Alina dan teman sekelasnya kini sudah berkumpul di kantin, mereka semua duduk dengan lesehan.
"MANG DEDI, YUHUUUU," teriak Giska.
Mang Dedi yang menjadi pedagang kantin IPS pun datang. Kantin IPA dan IPS di pisah. Cuman bersebrangan saja, kantin IPS di sebelah kiri dan kantin IPA di sebelah kanan. Letak gedungnya pun sama.
"Ini teh murid baru?" Tanya mang Dedi.
"Bukan, dia murid lama tapi pindah kelas aja," jawab Giska.
Mang Dedi manggut-manggut. "Mau pesen apa, biar mamang catet?" Mang Dedi sudah siap menulis di buku pesanan.
"Bakso sama es teh," ucap Alina. Ia langsung memainkan hpnya.
"Samain kayak Alina," ucap Arga dan Arkan.
"Mie ayam sama es jeruk," ucap Giska.
"Batagor, jus mangga," ucap Zahra.
"Soto ayam plus es teh," ucap Ridwan.
"Samain kayak Ridwan," ucap yang lainnya.
"Oke, di tunggu." Ucap mang Dedi. Ia langsung pergi.
"Btw, ini cuman ada 14 murid gitu?" Tanya Alina meletakkan hpnya.
"Iya, rata-rata kelas IPS ada 14 orang, Lin." Jawab Zahra.
"Ouh, berarti lebih banyak IPA, ya?"
"Iya," ucap Zahra.
"Kalian sering main gitu?" Tanya Alina.
"Sering, apalagi Minggu." Jawab Ridwan.
"Kemana?"
"Kemana aja, asalkan healing."
"Kalian percaya gak kalo gw bukan, Alina?" Tanya Alina tiba-tiba membuat temannya langsung terdiam.
Arga sedang asik main hp. "Per-" jeda Arga langsung menatap Alina. "Hah maksudnya?"
"Seb-" ucap Alina terpotong karena mang Dedi sudah datang.
"Nih makanannya," ucap mang Dedi Meletakkan pesenan mereka.
"Makasih, mang." Ucap mereka.
"Sama-sama," mang Dedi pergi.
"Seb, apa?" Tanya Giska penasaran.
"Entar aja di lanjut, sekarang kita makan dulu!." Ucap Alina.
Mereka makan dengan tenang, tapi mereka juga tertawa karena melihat Ridwan makan dengan cepat. Arga makan sambil melihat tuktak, sampai dia tak sadar jika bakso nya di ambil satu oleh Ridwan.
"Makasih," ucap Ridwan tiba-tiba kepada Arga.
Arga menoleh kepada Ridwan, ia mengangkat dagunya sambil mengkerutkan keningnya. "Apa?" Tanyanya tak paham.
"Baksonya makasih," ucap Ridwan cengar-cengir.
"Bakso," Arga langsung menghitung baksonya. "Perasaan bakso gede ada 1 terus bakso kecil ada 6, totalnya 7, sedangkan gw baru makan 1, berarti sisanya harus 6, kok ada 5 lima ya," ucapnya pelan. "Bakso gede ada, bakso kecil, wait kok ada 4," Arga mengacak-acak baksonya.
Ia langsung menatap tajam Ridwan. "Lu yang makan?" Ngegas Arga.
"Hehe... Iya, tadi gw udah minta kok," ucap Ridwan.
"Mana ada, gw gak denger tuh," ucap Arga dengan nada tinggi.
"Udah tadi," ucap Ridwan mengusap perutnya.
"Ck, dasar bakul nasi," umpat Arga.
Arga selalu manggil bakul nasi jika kesal sama Ridwan. Karna tubuhnya yang gendut, Arga menyematkan panggilan bakul nasi untuk Ridwan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alina or Alana [END]
Jugendliteratur⚠️ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ⚠️ ⚠️ JANGAN LUPA KASIH VOTE PADA CERITA INI!!!⚠️ [CERITA INI MUNGKIN GAK AKAN DI REVISI! JADI, SETERAH KALIAN MAU BACA ATAU ENGGAK NIH CERITA. JUJUR!!! CERITA INI SANGAT ACAK-ACAKAN, PENULISANNYA BANYAK YANG SALAH, JADI SE...