Sepuluh.

5.8K 388 21
                                    

"Hati-hati ya dirumah ini, nanti mas sewa satpam buat jaga-jaga. Juno baik-baik ya sama mama, papa pergi dulu."

"Kok papa nggak tinggal disini?"

"Papa kerja sayang, buat beli mainan sama makanan buat Juno. Ya kan pah?"

Jeno mengangguk, tanpa sadar air matanya keluar begitu saja. Berjongkok dihadapan Juno, mencium kedua pipi yang lebih mirip pipi Haechan tersebut. "Papa bakal sering kesini kok, Juno jaga mamah ya. Apapun yang terjadi, mama harus kamu jaga."

Juno mengangguk, lalu mencium Jeno kembali. "Juno janji, pah."

"Haechan, minum obat kamu. Mas nanti bakal transfer buat kamu check up ke rumah sakit. Mas kesini setiap akhir pekan, kalau ada apa-apa telfon mas. Mas nggak tau kalau lingkungan rumah ini ternyata sepi, pokoknya jaga kesehatan jangan terlalu banyak begadang, makan yang teratur."

Cup!

Haechan mencium pipi Jeno. "Iya mas, sana pergi. Bukannya mbak Karin lagi nggak bisa ditinggal?"

Jeno tidak rela, ia ingin tinggal disini bersama anak dan istrinya. "Tolong jangan tanda tangan apapun dokumen yang bunda kasih ya sayang. Maaf mas egois, tapi mas nggak mau kamu bukan istri mas lagi. Setelah anak itu lahir, mas mau bawa kamu sama Juno lagi ke Jakarta."

"Iya mas, terimakasih."

Jeno pun pergi, melambaikan tangannya pada dua orang yang sangat ia sayang dan cintai. Cinta yang terlambat, namun akan ia pertahankan.

Saat sampai, Jeno tidak langsung ke kantor atau ke rumah Karin. Jeno pergi ke rumahnya dan Haechan lalu masuk ke kamar mereka berdua. Semuanya sepi dan hampa. Ia sudah tidak perduli dengan Karin karena kehamilan wanita itu benar-benar janggal baginya.

Sekarang tidak ada tawa Juno, tidak ada suara alat masak beradu dari dapur. Semuanya benar-benar hening.

Jeno merebahkan dirinya disisi kasur yang Haechan tiduri. Nyaman dan harum, wangi tubuh Haechan benar-benar menempel disana. Pertahanannya runtuh, ia menangis dan meraung sendirian. Penyakit Haechan, Juno, rasa sakit yang begitu besar, ia beri pada istri manisnya secara bertubi-tubi.

Ia benar-benar menyesal sekarang ini, dulu ia selalu menolak apapun yang Haechan siapkan dulu, sekarang malahan dirinya benar-benar merindukan semua itu. Kenapa penyesalan hadir saat dirinya benar-benar sadar, bahwa Haechan lah tumpuannya selama ini?

Dan kali ini, apapun itu masalahnya ia akan mempertahankan rumah tangganya dengan Haechan.










Satu bulan berlalu, kandungan Karin sudah beranjak 3 bulan. Tetapi wanita itu tidak menjaga bayinya sama sekali. Lagipula ini bukan anak Jeno, ini anak mantan manajer sialannya.

Kecurigaan Jeno benar terjadi ternyata.

Karin berhenti dari dunia modeling karena Jeno yang meminta. Sekarang Pria itu tinggal dengannya, tapi tidak dengan hatinya. Bahkan saat akhir pekan pria itu akan tetap menginap di Bandung.

"Kamu kenapa sih nggak perhatian lagi sama aku?"

"Bentuk perhatian saya sudah saya beri Karin! Jangan manja! Bahkan Haechan dulu-"

"Haechan Haechan Haechan terus! Aku benci kamu sebut nama jalang itu terus dihadapan aku!"

Plak!

Jeno menampar Karin. "Jangan sekali-kali kamu bilang lagi istri saya jalang Karin!"

"Kamu tampar aku Jeno! Kamu laki-laki biadab!"

"Iyakah? Saya bakal tunjukkin laki-laki biadab sebenarnya seperti apa." Jeno menjambak rambut Karin, ia emosi saat orang sebaik Haechan dikatakan dengan sebutan jalang.

Lover (Nohyuck) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang