Jaehyun menangkap tubuh Jeno yang berlari dan menerjangnya dengan pelukan, pria itu tertawa bangga melihat anaknya memakai seragam sekolah untuk pertama kali
"Bagaimana sekolah Jeno?"
Jeno tersenyum sampai matanya menyipit bagai bulan sabit, bocah itu duduk tenang di samping Jaehyun yang menyetir "Menyenangkan papa, Jeno dapat banyak teman."
Jaehyun mengusak rambut putranya bangga, sepanjang perjalanan pulang mobil itu di penuhi Jeno yang bercerita dengan semangat sesekali tergelak senang saat Jaehyun menjahilinya
"Jangan lari lari sayang!" Doyoung merentangkan tangan ketika Jeno berlari tergesa dua detik setelah pintu mobil terbuka "Mama!"
Tubuh kecil Jeno terangkat dalam gendongan Doyoung, Jaehyun menghampiri mereka dengan senyum. Perhatiannya ada pada cincin pernikahan mereka, melingkar indah di jari manis Doyoung
"Sayang." Jaehyun menarik wajah Doyoung lembut dan mengecup keningnya sebagai sapaan Halo
"Jeno mandi dulu ya? Habis itu kita makan sama sama." Jeno mengangguk dan berlari, Jeno berumur enam tahun bulan ini
Dan betapa beruntung Doyoung bahwa Jeno tidak rewel sama sekali, bocah itu sangat menurut padanya maupun pada Jaehyun
Jeno bisa makan, mandi dan berpakaian sendiri pasti itu karena efek Jeno yang awalnya tinggal di panti asuhan.
"Jeno makin pintar ya?" Doyoung mengangguk bangga, kedua orang itu saling menatap
Jaehyun terburu memeluk tubuh Doyoung saat ia lihat air mata menetes di mata cantik istrinya "Kenapa menangis hmm?"
Istri menggeleng kecil, tubuh Doyoung terasa semakin kurus dari terakhir yang Jaehyun ingat sebelum mereka kehilangan bayi mereka
Jaehyun tidak tahu apa saja yang Doyoung lalui jika ia tak di rumah, jika Jeno sedang bersekolah atau jika Doyoung yang menatap kosong pada rintik hujan dari balik jendela kamar
Ia merasa gagal menjadi seorang suami karena tak bisa menemani Doyoung di saat saat terburuknya
Mungkin Doyoung memang bersikap seolah semuanya berjalan seperti biasa, seolah olah ia menikmati setiap menit yang mereka lewati
Namun Jaehyun baru menyadarinya, tatapan mata Doyoung tidak secerah dulu. Doyoung belum benar benar pulih
Dan Jaehyun membenci fakta bahwa ia ikut ambil bagian dari hancurnya sang istri.
"Aku tidak tahu, sakit Jaehyun rasanya begitu sakit disini." Jaehyun semakin memeluk erat tubuh Istrinya, ketika Doyoung memukul-mukul dadanya sendiri
Pasti sangat sulit bagi Doyoung menerima semua ini.
"Jangan menyesali apapun yang sudah terjadi, ya sayang? Kita sama sama hancur, tapi bukannya baby nggak akan suka lihat orang tuanya sedih gini di surga sana?"
Doyoung sesenggukan dengan bibir tergigit kala Jaehyun menangkup wajahnya dan mengusap lembut pipinya "Don't hurt yourself." Jaehyun mengelus bibir Doyoung lembut
"Mama menangis?"
Doyoung berbalik dan mengusap air matanya cepat "Tidak kok, ini cuma kelilipan tadi."
Jeno duduk di pangkuan Doyoung saat pria manis itu mendudukkan diri di sofa, tangan kecil Jeno melingkari leher Doyoung dengan kepala di bahu orang yang ia panggil mama
"Jeno bersyukur karena Papa dan Mama mau menerima Jeno."
Sebetulnya kehilangan atau tidak, mereka masih di berikan sosok malaikat kecil, meski dengan cara yang berbeda
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion
Fanfiction_____________ Filosofi dari bunga Dandelion itu sendiri yaitu pengharapan, cinta, kebahagiaan, keceriaan, serta kesetiaan.