Tubuh tinggi yang biasanya terlihat gagah dan tegap itu kini terlihat ringkih dengan bahu yang merosot lemah, sedikit bergetar karena hawa dingin rumah sakit yang tidak ia hiraukan sama sekali. Wajah memang masih terlihat tampan, namun seakan tertutup awan kabut. Begitu gelap juga kelam.
Pikiran begitu kacau dan risau, terlihat jelas dari keningnya yang mengerut. Kakinya tak bisa berhenti bergetar karena gelisah. Kedua telapak tangan terlipat dan dalam hati merapalkan doa untuk keselamatan sang pujaan hati di ruang operasi.
Beberapa waktu sebelumnya dokter memberi estimasi lamanya operasi caesar hanya sekitar 25 sampai 60 menit saja, namun sampai sekarang waktu sudah berjalan sekitar 70 menitan yang membuat Haruto takut dan gelisah dengan hanya memikirkan apa yang terjadi di dalam sana.
Kedua orang tua dan kakak iparnya juga turut menemani, mama Haruto sadar akan kegelisahan anak semata wayangnya karena ia juga merasa khawatir dengan kondisi Junghwan. Perlahan ia mendekati Haruto lalu mengusap lembut bahunya mencoba menenangkan.
"Ma..Junghwan sama Ansel baik-baik aja kan? Ini udah lewat dari waktu yang seharusnya ma" Ujar Haruto lirih. Ia menyenderkan kepalanya ke pundak mamanya, menumpahkan semua rasa cemas yang ia simpan dalam-dalam sedari tadi.
"Mungkin ada sedikit hambatan, kita doakan yang terbaik saja ya? Junghwan dan cucu mama pasti selamat, mama yakin.." jawab wanita paruh baya itu. Haruto mengangguk patuh, mencoba berpikiran positif. Ia menggenggam erat tangan mamanya.
Ansel. Pada akhirnya mereka memakai nama yang disarankan oleh Jihoon -kakak ipar Haruto- sebagai nama anak pertamanya dengan Junghwan. Dengan harapan Ansel dapat tumbuh menjadi anak yang pintar, kreatif dan tidak pernah kekurangan; sesuai dengan arti dibalik nama sederhana itu.
Sebelumnya mereka memang memutuskan untuk mengetahui jenis kelamin bayi mereka saat hari kelahirannya saja, menjadikan hal itu kejutan.
Namun 2 bulan terakhir Junghwan memutuskan untuk bertanya saja ke dokter kandungannya perihal itu, dengan alasan untuk persiapan yang lebih matang dalam menyambut buah hati mereka jika lahir nanti.
Laki-laki ataupun perempuan tidak menjadi masalah bagi pasangan muda ini, karena yang terpenting adalah kesehatan bayi mereka.
Begitu mengetahui bahwa bayi mereka berjenis kelamin laki-laki, keduanya sangat antusias. Junghwan tanpa berpikir panjang membeli banyak sekali pakaian juga peralatan bayi, sementara suaminya itu tak kalah sibuk juga mendekorasi kamar tidur dan kamar bermain untuk anak mereka kelak.
Lamunan Haruto buyar begitu pintu kaca di depannya terbuka lebar, memperlihatkan seorang perawat mendorong sebuah boks kaca keluar ruangan. Haru dan yang lainnya langsung berdiri tegak secepat kilat lantas memperhatikan bayi kecil di dalam boks itu.
"Keluarga Watanabe Junghwan?" Tanya perawat itu.
"Iya benar, saya suaminya" Jawab Haruto namun netra juga fokusnya hanya tertuju kepada sosok mungil yang terlelap di dalam boks kaca itu.
Perawat yang mendorong boks kaca itu nyatanya sedikit kaget melihat presensi seorang aktor terkenal berdiri tepat di hadapannya. Namun professionalitas akan profesi harus diutamakan.
"Selamat Pak atas kelahiran anak laki-lakinya, lahir dengan berat 3.8 kg dan panjang badan 53 cm. Bayinya sangat sehat!" Jelas Perawat itu ke Haruto.
Haruto tak dapat lagi menahan tangis bahagianya, tak lagi sanggup sekedar menanggapi penjelasan dari perawat itu. Katakanlah dia cengeng, tapi kehadiran bayi kecil itu menjadi suatu berkah bagi dia dan Junghwan. Watanabe Ansel, nama yang kedepannya akan membawa nama keluarga Watanabe dan mulai sekarang akan menjadi bagian kesehariannya, anak laki-laki sulungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
For. Junghwan
Romance[HAREM] •BxB• •Junghwan as Sub• •Some 21+ Part• Kindly leave a comment and vote if you enjoy this story, Thank you!