"Jadi bagaimana?"
Doyoung menatap dalam Jaehyun yang duduk di sampingnya, Pria itu tampak mempesona di bawah Remang lampu jalan samping Rumah sewanya
Ia menarik nafas dalam "Tapi kenapa? Kenapa kau mau melakukan semua ini?"
Pria di sampingnya tersenyum tulus, ia meraih menggenggam tangan Doyoung. Ibu jarinya lembut mengusap "Sudah ku katakan bukan?"
"Tapi tidak begini caranya." Doyoung merengek samar, dia benar benar tak mau mengsalah Artikan perbuatan Jaehyun
Dia tak mau terlanjur larut dengan prasanganya lantas di akhir ternyata itu hanya pikirannya saja, Doyoung tak mau
Jaehyun menarik nafas dalam "Kim Doyoung aku pria Dewasa yang bahkan pernah menikah dan sekarang sedang Proses perceraian, kau harusnya mengerti tujuan dari sikapku yang sebenarnya."
Lelaki manis di seberang meja menggeleng pelan "Mustahil Jaehyun."
"Apanya yang mustahil? Mengapa kita bisa mustahil? Coba katakan padaku." Tatapan Doyoung menyedu, dia bingung. Di titik ini, dia bahkan merasakan nyaman dan rasa aman juga di lindungi setiap bersama dengan Jaehyun
Doyoung bingung bagaimana hatinya menafsirkan sikap serta segala sesuatu yang Jaehyun coba beri, kecuali dengan pikiran bahwa pria itu. Tertarik padanya, tapi apakah mungkin?
"Kau.... Aku, lihat bagaimana kondisi kita kau bagaimana dan aku bagaimana." Doyoung merengek dengan lembut melepaskan genggaman tangan Jaehyun
Tetapi genggaman itu justru semakin mengerat, Jaehyun berjongkok di hadapan Doyoung yang kelabakan mencoba menarik Jaehyun kembali ke tempat duduknya
"Dua Minggu, beri aku waktu dua Minggu. Ayo mencoba bersama diriku, selepas itu kau boleh memilih tinggal atau melepaskan aku. Biarkan aku membuktikan bahwa menyukaimu bukan tentang bagaimana kau terlihat tapi tentang bagaimana hatimu." Jaehyun berucap, memohon
Elusan Jaehyun terasa sangat Damai bagi Doyoung, pria itu. Menyalakan lagi nyala Api yang hampir padam dalam hatinya
Jaehyun seperti memberi kobaran semangat baru untuk terus berdiri walau tertatih, untuk terus berlari walau tanpa alas kaki
Tatapan matanya seolah mengatakan bahwa mereka bisa berlari bersama, seolah mempertegas bahwa selepas ini Doyoung tak harus sendiri.
"Baiklah, tap—" Ucapan Doyoung terputus begitu saja, Jaehyun tiba tiba bangkit memeluk dirinya amat erat
Pria itu tertawa kecil, terdengar sangat bahagia. Binar matanya tersembunyi di balik topi yang dia kenakan
Jaehyun menangkup wajah Doyoung, mengecup keningnya sayang "Terimakasih, aku akan memanfaatkan dengan baik Trial empat belas hari yang kau berikan."
Wajah Doyoung merona malu, dia mengalihkan pandangan menggaruk pipi gatal. Mencoba mengabaikan tawa lepas pria di hadapannya
"Oh ya dimana adikmu? Biar aku bicara padanya." Doyoung mencoba menatap Jaehyun, tapi di detik ketiga dia menunduk malu. Baru sadar bagaimana tampannya Jaehyun jika dilihat dari jarak sedekat ini
"D—dia belum pulang, sebentar lagi juga datang." Sementara Jung Jaehyun mencoba menahan keinginannya untuk sekedar mengecup bibir Merah itu
Terlampau gemas, Jaehyun tidak bisa bahkan jika di bandingkan Rosé dan Doyoung saja. Doyoung masih bisa menandingi Kecantikan yang Rosé miliki
Wanita itu walau Jaehyun tak terlalu suka tapi Jaehyun mengakui parasnya cantik, tapi Doyoung. Bagaimana mungkin dia cantik namun tampan tapi manis di saat bersamaan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion
Fanfiction_____________ Filosofi dari bunga Dandelion itu sendiri yaitu pengharapan, cinta, kebahagiaan, keceriaan, serta kesetiaan.