"Fiki tuh adik kita bang! Dia juga bagian Aksakara!"
-Rageo Fajri Aksakara-~~~
"Uhuk-uhuk, bang.. t-tolong" Fiki memeluk erat tubuhnya sendiri. Temperatur AC yang begitu dingin membuat asma yang di deritanya kambuh.
Ia tak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya bisa merintih kesakitan ketika dadanya terasa semakin sesak. Fiki menyandarkan kepalanya pada pintu kamar. Berusaha menghirup oksigen dengan kesadarannya yang tersisa.
Fiki memejamkan matanya, menahan rasa sakit yang menyerang seluruh tubuhnya. Seketika terlintas kejadian dimana sebelum dirinya dikabari bahwa Rendra kecelakaan. Kejadian dimana dirinya meminta Rendra untuk datang ke acara sekolahnya.
#Flashback On
" Halo bang, bisa Dateng gak ke acara sekolah Piki?" Panggilan Fiki dan Fajri terhubung."........
"Yahh, bang masa gak bisa sih? Piki sama BangSen hari ini mau nyanyi, lho" Fiki sedikit kecewa ketika abangnya, Fajri, tak dapat menghadiri acara sekolahnya karena dia juga punya acara di kampusnya.
"........
"Yaudah dehh. Maaf ganggu waktu Abang.."
'Tut' panggilan terputus.
Fiki melirik lesu ke arah Zweitson di sebelahnya. Zweitson pun tau bagaimana perasaan Fiki karena tadi Zweitson telah mendengar percakapan singkatnya dengan Fajri.
"Udah lah pik.. Gak papa kok" Zweitson tersenyum mencoba untuk menghibur Fiki.
Kenapa Zweitson bersama Fiki? Bukan Fajri? Dulu, disaat Zweitson dan Fajri masih duduk di kelas 6 SD, Zweitson harus mengikuti pengobatan yang lama pada masa itu. Hingga akhirnya, dia harus mengulang pelajaran setahun kembali, dan itulah yang membuatnya Kini seangkatan dengan Fiki.
"Tapi bang, seluruh siswa hari ini keluarganya Dateng, lho. Masa kita doang yang nggak? Padahal kita termasuk yang dipilih dalam acara utama." Fiki menunduk.
Acara yang rutin digelar setiap tahun ini memang mengundang keluarga setiap muridnya. Terutama angkatan yang akan lulus pada tahun itu. Dan tahun ini adalah tahun kelulusan Fiki dan Zweitson, 3 bulan lagi mereka akan mengikuti ujian dan lulus satu bulan setelahnya.
Zweitson berdehem singkat "coba tanya papah, siapa tau papah bisa Dateng" dan inilah satu satunya cara yang tersisa untuk membujuk adiknya itu.
Fiki pun mengangguk lemah dan mencoba menghubungi papahnya. Dan, panggilan pun tersambung.
"Halo, Pikinya Papah"
"Halo pah! Pah, bisa Dateng gak ke acara sekolah Piki siang ini?"
"Duhh, papah masih kerja, Pik"
"Yahh, padahal Piki pengen papah nonton Piki nyanyi. Lagunya buat papah lho ini"
"Eum, Yaudah deh papah usahain yaa biar bisa Dateng"
Balasan dari Rendra berhasil membuat Fiki kembali tersenyum "Serius pah? Bener kan?"
"Iyaa, bentar lagi papah bakal pulang kok"