6. Kilas Memori

376 46 5
                                    

Hi! Raf is back!

"Percayalah, dibalik sesuatu yang sedang tidak baik-baik saja, ada secercah perasaan yang memaksa untuk bertahan"
-Anditia Gilang Zenantara-

~~~

Dua buah branker yang didorong menuju UGD menimbulkan suara bising di lorong rumah sakit.   

"Maaf mas, tidak boleh masuk, pasien akan kami tangani." Pintu UGD tertutup. Menyisakan Fajri, Ricky, dan Fenly. Tak lupa turut ada Gilang disana.

Fajri mengusap wajahnya kasar, sebelum raga nya terduduk lemas di kursi tunggu. Fenly perlahan mendekatinya, memberi sebuah pelukan sederhana yang mungkin cukup membuat tenang.

Fajri membalas pelukan itu, dan secara otomatis netra indahnya kini mulai mengeluarkan cairan bening yang akan membasahi bahu Fenly.

"Nangis aja, gak papa." Mendengar bisikan itu membuat tangisan Fajri benar-benar pecah. Fenly mengusap lembut bahu lelaki rapuh itu.

"Gimana kalau mereka kenapa-napa, kak.. Aji gak mau sendiri.." Fenly menggeleng mendengar lirihan itu. "Semua bakal baik-baik aja."

Suasana kembali diisi oleh keheningan. Kini hanya rintihan kecil dari tangisan Fajri yang terdengar. Sebelum pada akhirnya, sebuah suara memecah sepi.

'Tilililit. Tilililit.'  Suara itu, dering handphone  milik Ricky.

Ricky terlihat merogoh saku celananya, disana lah letak handphone nya. Tertera nama Fiki disana, membuatnya segera mengangkat panggilan telfon itu.

"Halo, assalamu'alaikum. Kenapa, Fik?"

".....

"Yaudah, Abang ke sana. Tunggu bentar ya."

".....

"Iya."

Panggilan diputus sepihak oleh Ricky.

"Siapa?" Gilang yang tadi hanya mendengarkan percakapan Ricky akhirnya bertanya secara singkat.

Ricky kembali memasukkan handphone nya kedalam saku. "Fiki. Minta ditemenin." Dan dijawab singkat pula oleh Ricky.

"Yaudah, samperin gih. Bahaya juga kalo dibiarin sendirian lama-lama," sahut Fenly.

Ricky mengangguk mengiyakan. "Iya, Abang ke ruangan Fiki dulu ya. Kabarin kalo ada apa-apa."

Fenly juga mengangguk, sebelum Ricky meninggalkan nya, Fajri dan Gilang disana.

Gilang sedari tadi terlihat mondar-mandir didepan UGD. Merasa bersalah, ia menganggap kecelakaan ini terjadi karena ulahnya yang mungkin tadi terlalu menambah beban pikiran Farhan dan Shandy.

"Duduk, bang," perintah Fenly. Gilang menuruti kata-kata adiknya itu. Lalu mengusap wajahnya gusar, mencoba menormalkan perasaannya yang sedang gundah.

Perlahan Gilang menoleh ke arah Fenly yang masih dalam posisi memeluk Fajri. Lalu matanya teralihkan ke arah Fajri. "Tidur, ya?" tanyanya pelan pada Fenly.

Hanya SementaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang