Tegar

3.8K 22 1
                                    


Tegar duduk di depan api unggun, menunggu Wulandari yang sedang membakar burung dara hasil tangkapannya tadi sore. Langit berbintang yang sedari tadi di pandangi tak mengalihkan perhatiannya dari rasa lapar di perutnya. Walaupun Wulandari seorang pendekar, tapi dalam hal memasak dia bisa diandalkan. Sudah Tiga hari Tegar merasakan masakan Wulandari dan kali ini perutnya seakan tak sabar menunggu burung dara bakar yang aromanya begitu menggoda.

"Masih belum matang??"

"Sabar... sebentar lagi matang," jawab Wulandari yang sedang mengoleskan bumbu pada masakannya.

Tegar tersenyum kecut mendengarnya. Kembali dipandanginya bintang-bintang yang menghiasi langit. Tegar berpikir, "kenapa sejak kedatangan Wulandari, tidak pernah berbicara lagi dengannya... apakah dia takut terhadap wanita? Ataukah dia sedang tertidur lama? Atau bermeditasi? Biasanya dia selalu berbicara padaku." Tanpa sadar, tangannya menggenggam gagang pedang petir di pinggangnya.

"Apa yang kau pikirkan?"

Tegar menoleh pada Wulandari dan menjawab, "tidak.. tidak ada."

"Apa kau memikirkan seorang gadis?"

"bukan... aku hanya rindu pada orang tuaku," jawab Tegar dan mengambil tangkai penusuk burung bakar dari tangan Wulandari. "Jadi besok kita akan sampai di istana Jalapati?" tanya Tegar.

"Ya... besok kita berjalan pagi buta dan kita akan sampai saat matahari terbit."

[URL=http://www.imagebam.com/image/7838ac259933359][IMG]http://thumbnails103.imagebam.com/25994/7838ac259933359.jpg[/IMG][/URL]

Seratus meter dari gerbang istana Jalapati, dua orang berbisik di atas dahan pohon. Mereka bersembunyi di balik rimbun dedaunan, menghalangi pandangan gerombolan penjaga yang berpatroli menjaga orang yang akan masuk dan keluar istana.

"Itu disana."

"Hmm..." Tegar mengangguk dan memperhatikan beberapa orang berbaju prajurit berwarna merah berjalan mondar-mandir di depan gerbang besar istana Jalapati. Dengan tembok bata merah tinggi yang mengelilingi dan hanya satu jalan masuk membuat istana Jalapati bagaikan benteng jebakan tikus. "Bagaimana cara kita masuk?"

Wulandari tersenyum, "aku pernah beberapa kali masuk kesana, menyamar pengantar barang. Kita bisa masuk dari tembok sebelah tenggara, disana lebih sepi penjaga."

"Baiklah, tunjukan jalannya"

"Ikuti aku," kata Wulandari yang melesat menembus pepohonan.

Tegar mengikutinya Wulandari dari belakang. Mereka berdua menuju sudut belakang istana. Wulandari berhenti tepat di depan tembok istana, tak terlihat seorang penjagapun yang menjaga sisi belakang istana.

"Kita masuk dari sini," kata Wulandari.

Tegar mengangguk paham. Dengan mudahnya mereka berdua meloncati tembok istana dengan ilmu meringankan tubuh. Belum sempat kaki mereka berdua menjejak tanah, terdengar suara lantang dari arah barat.

"Itu dia disana, ayo cepat kejar!!"

"Kejarlah aku kalau kalian bisa, hahahhahahhaha!!"

Secepat kilat Tegar menarik tangan Wulandari dan meloncat menuju atap bangunan. Beberapa detik kemudian terlihatlah bayangan putih melesat begitu cepat dari dalam lorong. Nampaknya bayangan itu adalah sosok manusia yang berlari dengan ilmu meringankan tubuh. Tegar dan Wulandari mengintip dari sisi luar atap yang tidak terlihat.

"Apa itu?" tanya Wulandari berbisik.

"Sepertinya dia sedang dikejar oleh pengawal Jalapati," jawab Tegar begitu melihat sekelompok orang berbaju merah mengejar sosok bayangan putih di halaman istana.

Pendekar Pedang PetirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang