✈️

1.6K 174 5
                                    

Ada yang sadar ciri khas book aku gk?

Enjoy
.
.
.

Satu koper berisi tumpukan pakaian miliknya sudah ia kemas dengan rapi.

Jaemin hanya menatap sang suami dengan tangan bersidekap didepan dada, tidak berniat sama sekali membantu Mark berkemas pakaian.

Jika Mark suruh pun Jaemin akan menolak maka dari itu Mark lebih baik menyelesaikan miliknya sendiri daripada menghabiskan waktu berdebat dengan Jaemin.

Sret.

Retsleting ditutup dan Mark sudah selesai dengan packing-nya.

"Kau tidak berniat tinggal di Belanda selamanya kan?" Tanya Jaemin dengan sarkatis.

Karna jujur saja, tidak biasanya Mark pergi dengan koper sebesar itu.

"Tidak, aku hanya sehari disana" jawab Mark santai, sambil ikut berbaring dikasur samping Jaemin.

"Beri aku pelukan?"

Jaemin semakin mengerutkan alisnya tidak suka dengan permintaan Mark. Mark hari ini memang aneh.

"Aku tidak tau apa rencana mu kali ini tapi bisakah berhenti membuatku berpikiran buruk tentangmu?"

"Hei memangnya aku kenapa? Jika kau berpikir aku selingkuh, lebih baik buang jauh-jauh saja otakmu itu" balas Mark dengan nada kesal.

Jaemin dengan santainya memukul kepala Mark dengan keras.

"Aku tidak sekonyol itu cemburu dengan wanita kelas rendah seperti itu!"

"Lalu apa?!"

Jaemin menghela nafasnya pelan. Tubuh mungilnya ia bawa untuk memeluk Mark dengan lembut. Mark memposisikan dirinya mencari tempat ternyaman dalam pelukan Jaemin yang bisa dibilang sangat langka.

Bisa Mark rasakan detak jantung tidak normal milik Jaemin dan nafas istrinya yang tidak teratur. Mark mendongak ke atas dan mendapati sang istri yang mulai meneteskan air mata.

"Hei ada apa?" Tanya Mark dengan lembut.

Kali ini ia menegakan tubuhnya dan berubah menjadi ia yang membawa Jaemin dalam pelukannya. Mark mencoba mengerti situasi yang terjadi tetapi menurutnya tidak ada yang salah dengan mereka. Jaemin bukanlah tipe wanita yang mudah tersentuh jadi pasti ada hal yang sangat mengganjal dibenak sang istri sampai membuatnya menangis seperti ini.

"Hikss..." Satu isakan pelan mulai keluar dari Jaemin.

Mark mengelus kepala sang istri dengan lembut dan berusaha menanyai apa yang sebenarnya Jaemin pikirkan.

"Katakan padaku apa yang sedang mengganjal dipikiranmu heum?" Tanya Mark lagi tapi Jaemin enggan menjawab dan malah menangis semakin sesegukan dan mengeratkam pelukannya kepada Mark.

Mark hanya bisa membalas pelukan Jaemin  membiarkan Jaemin puas dengan tangisnya dan kemudian membiarkan Jaemin bercerita jika ia sudah mulai lega dengan perasaannya.

Menit ke menit berlalu suara tangis itu berubah menjadi dengkuran halus. Mark yakin jika Jaemin sudah tidur dan mencoba merapikan posisi tidur sang istri. Baru saja Mark akan melepas pelukan itu Jaemin menahannya, melarang Mark untuk melepaskan pelukannya.

"Jangan pergi, berhentilah membuatku selalu khawatir brengsek.." lirih Jaemin.

Senyum simpul terbit dari wajah tampan miliknya. Walaupun Jaemin tidak mengungkapkan dengan baik isi hati nya tetapi kalimat singkat itu sudah mewakili perasaannya dan alasannya kenapa menangis.

"Aku melakukan semua ini juga untuk membahagiakan mu Honey" bisik Mark tepat ditelinga Jaemin.

"Bullshit! Aku bahkan sudah muak dengan uang. Kau melakukan semua ini hanya karna keinginanmu sajakan?! Dasar si sialan tidak tau diri! "

Mark tertawa keras mendengar makian Jaemin untuknya. Wanita itu tetap dengan mulut kotornya walau keadaannya sekarang lemah dalam pelukan Mark dan wajah sembab sehabis menangis.

"Berhenti tertawa! Perasaan khawatirku bukan lelucon untukmu!"

Tawa Mark perlahan berhenti tetapi masih disertai kekehan miliknya.

"Kau tau kan jika ini adalah bisnis keluarga?"

"Bisnis keluargamu hanya melingkupi perusahaan raksasa Lee Corp! Bisnis mafia mu tidak dihitung!"tukas Jaemin.

"Tapi itu dari kakekku Na"

Jaemin melepaskan pelukan dari Mark dan melemparkan tatapan tidak suka kepada Mark dengan mata sembab yang terlihat menggemaskan dimata Mark.

"Kata mama Ten kakek hanya mewarisi perusahaan Wine, dan ayah Taeyong hanya menambahkan menjadi pemasok senjata ilegal dan kau si gila tengil yang sialnya ingin aku bunuh tapi aku tidak mampu ini menjadi pemasok Narko*ika juga?! Kau bahkan menjual manusia Mark! " Jelas Jaemin berusaha menyadarkan tindakan apa saja yang Mark perbuat didunia gelapnya.

"Itu sudah biasa Jaem, kau juga pasti tau tentang ini.... Ayah Yuta dan Lucas juga bukan pembisnis yang sesuci itu"

Jaemin merasa tertohok mendengarnya. Yang diucapkan Mark memang benar tetapi ayah dan kakaknya tidak sama dengan Mark!

"Hei... Ayahku dan kakakku saja selalu dalam incaran pesaingnya? Apa lagi kau? Mengerti tidak sih jika aku selalu takut kehilangan dirimu disetiap saatnya?! Mengerti tidak jika kehilanganmu menjadi ketakutan terbesarku?! Kau! Bisa membuatku gila jika terus seperti ini!" Nafas Jaemin menderu sangat mengeluarkan segala macam pikiran yang ia tahan selama ini.

Mark yang awalnya ikut terpancing emosi perlahan melunak. Ia tidak mau semakin terbawa emosi yang Jaemin ciptakan dan menimbulkan pertengkaran hebat diantara keduanya.

Mark meraih jemari lentik Jaemin dan mengusapnya perlahan.

"Kau tidak akan kehilangan aku. Jika kau pergi harus dengan izinku begitu pula aku yang akan pergi atas seizinmu" ujar Mark.

"Maka dari itu batalkan semua perjalananmu kali ini" titah Jaemin.

Mark mengangguk sambil tersenyum.
"Baiklah yang mulia ratu. Tetapi bisa kau berikan alasan yang rasional kenapa aku harus membatalkan proyek ku kali ini?"

"Aku punya firasat buruk. Itu saja" jawab Jaemin.

Sungguh dibalik senyum manis Mark, pria itu ingin sekali memaki Jaemin dengan keras. Alasan macam apa itu? Tetapi kembali lagi, firasat wanita memang tidak pernah meleset. Jika firasat itu sampai merubah Jaemin menjadi seemosional ini berarti bisa saja yang ditakutkan istrinya itu terjadi.

"Baiklah aku tidak berangkat" ujar Mark final dan mungkin ini menjadi salah satu penyelamat bagi Mark.

Karna pagi nya, stasiun tv dihebohkan dengan jatuhnya pesawat yang hampir saja Mark tumpangi.

Melihat berita itu membuat dagu Jaemin semakin menaik puas. Puas dengan firasatnya yang tidak melenceng. Sehabis ini Mark harus semakin nurut kepadanya. Jaemin bisa pastikan itu.

"Kau lihat? Untung saja aku melarangmu pergi" komentar Jaemin.

Saat ini sepasang suami istri itu sedang duduk santai didepan tv sambil menonton berita tentang pesawat jatuh itu.

"Iya memangnya kapan kau pernah salah" balas Mark tidak minat. Jaemin akan semakin sombong setelah ini.

Dan pada akhirnya ke uwu an yang mereka lakukan hanya sekilas info. Mark dan Jaemin akan tetap bertengkar seperti itu dan kembali saling menyayangi jika sedang berada di mood tertentu.

"Tetapi aku akan tetap membantu Jisung" ujar Mark.

Jaemin mengedikan bahunya tidak perduli.
"Silahkan. Asal kan setelah itu kau pulang dan membiarkan aku membuka butik di New York bersama mama Ten"

"Ya lakukan sesukamu, semua ATM ku milikmu"

"Heum... Thank you babe"

TBC

Kembali aku ingatkan, untuk tidak berekspetasi ada adegan jedor jedor mafia banget kayak black on black.

Tapi mungkin ada chap yang begitu, tapi book ini fokus ke love hate nya Jaemin Mark.

Okey see you next chap...

Jangan lupa baca book aku yang lainnya

Bye

Real ToxicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang