" Jeno menggaruk tengkuknya, bingung harus menjawab apa.
Lelaki itu menghela, "Baiklah, silakan masuk! Hera ada di kamarnya, tapi tolong jangan berisik, kayaknya dia baru aja tidur."
Jeno tersenyum lalu mengangguk mengerti. Lelaki itu bernama Mark, iya, Hera adalah anaknya Mark. Mark sempat menatap Jeno dengan intens, seperti mirip seseorang.
Jeno mengetuk pintu Hera dengan pelan, lalu membuka pintu kamar Hera. Terlihat di sana, Hera sedang tertidur pulas dengan sapu tangan yang basah di atas keningnya. Apakah dia sedang demam? Jeno menghampiri Hera dengan langkah yang pelan, ia tidak mau tidur Hera terganggu. "Hey, aku kira kamu bakalan masuk sekolah tadi, ternyata kamu malah sakit gini. Aku khawatir banget pas Haechan bilang kamu sakit, jadi aku langsung ke sini hehe."
Tangan Jeno terulur untuk menyingkirkan helaian rambut yang menutupi wajah cantik Hera. Jeno tersenyum, entah kenapa saat melihat wajah Hera Jeno merasa tenang. Hera terbangun dan langsung menatap ke arah Jeno yang terkejut itu. "Jeno?"
"Eh? Aku ngebangunin kamu ya? M-maaf Hera."
Hera tersenyum manis. "Nggak kok, aku emang kebangun aja. Kamu kok bisa ke sini? Bukan nya seharusnya kamu ada di kelas? Terus kuenya gimana?"
Jeno memanyunkan bibirnya. "Kenapa jen?"
"Aku ke sini buat jenguk kamu, tapi kamu malah nanyain kuenya." Hera terkekeh, Jeno sangat lucu jika sedang ngambek seperti itu.
"Haha, maaf maaf.."
"Gimana? Masih sakit? Udah minum obat kan? Makan? Mau di beliin apa? Biar aku beliin."
"Ya ampun, gak usah Jenoo. Aku udah makan sama minum obat kok tadi, makasih ya udah khawatir sama aku, maaf ngerepotin kamu."
"Nggak, siapa yang ngerepotin? Aku-"
Tok tok!
"Maaf ganggu obrolan kalian."
"Eh paman, gapapa kok."
"Kamu Jeno, ya?" Jeno mengangguk.
"Iya paman, ada apa?"
"Sssh, kayaknya saya pernah denger nama itu deh, kamu juga mirip seseorang, tapi siapa ya.."
Jeno dan Hera saling menatap. "Ah iya maaf, ini di minum Jeno."
"Aduh paman, terima kasih. Maaf merepotkan."
"Nggak kok, santai aja."
"Jeno."
"Iya paman?"
"Kalo boleh tau, orang tua kamu siapa namanya?"
"Kim Doyoung dan Jaenim." betapa terkejutnya Mark saat mendengar itu.
"Kamu? Anaknya.. Mereka?! Astaga, Jeno!" Mark memeluk Jeno dan melihat Jeno sekali lagi dengan baik-baik.
"Kamu sudah besar sekali! Dulu kamu saya lihat masih bayi, sayangnya paman harus pindah rumah, dan semenjak itu paman jarang bertemu mama mu. Gimana keadaan orang tua kamu?"
"Baik paman, mereka baik-baik saja."
"Nanti paman main ya ke rumah kamu? Paman rindu dengan mama mu."
Jeno hanya tersenyum sambil mengangguk. "Iya paman, datang kapan saja, pintu selalu terbuka buat paman dan Hera."
"Kalau tau seperti ini dari awal, papah jodohin aja kamu sama Jeno."
Jeno dan Hera terkejut dan jadi salah tingkah. "Pah!"
"Hahaha!"
Banyak banget ya part bonusnya haha, maaf banget. Soalnya aku gak tau kalo buat buku nya khusus cerita Jeno Jena sama Hera.
KAMU SEDANG MEMBACA
Is Love |• Kim Doyoung
Fanfiction[TAHAP REVISI] ◈Kalau saja saya tidak menyetujui perjodohan ini, tidak akan saya melihat perempuan payah dan murahan seperti dirimu◈ -kim doyoung. [ IS LOVE ] Kim Doyoung Story by kiyeo04