Saat pertandingan final untuk perlombaan sepakbola, tim milik Bian juga kalah dari kelas 12 IPA 3. Pertandingan hampir seimbang dan tim kelas Bian kalah dengan skor 1-0. Dengan ini kelas Julian sudah menjadi pemenang dalam pertandingan sepakbola antar kelas.
Belum selesai upacara pertandingan, Julian melihat Eletta dan dua sahabatnya sudah beranjak pergi. Mata Julian menatap dengan kecewa saat dia menyadari Eletta ada disini bukan untuk melihatnya.
Sedangkan di sisi Eletta, dia dan Narra sudah ditarik keluar oleh Jovan karena gadis itu ingin segera menemui Gada. Jika kalian ingin tahu, Gada itu gebetan Jovan yang tinggal selangkah lagi bisa merubah status Jovan. Dalam kata lain mereka sudah menjalin hubungan baik satu dengan yang lain.
Berpisah didepan panggung pensi, Jovan melambaikan tangannya pada Eletta dan Narra. Wajah dua monyet yang ditinggal salah satu anggotanya itu berubah malas saat melihat Jovan menggandeng Gada dengan alami. Bahkan dia tidak malu meskipun disekitarnya ada banyak orang. Narra dan Eletta bertingkah seperti sedang mau muntah melihat kelakuan Jovan.
Sudah jauh tak terlihat lagi, Narra dan Eletta baru menyadari bahwa nasib mereka begitu jelek. Dua jomblo yang pergi ke pensi SMA sampai nanti malam. Eletta dan Narra saling menoleh menatap satu sama lain lalu menghela nafas pasrah.
Ini takdir mereka, tanpa ayang.
Hari sudah mulai sore saat Eletta memeriksa jam tangan kulit yang melingkar di pergelangan tangannya. Eletta mengambil teokbeokki pedas yang tinggal satu biji di gelas kertasnya. Pipinya bergerak dengan aktif saat mengunyah makanannya. Narra yang bosan sejak tadi hanya bermain ponsel dan menyandarkan kepalanya pada bahu Eletta. Mereka berdua duduk di meja kursi di samping bazaar yang memang disediakan seperti foodcourt.
Di meja mereka sudah berjajar sampah kotor bekas makanan. Beberapa sudah habis dan beberapa masih ada isinya. Setelah menonton pertandingan bola tadi Eletta dan Narra mencari jajanan dan hanya duduk sembari menikmati pertunjukkan teman angkatan, adik kelas sampai kakak kelas mereka yang mengisi rundown acara hanya agar panggung tidak sepi.
"ah bosen, kak isyananya jam berapa lama banget!" Narra mengeluh bosan.
Dia menegakkan tubuhnya lalu mengatur rambutnya yang berantakan setelah bersandar pada Eletta.
"bentar lagi, tadi gue udah liat mobil artisnya. Rame-rame didepan." ujar Eletta santai sambil bermain ponsel.
SMA mereka memang memanggil beberapa artis dan yang akan jadi puncaknya adalah seorang Isyana Sarasvati! Ketenaran Isyana membuat antusias yang besar dari para murid. Apalagi pembawaannya saat di panggung sangat menyenangkan.
Mata Narra berbinar saat dilihatnya panggung pensi mulai disiapkan dan ada beberapa staf penjaga yang mulai muncul dari belakang panggung untuk berdiri didepan pagar depan panggung. Soundcheck sudah selesai selama sekitar lima belas menit. Ada MC yang juga sudah diatas panggung berbicara basa-basi sembari menunggu sang penyanyi siap.
Sangat ingin melihat lebih dekat, Narra menarik lengan Eletta untuk mengikutinya mendekati panggung. Menonton artis lebih menyenangkan jika secara dekat dan dengan posisi berdiri didepan panggung. Apalagi Guest Star-nya seorang Isyana, penyanyi terkenal kebanggaan satu Indonesia.
Eletta hanya mengikuti saat Narra menariknya. Dia juga tidak keberatan berdesakan di kerumunan untuk menonton pertunjukan artis berbakat secara langsung.
Beruntung Narra sangat cepat sehingga mereka bisa mendapat tempat nyaman di agak tengah kerumunan penonton. Eletta terus memegangi pergelangan tangan Narra dengan kuat seperti takut mereka akan berpisah.
"Selamat Sore, eh malem ya ini? Hehe sorry langitnya nggak jelas." suara itu muncul dari samping seraya memasuki panggung.
Penonton berseru riuh saat sang penyanyi naik ke panggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
ELIAN
RandomEletta tak pernah mengira dia bisa menjadi sepencundang ini di depan seorang anak laki-laki berlabel 'good boy' di sekolahnya. Sedangkan Julian sang ketua OSIS tanpa cela itu hanya mengikuti permainan Eletta, tidak lebih.