Bab 1

14 2 2
                                    

Aidan Zaffanio, remaja 17 tahun. Cowok idaman dan sekaligus ketua basket di kelas 12A yang tampan rupawan dan sangat terkenal di sekolah, sehingga menjadi salah satu idola incaran siswi adek kelas di sekolah tersebut. Jangankan satu sekolah, Aidan juga populer di pusat kota sebagai Tuan muda yang terlahir dari pernikahan CEO Rayden dengan Nona Arum. 

Walau dikagumi di luar sana, Aidan tidak pernah sombong dan menaruh perasaan lebih pada fansnya, karena dalam hatinya sudah ada satu gadis yang berhasil menempatinya. Yaitu, Hana (16 tahun) , adik kelas 11A yang manis serta ketua geng termuda di sekolah SMA Bunga Bangsa dan anak dari tetangganya sekarang. 

Aidan di dalam kelas tiada hentinya memandangi akun Ig Hana di layar ponsel dan tersenyum tidak jelas di bangkunya, sehingga teman kelasnya yang sebagian bingung melihat idola sekolah itu asik sendiri. “Hana, aku benar-benar tidak tahu cara menahan rasa ini padamu lagi.“ Hati Aidan rasanya ingin meledak dan tidak peduli pada tatapan aneh temannya, dia tidak sabar ingin mengikat Hana dalam hubungan sah setelah lulus dari pendidikan sekolahnya. 

Memang Aidan sudah tergila-gila sejak lama, gadis yang dia sukai bukanlah gadis biasa, Hana merupakan gadis cerdas dan putri kedua dari keluarga kaya raya, Papa Hana adalah rekan bisnis CEO Rayden dan sahabat Ibunya. 

Perlahan Aidan melirik satu cowok yang duduk di dekat jendela. “Daripada gue pendam terus, mending gue to the point saja pada Hana sore nanti,” gumam Aidan. Setelah itu, dia bangkit, mengantongi ponselnya kemudian menghampiri cowok itu. 

“Rai, adek lo datang gak ke sekolah?” tanya Aidan menepuk bahu teman satu kelasnya itu, Raiqa, kakak kandung Hana. 

Raiqa menekan fitur pause pada game di ponselnya, lalu menoleh, membuka satu earphonenya kemudian bertatap pada cowok yang berdiri di dekatnya, melihat datar mata biru indah milik Aidan.

“Datang dong,” jawab Raiqa. 

“Emang kenapa lo cari adek gue?” tambah cowok bermata coklat itu bertanya. 

Aidan mengambil ponselnya, menunjukkan pada Raiqa foto Hana. “Lo kan udah tau kalau gue suka sama Hana, lo bantuin gue dong atur waktu yang pas buat nembak adek lo yang cantik itu,” jawab Aidan terus terang.

Alis kanan Raiqa terangkat. “What's? Lo yakin mau nembak adek gue? Lo lagi gak bercanda, kan?” Raiqa berdiri dari kursi. Terkejut sahabatnya itu tiba-tiba berani bicara begitu. 

Aidan mengangguk. “Gue yakin, Rai. Gue udah lama suka sama adek lo, gue harap lo mau terima gue jadi adek ipar lo nanti,” jelas Aidan nyengir kuda. Pasalnya Aidan lebih tua dari Raiqa, tapi jika dia berhasil menikahi Hana, maka Raiqa akan jadi kakak iparnya. 

“Hana atau Qila, nih?” tanya Raiqa memastikan. 

“Lo gimana sih, gue kan tadi bilang Hana, bukan Qila. Terus adek lo yang satu itu kan lagi di luar negeri, masa gue suka gitu aja sama Qila. Dengar baik-baik dong ucapan gue, Rai.” Aidan mendengus. Dia sukanya pada Hana, bukan Qila. Menurut Aidan, Hana adalah tipe istri yang masuk kriteria idamannya, bukan saudara kembar Hana yang satu itu, Qila, gadis cupu dan tidak secerdas dan segaul Hana. 

“Bentar gue chat Hana dulu, Ai.”

Raiqa duduk kembali ke kursinya, menghubungi Hana lewat ponselnya. Raiqa menurut saja, karena Raiqa tahu Aidan cowok yang baik dan penyayang. Meski Aidan anak dari wanita yang dulu dicintai oleh papa Raiqa, Raiqa tetap menerima Aidan menjadi sahabatnya dan berharap dapat menjalin hubungan dengan keluarganya, sehingga tali persahabatannya dan bisnis papanya bisa semakin erat di masa depan. 

Pemilik Hati Tuan AidanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang