⚔️

1.7K 172 1
                                    

Enjoy
.
.
.
.

"Jadi Chenle udah hamil?"

"Hey hyung mulutmu! Kau pikir aku sebejad itu!"

Kedua kakak beradik itu terus saja bertengkar saat dipertemukan tadi. Menurut Chenle pertengkaran mereka adalah Love Language yang sedang mereka utarakan. Lucu dan langka.

"Lalu untuk apa kau pulang kerumah?" Tanya Mark lagi. Ia masih kesal karna saat ia  turun ke ia menemukan Jisung sudah duduk manis diantara Jaemin dan Chenle.

Kurang ajar sekali bukan? Jisung tidak tau apa jika hyungnya itu overprotektif dan pencemburu tingkat akhir.

"Ini masih rumahku! Kau sendiri mau apa kemari? Hyungkan sudah punya rumah sendiri!" Balas Jisung tak kalah sengit.

"Hey bocah tengil! Yang kau bilang rumahku ini adalah rumah orang tuaku bodoh!"

Tang

Tang

Ten datang dengan dua buah belati yang mengkilat seperti baru saja diasah.

"Mama baru saja menyuruh paman Go mengasah belati punya kakek kalian. Pakai lah, mama tau kalian membutuhkan itu untuk saling membunuh" ujar Ten.

Dan itu sukses membuat Mark dan Jisung berhenti bertengkar. Lebih tepatnya Jisung yang takut, kalau Mark sudah biasa dilukai dengan pisau oleh Jaemin.

Mark berdecak pelan lalu menyandarkan kepalanya kepada pundak Jaemin, menyembunyikan wajahnya ditubuh sang istri seperti anak kecil yang sedang mengadu.

"Katanya mafia cih... Bertengkar dengan adik mengadu pada istri" cibir Jisung. Tapi tetap saja semua keturunan Taeyong itu sama, karna pada nyatanya Jisung sendiri sudah memeluk erat lengan milik kekasihnya.

Taeyong melihat tingkah kedua putra hanya dapat mengelus dada, ia tidak tau jika gen miliknya bisa turun temurun seperti itu.

"Papa mau bicara dengan kalian berdua, tapi nanti saja atau lusa... Sekarang kepala papa sakit melihat tingkah Freak kalian itu"

"Ayo Chila Jaehyung ikut kakek ke Mall saja"

"Ayooo"

Kedua bocah kecil milik Mark dan Jaemin itu bersorak riang sambil menggandeng kedua tangan sang kakek, meninggalkan lika orang dewasa lainnya yang menatap mereka dengan pandangan berbeda-beda.

"Mama mau nyiapin makan malam untuk kalian, Jaemin Chenle mama titip anak-anak mama ya? Jangan sampai bertengkar"

"Iyaa ma"

Sepeninggalan Ten, kedua putra Lee Taeyong itu kembali duduk tegap dan saling melemparkan tatapan tajam.

"Mark, jika kau mencoba cari ribut dengan adikmu lagi... Jangan coba-coba menyentuh kamar kita" ancam Jaemin.

Mark tidak perduli dan tetap menatap sang adik dengan tatapan menantang.

"Hyung.... Aku punya proyek di jilin" ujar Jisung membuka suara.

"Urusannya denganku?"

"Aku akan membagi dua hasilnya jika kau berhasil menyingkirkan tikus kecil ini"

Mark menaik turunkan alisnya. Tawaran sang adik sedikit menggiurkan. Lumayan untuk jon Changbin kedepannya, Mark prihatin jika Changbin sampai menganggur.

"Bagaimana bentuknya?'

"Hanya pria pemilik rumah bordil? Aku hampir dipukulnya dengan botol soju olehnya"

"Okey deal. 1/2 dari hasil proyekmu untukku"

"Deal"

Dan tatapan tajam itu berhenti begitu saja saat keduanya sepakat dengan proyek baru mereka.

Jaemin hanya bisa menatap tidak percaya keduanya.

Semudah itu?! Hanya soal proyek?!

"Jisung-ah? Kau juga bagian dari hyungmu?" Tanya Jaemin memastikan.

Jisung langsung mengangguk.
"Tentu saja. Kami keturunan Lee. Aku tentu saja bagian dari mereka"

"Sial, aku pikir kau akan berbeda Jisung"

.
.
.
.
.
.

Sepulangnya dari kediaman orang tua Mark, Jaemin menjadi lebih pendiam. Tidak banyak mengomel seperti biasanya dan membuat Mark terheran-heran.

"Aku ada salah denganmu?" Tanya Mark

Karna biasanya alasan Jaemin diam adalah dirinya.

Tetapi Jaemin hanya menggeleng dan ikut memejamkan matanya untuk tidur seperti kedua anak mereka yang malam ini merengek ingin tidur dengan mommy dan daddy.

"Aku tidak tau letak salahku dimana Lee Jaemin, dan jangan memaksaku untuk membaca pikiranmu karna aku bukan cenanyang" ujar Mark lagi tetapi Jaemin tetap bungkam tidak berniat menajawab.

Mark sepertinya memilih abai dan mulai ikut memejamkan matanya.

Tetapi sebelum Mark benar-benar tidur, perkataan Jaemin membuatnya berjaga sampai mendekati subuh.

Pertanyaan yang tidak ia ketahui apa jawabannya tetapi ia setuju dengan pendapat sang istri.

"Akan aku pikir kan Jaem... Lebih baik sekarang kita tidur dan lupakan semuanya. Anggap saja itu novel yang kau baca, dan besoknya kau akan menemukan cerita indah dibuku yang berbeda"

"Apakah itu kau juga?"

"Maksudmu?"

"Seperti katamu soal novel dan aku akan mendapat buku berbeda dengan cerita yang indah. Jika buku baru lah yang menjadi jalan cerita bahagia, bukan kah lebih baik aku dengan novel yang sama tetapi aku tetap bersama mu? Aku akan menikmati segala sakitnya asal itu tetap denganmu" ujar Jaemin.

Dengan mata indah yang tertutup menjadi subjek utama yang Mark perhatikan.

"Terimakasih sudah mau membacaku"

"Iya sama-sama, tetapi ada satu hal perlu kau ingat. Novel ini milikku dan hanya aku yang boleh membacanya"

"Baiklah, berarti kau juga... Kau hanya boleh membaca novel tetangku dan jangan pernah mencoba novel lain dengan jalan cerita lain!"

"Baik. Kita impas"

TBC

OKEYYY SAMPAI KETEMU BESOK MUACH

Real ToxicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang