2. SAYANG

31 8 1
                                    

Holla, berjumpa lagi sayang hehe😙
Gimana puasanya? Lancar?

Banyak gak godaannya?

HAPPY READING ALL 🤗





"Lea" panggil Allena saat memasuki kamar Allea. Kini Allea sudah dirumah, dan seperti biasa dia mengurung diri di kamarnya.

Allea duduk di kursi meja belajar dan menghadap sebuah laptop dengan jari jari yang menari diatas keyboard.

Allea menghembuskan nafas berat, saat langkah kaki Allena mulai memasuki kamarnya.

"Lea, aku-"

"Pergi Al" Allea dengan sengaja memotong ucapan Allena, karna dia sudah tau apa yang akan adiknya ini ucapkan.

"Lea, plis, jangan gini, tolong. Lea kamu tau kan aku gak pernah suka dan rela kalau kamu disiksa papa, tapi aku juga gak bisa berbuat apa apa" jelas Allena.

Allea berdiri dan mendorong mundur kursi sedikit kasar, "Pergi Al!" Suruh Allea lagi. Dia membuang muka kesamping, sama sekali tak ingin menatap wajah ataupun mata Allena.

"Lea, tol-"

"Allena Alexandria! Pergi dari kamar gue!" Allea kembali memotong ucapan Allena.

"Lea-" Allena masih mencoba mengajak Allea bicara secara baik baik, tapi Allea itu keras kepala.

"Keluar! Atau gue seret Lo keluar!" Tangan kiri Allea menunjuk ke arah pintu, dan tangan kanannya menggenggam. Allea mati-matian menahan amarahnya saat ini, percayalah Allea sulit menahan amarah saat berhadapan dengan Allena.

Dengan pandangan kebawah, Allena keluar dari kamar Allea.

Setelah Allena keluar, Allea duduk diatas ranjangnya dan menggenggam kuat seprei yang terpasang rapih di atas kasurnya. Setetes air mata pun mengalir bebas di pipinya, ia memejamkan mata mencoba memahami bahwa Allena tak pantas ia benci karena hal yang tentu bukan kesalahannya.

"Gue gak bisaaa!!!" Allea mengacak rambutnya, dia benar benar frustasi.

Allea kemudian mengambil sebuah ponsel yang ada di nakas samping ranjangnya. Dengan cepat ia mencari nomor yang dituju.

"Kenapa lea?" Suara di seberang telepon saat panggilan Allea di jawab olehnya.

"Dina, gue harus gimana? Apa gue emang harus benci sama Allena?" Tanya Allea pada Dina, sahabatnya.

"Why?"  Tanya Dina.

"Gue... Dia adalah alasan kenapa gue disiksa kan" ucapnya, mati Matian dia menahan tangis agar tak tumpah saat ini.

"Dia bukan alasan Lo disiksa Lea, sikap dia bisa dilogika. Gini, kalo dia beneran cuman cari muka didepan bokap Lo dia gak bakalan lakuin hal bodoh kayak gitu. Karna seharusnya dia seneng karna dia yang selalu dapet perhatian" jelas Dina.

"Lo bener Din"

"Thanks ya, gue tutup" lanjut Allea.

Allea pun menutup telponnya dan menghembuskan nafas berat.

***

Pagi ini Allea berangkat menaiki motor sport miliknya.

Motor sport? Dia waria:v

Allena sudah berangkat terlebih dahulu, Allea berbeda dengan Allena. Allena yang tak pernah datang terlambat dan masuk ke ruang BK, sedangkan Allea sudah sering melakukan hal itu. Allea berangkat tanpa berpamitan, karena Dery berangkat lebih awal kali ini.

"Pagi Lea" sapa Dina saat Allea turun dari motor yang sudah dia parkirkan di area parkir sekolah. Rok abu abu selutut, baju putih lengan pendek dan rambut di ikat asal asalan membuat Allea sama sekali tak terlihat anggun. Tak seperti Dina yang selalu tampil rapih dan cantik.

"Pagi" Allea membalas sapaan Dina dengan senyuman manisnya.

Tanpa berlama lama, Dina segera mengajak sahabatnya itu untuk naik ke lantai dua dimana kelas mereka berada. Dina nampak bersemangat.

Saat menyusuri koridor sekolah ada kejadian yang menyita perhatian Allea.

"APA APAAN LO HAH?!" Sentak seorang siswi yang diketahui adalah teman satu angkatan Allea.

"A-aku gak sengaja, ma-maaf" ucap Allena. Allena berjalan di koridor itu tadi dengan aman dan damai sampai si perusuh itu memulai tingkahnya. Reya, cewek tukang bully dan suka menang sendiri.

Reya sengaja menabrakkan dirinya dengan Allena yang membawa beberapa tumpukan buku dari perpustakaan, yang menyebabkan handphone Reya jatuh.

"GANTI HP GUE! INI LIMITED EDITION!" Sentak Reya lagi.

"So-sory rey, gak sengaja" Allena tertunduk dalam, sering dibully sejak SMP membuatnya sangat takut.

"Dasar!! Ikut gue sekarang!!" Sentak Reya.

Saat Reya hendak menarik Allena pergi entah kemana dengan sigap Allea mencekal tangan Reya. "Mau Lo apain adek gue!" Ucapnya garang.

Reya menghempas tangannya yang dicekal Allea dengan kasar, "Lo gausah ikutan" ucapnya.

"Kalo Lo urusan sama adek gue, gue harus ikutan" jawabnya tegas.

"LO JANGAN BIKIN GUE MAKIN EMOSI BANGSAT!" Reya hendak menampar Allea karena emosi yang menyeruak dalam dirinya.

Allea mencekal tangan Reya, dan menampar pipi Reya.

Plakkk

"Lo gausah macem macem, kalo besok Lo masih mau nafas!" Peringatan Allea kali ini tidak main main.

"Awas Lo!" Ancam Reya, bukannya melawan Allea sama sekali tak menggubris ancaman Reya.

"Pergi! Atau Lo bakalan koma di ICU" ucap Allea sambil mengukir senyuman mengejek.

Dengan amarah yang masih menguasai dirinya, Reya pergi dari lorong itu. Selama ini, Tak ada orang yang mampu membuatnya malu setengah mati seperti ini. Setiap ia membully seorang siswi atau siswa, tak ada yang berani ikut campur. Dan ini? Allea benar benar membuatnya malu.

Allea membalikkan badan dan menghadap Allena yang masih mematung ditempat, "Lo gak papa?" Tanya Allea dengan nada lembut.

Allena menatap Allea dengan tatapan yang.. Allea sendiri tidak faham mengapa Allena menatapnya seperti itu. "Gue minta maaf soal semalem Al, gak seharusnya gue kayak gitu ke Lo. Ego dan emosi gue terlalu besar waktu itu" jelas Allea.

"Gapapa lea" senyuman manis terukir di bibir Allena. "Aku paham dan tau kenapa sikap kamu kayak gitu ke aku" lanjutnya.

Allea memeluk Allena erat, "Gue sayang Lo Al" ucap Allea.

"Aku juga" balas Allena. Seluruh siswa yang menyaksikan kejadian langka itupun ikut terharu, pasalnya mereka tahu hal apa yang terjadi di keluarga mereka. Tentang mengapa adik dan kakak berjarak umur sesingkat itu.





THANKS FOR READING ALL 🤗

Gimana part ini? Bagus gak?
Votenya Jan lupaaa😙

Minta spam komen boleh? Makasih 🌝

Up lagi malam Minggu ya pren, see you and happy weekend😙

AlleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang