Jangan lupa vote&comment yaa. .thank you. .
Sudah hari kedua dia berada dirumah sakit dan hari ini dia sudah diperbolehkan untuk pulang. Itupun karena kemauan Sherly, awalnya Ernest menolak karena dia ingin wanita itu dirawat lebih lama lagi dirumah sakit. Bukan Sherly namanya jika tidak bisa membujuk Ernest untuk menuruti kemauannya.
Berada dirumah sakit sungguh tidak menyenangkan sama sekali. Selain makanan yang terasa hambar, punggungnya juga terasa sakit saat harus berbagi tempat tidur dengan Ernest. Sherly juga ingin cepat-cepat kembali kekantor untuk mengurus pekerjaannya yang tertunda.
Matanya menatap punggung lebar Ernest yang sibuk mengemasi barang-barangnya kedalam sebuah tas besar. Dilihat dari segi manapun pria itu sangat cekatan dalam berbagai macam hal.
Sherly tahu bahwa saat ini dia sudah jatuh cinta pada Ernest walaupun dia tidak mengungkapkannya ataupun mengatakannya secara langsung pada pria itu. Sherly cukup sadar diri karena hubungannya tak lebih dari sebatas kontrak hitam diatas putih. Mungkin Sherly harus menyingkirkan perasaan bodoh itu dengan cepat seiring berjalannya waktu. Walaupun dia tau semua itu tidak akan mudah jika Ernest selalu memperlakukannya sangat manis bagaikan kekasih.
"Sudah siap." Tanya Ernest memastikan Sherly sudah memakai jaketnya dengan benar.
Wanita itu mengangguk lalu turun dari ranjang rumah sakit secara perlahan. Ernest dengan sigap membantunya.
Tangannya tak pernah lepas menggandeng tangan wanita itu, banyak sepasang mata yang menatapnya. Entah kenapa Sherly sedikit kesulitan berada diantara banyak orang. Dia merasa takut dan gugup seakan bahaya akan datang menerjangnya lagi.
Mereka berdua masuk kedalam mobil yang langsung dikendarai oleh Ernest.
Lima belas menit berlalu, wanita itu menatap keluar jendela dengan pandangan bingung. Karena jelas sekali ini bukan arah menuju ke Apartemennya.
"Kita mau kemana ? Ini bukan jalan untuk ke Apartemenku."
Pria itu tetap fokus pada kemudinya. "Apartemenku."
"Maksudmu ?"
"Kita akan tinggal di Apartemenku untuk sementara waktu sampai kondisimu membaik dan keadaannya aman."
"Tapi aku baik-baik saja sekarang dan aku tidak mau tinggal di Apartemenmu." Tolak Sherly.
"Aku belum menemukan orang yang berniat mencelakaimu Sher, bisa saja pria itu tahu alamat Apartemenmu."
Sherly terdiam, yang dikatakan Ernest ada benarnya juga. Dia akhirnya menurut saja dengan pria itu. Tidak lama kemudian mereka tiba di Internasional hotel milik Ernest.
"Kita sudah sampai." Kata Ernest, pria itu turun dan membukakan pintu mobil untuk wanita itu.
"Aku bisa jalan sendiri." Ujarnya saat tangan Ernest ingin merengkuhnya.
"Kuat."
"Iya kuat."
"Yakin nggak mau aku gendong."
Sherly menggeleng, tidak ingin terlihat mencolok diantara banyak orang hanya karena Ernest menggendongnya.
"Masih ada yang sakit hem ?"
"Nggak Ernest, aku jauh lebih baik."
"Baiklah ayo."
Sherly mengikuti Ernest dengan perlahan, dulu dia sering datang ke hotel ini menghabiskan malam yang panjang bersama pria itu. Tapi Sherly baru tau jika Ernest punya Apartemen di hotel ini. Yah itu wajar karena hotel ini milik Ernest.
Mereka berdua naik kelantai paling atas. Dilantai paling atas itu hanya ada satu pintu kamar yaitu milik Ernest.
"Sandinya adalah tanggal ulang tahunmu." Ujarnya pria itu menekan tombol pada pintu Apartemennya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THAT CEO HE'S MINE 21++
RomanceWarning mengandung unsur 21++ ⚠️❗❗ Ernest Alfie seorang Ceo muda, tampan dan kaya raya terus menggapai kesuksesan dan tak mengenal cinta. Namun itu sebelum Sherly Luister datang kedalam kehidupannya. Sherly Luister adalah seorang wanita yang tumbuh...