Seminggu setelah kejadian itu status Julian dan Eletta menjadi semakin jelas. Eletta sudah mulai terbiasa memiliki Julian disampingnya. Meskipun orang itu masih menjadi ancaman bagi jantung Eletta.
Tapi tidak seperti pasangan remaja lain. Menurut Eletta, Julian terlihat tidak sering mengumbar hubungan mereka saat disekolah. Cowok itu lebih sedikit berinteraksi dengannya saat di area sekolah. Contohnya saat mereka berpapasan di pinggir lapangan, Eletta akan menyapa Julian dengan sifat cerianya. Tapi ia hanya mendapat balasan senyum tipis dari cowok itu.
Eletta kurang menyukainya.
Karena tidak mau dengan mudah melepaskan seorang Julian Sakala Aiden, dia menahan diri untuk mengajukan protes pada Julian.
Eletta menahan perasaan tidak nyamannya.
Mungkin Julian memang tipe pacar yang seperti itu, yang tidak suka mengumbar hubungan.
Lagipula mereka baru berpacaran selama dua minggu! Bagaimana bisa Eletta dengan mudah memutus hubungan?
Itu tidak akan terjadi.
Di sisi lain ujian nasional kelas 12 juga sudah dilakukan satu minggu yang lalu. Sekarang kelas tiga sudah bebas dari jam pembelajaran tapi masih ada beberapa yang rajin. Apalagi sebentar lagi festival pentas seni sekolah akan diselenggarakan. Banyaknya anak kelas 12 yang jadi panitia sekaligus karena ini adalah kali terakhir mereka mengikuti persiapan untuk acara sekolah.
Berbeda dengan kelas 12, adik kelas dibawahnya justru akan lebih sibuk dengan mata pelajaran. Sebentar lagi mereka akan menghadapi ujian akhir semester. Jadi pada saat anak kelas 12 menyiapkan pensi, anak kelas 10 dan 11 masih dikelas masing-masing mengikuti pembelajaran.
Eletta yang sedang mengikuti jalannya jam pelajaran terus terganggu oleh beberapa anak kelas 12 yang lewat di depan kelas. Kakak kelasnya dengan bersemangat memindahkan barang terlihat dari jendela. Eletta memukul-mukulkan bolpoin hitam ke bibirnya dengan pelan. Tidak ada Julian sedari tadi. Padahal Julian bilang padanya lewat chat line bahwa dia akan berangkat ke sekolah hari ini.
-
Di tempat lain—di ruang penyimpanan— seorang gadis sedang membungkus hadiah untuk doorprize. Dia sendirian sampai seseorang mengetuk pintu dan masuk. Gadis itu menoleh ke belakang lalu tersenyum.
"udah dapet?" tanyanya pada temannya itu.
"hmm susah banget nyarinya, muter-muter gue." jawab Julian dengan keringat mengucur di jidatnya setelah keluar sekolah untuk mencari tempat plester.
"tau gitu jadi ketua panitia aja kan? Gausah cape lari-lari wkwk." kata perempuan itu.
Dia adalah Dea teman perempuan Julian sekaligus anak dari sahabat orangtua Julian. Mereka berdua sudah saling kenal sejak usia mereka 1 tahun. Orangtua mereka selalu membawa mereka untuk main bersama, maka dari itu mereka menjadi semakin dekat.
"itu mah lebih sibuk, banyak tanggungjawab. Gue cape." jawab Julian sembari terengah lelah.
"bantuin anjir!" protes Dea saat Julian berencana untuk berbaring di atas karpet.
Karena takut diamuk Julian buru-buru duduk tegak membantu Dea membungkus hadiah doorprize.
"btw gimana cewe lo? Udah sampe mana?" alis Dea naik turun sambil menyenggol lengan Julian dengan sikunya.
Julian menatap Dea dengan mata setengah tertutup. Tahu bahwa pikiran Dea sudah ternodai hal-hal negatif. Julian sangat mengenal Dea, jika dia bertingkah seperti itu pasti karena dia berpikir tentang hal-hal dewasa yang menjijikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELIAN
RandomEletta tak pernah mengira dia bisa menjadi sepencundang ini di depan seorang anak laki-laki berlabel 'good boy' di sekolahnya. Sedangkan Julian sang ketua OSIS tanpa cela itu hanya mengikuti permainan Eletta, tidak lebih.