16

26K 2K 7
                                    

Setelah Alina keluar dari kelas, ia kini sedang berada di rooftop. Ia duduk di bangku yang telah di sediakan oleh pihak sekolahnya.

Alina tidak mendengar kalo bell masuk sudah berbunyi, tapi tiba-tiba...

"Ekhm," dehem seseorang yang datang dari arah pintu.

"Ck, siapa sih yang ganggu waktu gw," decak Alina.

"Ganggu, hmm?" Tanya seseorang.

"Iya, lu ganggu banget," jawab Alina ketus.

Alina berbalik badan. Ia syok dengan sosok di belakangnya itu. "E-eh ketos," sapa Alina menggaruk kepala yang tak gatal.

"Hmm,"

"Masuk," suruh Kevin.

"Belum bell masuk, tos. Males ada para hama di sana." Ucap Alina. Kevin berjalan ke hadapan Alina.

"Udah." Singkat Kevin.

"H-hah maksudnya?" Tanya Alina yang tak paham.

"Udah bell masuk," ucap Kevin.

"Jangan dingin-dingin deh, tos. Gak ada yang suka baru tau lo," kelakar Alina.

"Hmm,"

"Masuk atau hukum?" Tajam Kevin.

Alina mengetuk kepalanya. "Gw pilih atau aja deh," ucapnya.

Kevin menatap tajam Alina. Yang di tatap malah cengar-cengir.

"Hehe... Peace. Oke gw masuk dulu, bayy," setelah mengucapkan itu, Alina kabur.

"Berubah," batin Kevin.

Alina berlari menuju kelas, karna ia tidak mau kena hukuman dari sang Ketos.

Brak
Alina mendobrak pintu secara kencang.
Yang di dalam kelas menggeram marah karna Alina telah mengganggu pelajaran.

"Assalamualaikum," salam Alina memasuki kelas dengan santai.

"Wa'alaikumsalam,"

Alina dengan santai memasuki kelasnya tapi tiba-tiba ada yang menarik telinga Alina dari belakang.

"Aduh, duh, pak sakit," ringis Alina karna di jewer telinganya oleh pak Ferdi.

Pak Ferdi melepaskan jewerannya. "Mau kemana kamu? Udah masuk telat, dobrak pintu. Terus sekarang mau duduk, hmm." Ucap pak Ferdi tegas.

"Anu pak, anu itu loh, Ketos anu tadi." Alina menunjuk-nunjuk gak jelas sambil mengetuk-ngetuk keningnya.

"Anu apa?" Tanya pak Ferdi.

"Ya anu pak," cengir Alina.

Anu apa Lin

Anu sama Ketos

Wah habis ngapain anu

Lina pikiran si  Jefry ambigu loh

Ngapain lo nuduh gw lo sendiri kali

Pekikan teman-teman kelas Alina.

"Alina," geram pak Ferdi.

"Ampun, kakangmas," Alina melipatkan tangannya di depan kepala sambil menghadap pak Ferdi.

"Dasar anak ini," gumam pak Ferdi.

"Haha... Lucu banget sih, Lin." Sahut Ata.

"Sekarang kamu kerjakan soal ini," tunjuk pak Ferdi ke papan tulis.

Alina menatap ke papan tulis. "Ck kecil ini mah," gumam Alina.

"Oke, tapi ada syaratnya." Ucap Alina.

"Apa?" Tanya pak Ferdi.

"Kalo gw bisa menjawab soal ini, gw akan pindah kelas, tapi kalo gw gak bisa jawab, seterah bapak mau ngapain." Tawar Alina.

"Oke, setuju." Pak Ferdi menyetujui tawaran dari Alina.

Alina kan bodoh mana bisa ngerjain tuh soal

Hooh gw aja soal itu agak gak ngerti apalagi Alina

Caper lo

Huuuuu

Sorakan dari teman sekelas Alina.

Sebelum Alina menjawab pertanyaan dari pak Ferdi ia menatap teman sekelasnya dulu. Yang di tatap pun gelagapan karna aura yang di keluarkan Alina sangat menyeramkan.

"Sebelum gw menjawab soal ini, alangkah baiknya gw meminta maaf kepada kalian yang sudah menjadi korban bully gw, dan kurasa kelas IPA 1 ini bagus, berisikan orang pintar, dan tentu kaya. Tapi..." Alina menjeda omongannya. Lalu menatap semua siswa satu persatu.

"Sayangnya rasa kepedulian anda tidak ada," lanjut Alina.
Ia langsung menghadap papan tulis. Setelah itu ia mengerjakan soalnya.

Alina begitu mudah mengerjakannya, ouh ayolah ini Alana si Queen of Darkness, yang mempunyai IQ di atas rata-rata.

Selang 3 menit Alina sudah selesai mengerjakannya.

"Gimana?" Tanya Alina ke pak Ferdi sambil menaruh spidolnya. Tak lupa iya juga tersenyum miring.

"B-bagaimana b-bisa," gagap pak Ferdi. Ia tidak menyangka kalo Alina bisa mengerjakannya.

"Sebenarnya saya bisa mengerjakan soal-soal yang di berikan pada guru, namun saya hanya malas mengerjakannya." Ucap Alina formal.

Teman sekelas Alina kaget, mengetahui bahwa Alina itu pintar, namun hanya di tutupin dengan otak bodohnya saja.

Alina membelakangi papan tulis dan ia menghadap para teman sekelasnya.

"Sekarang, sifat asli saya keluar, tidak ada pembullyan yang ada hanya kebaikan, semua rahasia akan terungkap dan kejahatan dia akan terbongkar. Soo kalian hanya tinggal tunggu waktunya saja." Tegas Alina menekan kata dia.

Ternyata Alina pintar

Dia seolah-olah menjadi bodoh padahal mah dia pintar

Dia siapa woy

Iya woy gw penasaran

Tinggal tunggu waktunya saja kata Alina juga

Tapi jiwa kepo gw meronta-ronta nih

Dasar tukang ghibah

Gw gak ghibah woy gw anak baik sekarang mah

Pekikan teman sekelas Alina begitu ricuh, mereka semua kepo dengan dia, tapi dianya siapa, pikir mereka. Bahkan Vano dkk di buat bingung dengan perkataan Alina.

"Dan sekarang saya akan keluar dari kelas ini, karna waktu itu saya pindah ke kelas ini karna permintaan." Ucap Alina.

"Bapak sebagai wali kelas saya, mohon kerjasamanya untuk mengurus perpindahan saya ke kelas 12 IPS 1." Ucap Alina tertuju kepada pak Ferdi.

"Baik saya akan mengurusnya, sekarang Kemasi barang-barang kamu, dan hari ini kamu pindah kesana," ucap pak Ferdi.

Alina mengangguk, setelah itu ia mengambil tasnya di bangku belakang. Lalu Alina dan pak Ferdi pergi ke kelas barunya Alina.

"Kalian baca lks halaman 120," suruh pak Ferdi kepada muridnya.

"Iya, pak."

"Assalamualaikum," ucap salam mereka berdua.

"Wa'alaikumsalam."



TBC

Alina or Alana [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang