"Gue udah cukup kecewa hari ini"
-Raleo Zweitson Aksakara-~~~
"My happiness"
Alunan musik dari petikan gitar mulai terdengar. Diiringi oleh suara merdu dari 2 lelaki."Cukup kau di samping ku..
Sempurnakan langkahku..
Tuk menyusuri waktu.."Mereka, Axeazar Ricky Zenantara dan adiknya Alfarens Fenly Zenantara. Ricky, lelaki pemilik manik mata berwarna coklat pekat, anak jurusan sastra dan bahasa. Sedangkan Fenly, lelaki pemilik manik coklat cerah, anak jurusan seni musik.
Dua lelaki itu berhasil menarik perhatian seisi kantin kampus, terlebih lagi para kaum hawa. Suara lembut yang keluar dari mulut mereka berhasil masuk dengan sopan ke setiap telinga yang mendengarnya.
Nyanyian mereka terhenti kala suara deringan terdengar dari ponsel Fenly, menandakan sebuah panggilan masuk di handphonenya.
Ricky melirik handphone Fenly setelah melihat dahi sang adik yang mengkerut bingung. Disana tertera nama kontak 'Aji-nomoto', yang membuat Ricky terkekeh. "Masih tetep nama kontaknya? Ntar dianya marah kalau tau"
'Aji-nomoto' adalah nama yang diberikan Fenly untuk salah satu kontaknya. Fajri, Rageo Fajri Aksakara. Entah sudah berapa kali Fajri meminta Fenly mengubah nama kontaknya, tapi tetap saja, Fenly nampaknya telah nyaman dengan nama kontak untuk sahabat sekaligus sepupu jauhnya itu.
Fenly ikut terkekeh "Biarin, lagian aneh kalo diganti. Ini tuh nama spesial yang Fen bikinin buat sepupu tersayangnya Fen"
Keluarga Aksakara dan Zenantara memang hanya memiliki ikatan saudara yang jauh. Namun, jarak keluarga tak membuat kedekatan Aksakara dan Zenantara menipis. Kedekatan mereka bahkan sudah seperti saudara sendiri.
Ricky tertawa sekilas "Yaudah angkat, gih. Speaker nya nyalain"
Fenly pun mengikuti perintah Ricky. Obrolan pun dimulai.
"Halo, Ji. Kapan masuk kampus lagi?" Fenly memulai pembicaraan. Namun, dia tak mendapat jawaban dari pihak Fajri selama beberapa saat.
"Ji?" Ricky pun ikut memanggil Fajri.
"Bang.. Ka.." jawaban artinya di berikan Fajri walau terdengar pelan.
"Iya?" Ricky dan Fenly menjawab bersamaan. Walau Fenly jarang dipanggil dengan embel embel 'kakak', tapi dia tau di saat saat tertentu Fajri akan memanggilnya dengan sebutan 'kakak'.
"Asma Fiki, kambuh. Makin parah." Suara Fajri terdengar parau.
Ricky dan Fenly saling tatap mendengar ucapan Fajri. Mereka berdua satu pikiran "rumah sakit?" Mereka berdua bertanya ragu.
"Iya" suara Fajri terdengar semakin pelan.
Fenly tak tau harus menjawab apa. Dia tau jelas bagaimana perasaan Fajri jika sudah menyangkut Fiki.
"Kok bisa?" Ricky mencoba menelaah.
"Di kunciin di kamar. AC nyala."
Ricky kaget mendengar ucapan Fajri "siapa yang ngunciin Fiki?"
"BangHan." Setelah tak menjawab beberapa saat, jawaban Fajri kini kembali berhasil membuat Ricky terheran heran.