"Tolong jangan bunuh dia. Tolong jangan. .dia tidak ada hubungannya dengan kita." Wanita itu memohon memelas, ujung bibirnya robek, ulah dari pria yang berdiri didepannya.
Bibirnya juga sakit untuk berkata. Apalagi luka gores di dahinya juga mulai mengeluarkan darah segar. Semua luka itu dia dapatkan karena melawan pria itu. "Sherly cepat pergi dari sini, tinggalkan ibu nak." Lirihnya pelan.
"Dia anakmu dengan laki-laki b*jingan itukan." Ujar pria yang berdiri tegak dihadapannya. "Tenang saja Caitlin, aku tidak akan membunuh dia. Aku ingin dia merasakan sakit hati sepertiku. Agar dia tau bagaimana rasanya kehilangan orang yang dia cintai. Itu yang kamu lakukan padaku dulu."
"Semua itu cuma masalalu, kamu sudah menikah dan aku juga." Jawab Caitlin.
"Menikah ? Aku menikah dengan wanita itu karena terpaksa dan tak seharusnya kamu meninggalkanku."
"Lalu aku harus menunggumu sampai kalian berpisah. Aku bukan orang yang kejam."
Plak. . Satu tamparan keras mendarat dipipi Caitlin lagi, entah sudah berapa kali pria itu menamparnya.
"Ibu. ." Ucap anak itu lirih. Sherly ingin menolong ibunya tapi dia tak tau harus berbuat apa.
Pria itu mengangkat pistolnya tepat didepan kepala Caitlin.
"Pengkhianatan mu, aku tidak bisa menerimanya. Kamu meninggalkanku demi pria br*ngsek seperti dia. Cinta yang kita jalin hampir tiga tahun kamu anggap sebagai sampah, benar bukan ? Lihatlah dia sekarang, pria yang kau cintai itu sekarang sudah menjadi mayat . Ha ha ha." Tawa keras pria itu.
Caitlin menangis, air mata bercampur darah lewat begitu saja di pipinya. Dia menatap nanar ke arah suaminya yang bersimbah darah. "Jacob." Suaminya itu mungkin saja sudah mati, karena tak ada pergerakan sama sekali.
"Jangan bunuh ibuku, kumohon. . .kumohon. . .kumohon."
Dorr. . .pria itu lalu menarik pelatuk pada pistolnya menembak wanita itu. Caitlin pasrah dan menerima peluru itu bersarang di otaknya. "Lihatlah mereka nak, hahaha. Ini akan menjadi kenangan yang buruk untukmu." Setelah itu pria itu pergi meninggalkan tempat itu.
"Sherly. . ." Ucap Caitlin lirih.
****
Mimpi itu kembali muncul sekali,dua kali, entah sudah berapa kali mimpi itu selalu datang menghantuinya. Pria itu bahkan enggan memejamkan mata karena takut mimpi itu akan datang lagi. Dia bangun dari kursi kebesarannya menatap nanar ke arah luar jendela.
Semua dendam yang dia simpan harusnya telah lenyap setelah kematian wanita itu. Namun semenjak mimpi itu datang pria itu kembali menaruh dendam pada satu keluarga yang dulu pernah dia bantai 20 tahun silam.
Tok. .tok. .tok. .
"Boss. ."
"Masuk. " Jawab pria itu.
"Kami sudah menemukannya bos. Perempuan itu berada di Los Angeles." Ujar pria bertubuh kekar dengan pakaian berwarna serba hitam. Pria itu adalah salah satu anak buahnya.
Pantas saja, selama ini dia mencari perempuan itu di Swedia tapi tidak menemukannya. "Ternyata dia kabur ke Los Angeles." Ujarnya menarik senyum sinis pada satu sudut bibirnya.
"Apa yang harus kami lakukan sekarang bos?"
Pria yang dipanggil bos itu hanya diam, memasang wajah dingin dan datar. Tubuh kekar dan wajahnya yang sangar membuat siapapun pasti takut saat melihatnya. "Bunuh dia dan. . ."
"Terbang ke Los Angeles sekarang juga."
"Baik bos." Jawab anak buahnya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
THAT CEO HE'S MINE 21++
Roman d'amourWarning mengandung unsur 21++ ⚠️❗❗ Ernest Alfie seorang Ceo muda, tampan dan kaya raya terus menggapai kesuksesan dan tak mengenal cinta. Namun itu sebelum Sherly Luister datang kedalam kehidupannya. Sherly Luister adalah seorang wanita yang tumbuh...