-Ocean eyes-
Mata yang tak pernah redup itu selalu menjadi semangat hidupku. Terlihat begitu hangat dan dalam. Menyimpan banyak emosi di dalamnya, namun tak terbaca oleh siapapun. Senyumnya tak pernah sirna, juga tak pernah gagal mengelabui.
Dalam setiap senyumnya aku selalu tahu jika ada pahitnya hidup yang dia tutupi. Tak mau orang-orang khawatir tentangnya maka karena itu matanya selalu berbinar cerah, bibirnya tak pernah lelah untuk selalu menyunggingkan senyuman palsu.
Sebenarnya apa yang membuatmu begitu palsu Junghwan?
Pertanyaan itu menjadi motivasiku untuk mendekatimu, ingin mengetahui lebih banyak tentangmu. Membuatku berharap untuk bisa membantumu lebih mengekspresikan emosi yang kau tanam terlalu dalam, namun layaknya mayat busuk sedalam apapun terkubur baunya tetap dapat tercium. Begitu juga dengan lukamu, aku cukup pintar dan peka untuk bisa merasakan luka dan pahitnya hidup yang kau coba untuk sembunyikan.
Mungkin menjengkelkan karena aku terkesan sepertinya terlalu ingin ikut campur dengan problematika hidupmu, dengan dirimu yang baru saja kukenal beberapa bulan ini melalui tim taekwondo nasional. Namun aku dibutakan cinta.
Aku ingin jadi orang yang dapat menyembuhkan lukamu, melengkapi potongan puzzle yang hilang dihidupmu. Menghiburmu. Setidaknya sampai senyum dan binaran matamu tak lagi palsu.
-A Coward-
Namun maaf diri ini terlalu pengecut. Merasa terlalu rendah untukmu yang selalu jadi pusat perhatian dimanapun kau berada. Aku hanya bisa jadi orang yang menilai dan memandangimu dari jauh. Maaf.
Sebenarnya aku juga bingung Junghwan. Bingung tentang bagaimana kehadiranmu yang terbilang baru bisa mengacak isi hati dan kepalaku seperti ini.
Membuatku berani bertindak diluar nalar. Seperti memberi surat dan perban untuk luka pada sikumu yang aku yakin kau bahkan tak sadar, keduanya diam-diam kumasukkan ke dalam lokermu.
Mengintip dari celah daun pintu dan melihatmu tersenyum dengan mata itu lagi-lagi berbinar cerah begitu menerima surat dariku membuatku sangat senang, layaknya baru saja memenangkan medali emas pada olimpiade tingkat nasional.
Aku senang perhatian yang kucurahkan dalam bentuk surat itu bisa membuatmu bahagia. Juga senang karena berhasil membuat mata dan bibir manis itu tersenyum. Setidaknya terlihat tulus.
Malam itu kuhabiskan memikirkanmu beserta mata dan bibir yang tersenyum karena suratku. Seperti yang kubilang diawal tadi, binar matamu menjadi semangat bagiku. Tatapannya terasa begitu dalam. Dalam sekali sehingga membuatku tak sadar sudah tenggelam begitu jauh.
-Bastard-
Tapi, ini semua terasa tak adil dan membuatku begitu marah. Begitu aku tau kalau dirimu sudah dimiliki oleh seseorang. Apalagi ternyata orang itu seorang bajingan bermulut kasar yang tak segan memakimu di depan pintu Training Camp.
Bahkan dengan semua makian yang kau terima, bibir dan mata itu tak terlihat gentar sedikitpun. Justru meminta maaf berkali-kali, membiarkan harga dirimu terinjak-injak di depan semua penonton, membuatnya merasa menang dalam ego.
Dapat kurasa mata kita beradu tatap dalam beberapa detik, memberi sedikit keyakinan bagiku untuk bergerak.
Namun didetik aku ingin membantumu untuk menghajar bajingan itu, kenyataan kembali menamparku. Fakta bahwa kita tidak kenal sama sekali, atau tepatnya kau yang tidak mengenalku.
Fakta bahwa aku bukan siapa-siapa bagimu.
KAMU SEDANG MEMBACA
For. Junghwan
Roman d'amour[HAREM] •BxB• •Junghwan as Sub• •Some 21+ Part• Kindly leave a comment and vote if you enjoy this story, Thank you!