8. "Aku Allea, bukan Allena!"

17 3 0
                                    

📌 Jangan lupa Follow 📌

Hai man teman berjumpa dengan sayaa( ◜‿◝ )
Gimana kabar kalian? Baik dong ya..

Oke, gue akan kembali ke rutinitas siksa tokoh☺️🙏🏻

BINTANGNYA JANGAN LUPA⭐
Berusaha saling menghargai ya😗


HAPPY READING ALL🤗





Jam pulang sekolah kini sudah berbunyi, Allea bimbang sekarang. Dia harus pulang dan entah besok ia masih hidup atau tidak, atau dia tak usah pulang dan hidupnya selamat.

Tunggu, kalau dia kabur hidupnya belum tentu selamat. Jika dia lari maka Dery akan melakukan hal lebih kepada dirinya.

"Gue harus gimana?" Gumam Allea yang memegang kertas hasil ujian IPA yang dibagikan tadi.

"Lea?" Panggil Dina yang merasa janggal dengan Allea saat ini. "Lo. Bakalan nekat pulang?" Tanya Dina.

Allea menatap Dina, jujur dia tak tahu harus berbuat apa saat ini. "Gue gak tau Din, gue bingung." Jawab Allea.

Terbesit rasa kasihan di hati kecil Dina, ia juga tak rela jika sahabatnya itu disiksa lagi oleh ayahnya hanya karna nilainya tak sempurna.

"Lo pulang aja, gue sebenernya gak rela lo disiksa bokap lo. Tapi, mau gimana lagi? Kalau lo gak pulang, bokap lo akan melakukan lebih ke lo" ucap Dina.

Allea mengangguk, "lo bener Din" ucapnya. Sekarang ia harus menerima sakit di tubuh dan juga hatinya.

Allea memasukkan kertas ujian kedalam tasnya lalu menggendong tas hitam tersebut. "Gue duluan" ucapnya lalu pergi meninggalkan kelas, yang hanya tinggal berisi beberapa murid saja.

"Jujur, gue kasihan sama lo le" gumam Dina sambil memandangi punggung Allea yang mulai menghilang.


***

"Ka Aksa, lo gimana? Udah sehat? Pagi tadi waktu gue pergi lo demam soalnya" ucap Allea pada Aksa melalui sambungan telepon.

"Gue gapapa lea, tadi udah minum obat" balas Aksa. Aksa berbohong, dirinya sedang tidak baik baik saja saat ini.

"Ohh oke, cepet sembuh ya ka" ucap Allea kemudian menutup teleponnya dengan Aksa.

Dengan langkah pelan tapi pasti, Allea memasuki rumah besar bertingkat dua yang ia tinggali. Sebuah rumah yang selalu menjadi neraka bagi dirinya.

"Yang harus gue lakuin adalah tenang, karna mau sekeras apapun gue berdoa. Bokap bakal tetep lakuin hal yang sama" Allea bermonolog kemudian melanjutkan langkahnya.

Dan benar, di ruang tamu sudah ada Dery yang menyambut kedatangannya. Dery pasti tau kalau nilainya dibagikan sekarang, tak usah tanyakan Dery tau dari mana. Karna pria setengah baya itu selalu berkomunikasi dengan wali kelas Allea.

"Temui papa diruang kerja" suara bariton itu menyapa tendang telinga Allea. Allea tertunduk dan mengangguk kecil.

Dery pun pergi ke ruang kerjanya dan disusul Allea.

***

"Gagal lagi, gagal lagi, gagal lagi!" Sentak Dery.

"APA SIH YANG KAMU LAKUIN HAH?! SETIAP HARI MAIN TERUS! GAK PERNAH BELAJAR! INI APA HAH?! NILAI TAK SEMPURNA!" sentak Dery, dan Allea hanya bisa tertunduk menahan tangis.

AlleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang