Wulandari

4K 28 2
                                    

Tegar berjalan menyusuri jalan setapak di tengah hutan. Pagi-pagi sekali dia telah meninggalkan kediaman keluarga Karta. Mulutnya sibuk mengunyah pisang rebus, bekal pemberian nyonya Karta. Seakan tanpa beban, Tegar berjalan santai mengikuti langkah kakinya berpayung pohon akasia.

Tiba-tiba langkah Tegar terhenti.

"Kau manusia atau setan? Jika manusia, turunlah..." Tegar berucap pada kerimbunan hutan.

Tidak ada jawaban, hutan tetap sunyi.

"Kalau tidak mau turun berarti kau orang jahat."

Sosok yang diajak bicara oleh Tegar tetap bungkam.

"Baiklah jika itu maumu.." Tegar melempar pisang yang setengah digigitnya ke arah dahan pohon akasia di sebelah kirinya membuat sasarannya patah membuat suara ledakan.

Sesaat sebelum dahan itu patah, sosok yang bertengger di atasnya meloncat dan berdiri di depan Tegar. Sesosok gadis cantik berpakaian kuning berdiri di depannya. Gadis berkulit putih mencakupkan kedua tangannya di depan dada.

"Siapakah nyisanak ini? mengapa mengawasiku?"

"Maafkan saya kisanak," gadis itu membungkuk di depan Tegar, "saya tidak bermaksud jahat. Saya mendengar ada seorang pendekar yang mengalahkan prajurit Pangeran Jalapati di rumah Kepala Desa Taru Aron kemarin sore, apakah pendekar itu adalah kisanak ini?"

Tegar terdiam sesaat dan memandang curiga pada gadis itu. Bila ditaksir, umur gadis itu beberapa tahun di atas Tegar.

Melihat lawan bicaranya curiga, gadis itu meraih pedang di pinggangnya. Tegar bereaksi, tangan kanannya terangkat ke samping telinganya, bersiap menyerang gadis itu.

"Tahan dulu kisanak, saya tidak bermaksud jahat." Wulandari ngeri melihat tangan Tegar mulai diselimuti cahaya putih. Segera dia melempar pedangnya dan jatuh tepat di hadapan Tegar. "Nama saya Wulandari, saya bisa menjelaskan semuanya," kata Wulandari memperlihatkan tangannya yang tak bersenjata.

Cahaya putih di tangan Tegar sirna saat tangannya turun namun matanya masih mengawasi gadis itu dengan seksama.

"Katakan apa maumu?" kata Tegar.

"Saya hanya ingin menemui pendekar yang mengalahkan pasukan Jalapati."

"Lalu?"

"Saya hanya ingin meminta pertolongannya. Apakah kisanak adalah pendekar yang saya cari?"

Tegar berpikir sejenak dan berkata, "benar... akulah yang kau cari, pertolongan apa yang kau inginkan?".

"Saya ingin kisanak membantu saya membalas dendam pada Jalapati yang telah membunuh orang tua saya."

"Tapi aku tidak ada urusan dengan Jalapati."

"Jalapati adalah penguasa di daerah ini. Dia membunuh, merebut anak gadis orang, memaksakan upeti dengan semena-mena dan juga kisanak telah mengalahkan prajurit Jalapati, dia pasti akan mencari kisanak untuk membuat perhitungan. Saya mohon kisanak bersedia membantu saya." Nada suara Wulandari meninggi, matanya berkaca saat membujuk Tegar.

Ketegangan yang tadinya dirasakan oleh Tegar seketika berubah begitu melihat air mata Wulandari yang mulai menetes. Hatinya terenyuh melihat gadis di depannya menangis.

"Baiklah, aku akan membantumu... tapi ada syaratnya."

"Syarat apa kisanak? Apapun akan kulakukan agar aku bisa membalas dendam pada Jalapati."

"Sebenarnya..." Tegar menunduk dan mulai menggaruk kepalanya, "Aku tidak tahu dimana tempat tinggal Jalapati... bisa kau antarkan aku kesana?"

Wulandari terkejut dengan permintaan polos Tegar, tadinya dia sudah bersiap dengan syarat aneh yang akan diajukan. Wulandari mengangguk dan berkata, "istana Jalapati lumayan jauh dari sini. Jika berjalan kaki memerlukan waktu tiga sampai empat hari."

Pendekar Pedang PetirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang