00 | ♨ him!

19.7K 2K 524
                                    

Pagi ini aku bangun lebih awal karena tidak ingin lagi Doyoung mendahului ku untuk bangun pagi. Aku menatap Doyoung sebentar yang masih terbaring pulas di kasurnya. Aku tidak seranjang bersama nya melainkan tidur di bawah kasur beralas karpet.

"Nyenyak sekali tidurmu." gumamku.

Aku menuju ke kamar mandi untuk merapihkan diriku lalu bergegas ke dapur untuk menyiapkan makanan untuknya. Dia sangat suka dengan telur gulung buatanku, jujur aku sangat senang pertama kali nya dia berucap bahwa makananku enak dan menjadi makanan favorite nya. Terkadang aku juga merasa sedih saat dia mencicipi menu baru yang aku buat, dia selalu membuang nya dengan cuma-cuma.

"Hhh... Akhirnya jadi juga telur nya." aku menata telur gulung itu di atas meja dengan rapih diiringi juga dengan jus, buah, sayur dan lainnya. Aku beranjak untuk membangunkan Doyoung, tapi aku sudah melihatnya turun dari tangga dengan pakaian khas kantornya. Ya, dia seorang CEO yang sangat terkenal dan juga orang terkaya kedua di negara ini.

"M-mas, makan dulu." ucapku takut-takut.

Dia menatapku datar sebentar lalu pergi dari hadapanku. Hhh.. Aku menghela napas pasrah, ini bukan berapa kali nya Doyoung seperti ini, melainkan setiap hari.

"Mas Doyoung kan belum sarapan, ah aku buati bekal saja deh." inisiatif ku, aku segera mengambil tempat makan dan menata rapih makanan yang ku buat tadi di tempat makan itu.

"Nyonya Jaenim," aku memberhentikan langkahku dan menatap bi sumi.

"Ada apa bi?"

"Biar saya panggil tuan taeil untuk mengantar nyonya." aku tersenyum dan mengusap pundak bi Sumi lembut.

"Tidak usah bi, saya naik taksi saja. Sudah saya duluan ya takut nanti telat." bi Sumi membungkuk padaku, aku tersenyum lalu berlalu untuk berangkat menuju kantor Doyoung.







"Nyonya jaenim?" aku menoleh pada sumber suara itu lalu bibirku sedikit bergerak membentuk senyuman kecil.

"Sejeong?" perempuan itu menghampiriku lalu membungkuk sopan. "Tumben nyonya kemari? Ada perlu sama pak doyoung pasti ya?" aku mengangguk pelan.

"Biar aku antar,"

"Tidak perlu repot. Saya bisa sendiri." aku tersenyum lalu berlalu dari hadapan nya.

Tok tok!

"Masuk!"

"Mas?" ku lihat ia masih terfokus dengan berkas-berkas nya itu tanpa sedikit menoleh atau menatapku sedikit pun.

"Ada perlu apa?" tanyanya dingin.

"Ah, aku bawa bekal untuk kamu. Tadi kamu kan belum sarapan, takut nanti sakit." akhirnya dia menatapku, tapi bukan dengan tatapan lembut melainkan tatapan tajam nya.

Dia bangkit dari duduknya dan menghampiriku. Aku menunduk tidak berani menatapnya, aku sangat takut jika dia sudah menatapku seperti itu, sungguh.

"Hanya itu?" aku memberanikan diri untuk menatapnya, wajah nya benar benar datar tidak ada ekspresi sama sekali.

"I-iya, aku hanya khawatir." ku dengar dia mendecih lalu tertawa sinis.

Dia mendekat padaku, melirik sebentar tempat makan yang ku bawa, Merampas tempat makanan dariku dengan kasar lalu di buang nya kelantai dengan keras. Terkejut? Sungguh aku sangat terkejut dengan sikapnya yang semakin menjadi padaku. Aku menatap makanan yang ia buang ke lantai, makanan yang susah payah ku buat hanya untuknya dia buang begitu saja. Rasanya aku ingin sekali menangis, tapi aku tidak boleh terlihat lemah di hadapan nya.

Aku tersenyum miris padanya. "SUDAH SAYA BILANG, JIKA KAMU INGIN DATANG KE KANTOR SAYA IZIN TERLEBIH DAHULU!!" aku menatapnya dengan mataku yang tertutup oleh genangan air.

Is Love |• Kim Doyoung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang