"Adikmu mana?"
Doyoung memekik kaget, sapu di tangannya terlempar begitu saja selaras Jaehyun yang tiba tiba muncul dari lantai atas
Lelaki itu mengelus dada, menetralkan detak jantung yang sempat berpacu kencang karena terkejut sementara Jaehyun hanya tertawa geli melihat reaksi Doyoung yang menurutnya menggemaskan
"Dia berangkat kerja tadi, mengagetkan saja sih." Doyoung ingin mengambil kembali sapu yang sempat terlempar sebelum Jaehyun lebih dulu mengambilkannya pula melanjutkan acara menyapu untuknya "Eh jangan biar aku saja."
Pria itu menggeleng pelan, tersenyum lantas mengusak rambut Doyoung lembut "Di Trial empat belas hari ini aku harus membuatmu terkesan, makanya kau diam saja okay?"
Doyoung menggeleng, ingin merebut kembali sapu namun Jaehyun dengan cepat menghidar sampai ujung Kursi Roda Doyoung hampir menabrak kaki Jaehyun yang berdiri menjulang di depannya "Ihh Jaehyun kemarikan."
Pria itu tertawa gemas, menyenderkan sapu pada dinding kemudian menunduk dengan kedua tangan bertumpu pada pegangan kursi roda milik Doyoung "Kamu manis."
Refleks Doyoung menunduk mengindari tatapan Jaehyun, wajahnya memerah sempurna pula berharap Jaehyun tak mendengar debaran jantungnya yang semakin menggila saja "K—kamu memangnya tidak ada jadwal? Sekarang belum berangkat."
Si Jung tertawa gemas, mendorong kursi roda menuju meja makan kemudian duduk di sebrang Doyoung sembari tersenyum senang "Sebentar lagi, selepas sarapan aku berangkat, doakan aku ya."
Di sebrang Doyoung hanya mengangguk kaku, mencoba fokus pada Makanannya meski eksistensi seorang Jung Jaehyun yang tampan dengan jaket kulit yang nampak cocok dengan jam tangan dan tubuh tegapnya terus berusaha memecah fokus Doyoung
Dia makan dalam diam, tidak mengangkat wajah sedikitpun, masih begitu canggung, masih begitu asing. Semua kejadiannya terjadi begitu saja
Bertubi tubi tanpa henti, Doyoung sempat bingung apakah benar dia mengalami segala kegilaan ini?
"Oh ya, Doy mungkin hari ini aku pulang malam karena Syuting untuk film baru juga mulai hari ini, kunci pintunya pastikan semua jendela sudah tertutup aku punya kunci duplikat."
Tangan Doyoung terjalin diatas Pangkuannya, ada satu pertanyaan di benaknya namun dia ragu untuk mengatakan. Bagaimana biar Jaehyun bilang tetarik padanya, dia belum bisa bersikap sesantai Jaehyun bersikap
Ayolah segalanya terasa begitu canggung.
"Katakan saja Doyoung, jangan ragu." Doyoung mengangkat wajah cepat, dia memandang Jaehyun sembari berkedip. Apa Jaehyun bisa membaca pikiran ya?
"Emm kira kira kau pulang jam berapa?" Alis Jaehyun naik setengah mendengar pertanyaan Doyoung
Hatinya tiba tiba membuncah bahagia, lelaki itu. Lelaki cacat itu, kurang ajar sekali membuatnya Jatuh cinta sedalam ini dalam waktu singkat
Tak bisa di percaya, terlalu tak masuk akal. Jaehyun sangat menyukai bagaimana setiap kata keluar dari bibir cantik lelaki berparas manis itu
Jaehyun juga tak pernah mengerti mengapa ia dengan mudah mengajak Doyoung tinggal bersama, padahal ya untuk waktu pertemuan sesingkat itu mereka masih berstatus orang asing. Tapi Jaehyun hanya ingin melindungi Doyoung, memastikan lelaki itu aman di dekatnya
"Mungkin sekitar jam dua pagi."
Doyoung buru buru mengalihkan pandangan "Kalau begitu nanti aku akan memasak untukmu, agar kau tinggal menghangatkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion
Fanfiction_____________ Filosofi dari bunga Dandelion itu sendiri yaitu pengharapan, cinta, kebahagiaan, keceriaan, serta kesetiaan.