Setelah kepergian ratu Hadisya, raja iblis Sultan Fauzan termenung memikirkan tawaran dari ratu Hadisya. Hingga lamunannya terbuyar saat seseorang memanggil namanya
"Yang mulia, anda sedang memikirkan hal apa?" Tanya orang itu kepada raja Sultan Fauzan
"Oh, aku? Aku sedang memikirkan bagaimana hari esok, Afdol Guftama" Jawabnya kepada Afdol yang merupakan tangan kanannya. Afdol Guftama bingung dengan jawaban atasannya, lantas ia bertanya sekali lagi"Hari esok? Maaf Yang mulia, saya tidak paham" Ucapnya. Mendengar itu, raja Sultan Fauzan menjawabnya dengan tawa kecil
"Hahaha. Maksud dari esok adalah, hari di mana aku akan membantu seorang pemimpin untuk memusnahkan musuhnya dengan kekuatan besar milikku" Tuturnya dengan wajah yang menyeringaiPaham dengan maksud sang tuan, Afdol Guftama menganggukkan kepalanya dan ikut bersenang hati sama halnya dengan atasannya. "Saya tak sabar untuk hari esok, Yang mulia. Dengan kekuatan anda Yang Agung, pasti membuat semua orang tunduk dengan anda" Mendengar pujian yang dilontarkan untuk dirinya, raja iblis itu menjadi besar kepala. Dan tertawa dengan terbahak-bahak bagaikan orang gila
"HAHAHAHAHAHA, CUKUP! AKU TIDAK TAHAN DENGAN LELUCON ITU" Ucapnya dengan tawa yang menggelegar. Padahal, tidak ada yang sedang bersenda gurau, tapi pria itu malah tertawa terbahak-bahak. aneh.
"Kau memang pandai memuji, Afdol Guftama" Puji nya kepada Afdol
"Itu memang kenyataannya Yang mulia" JawabnyaDi kekaisaran Filotimo, kaisar Hilman Sebastian yang sedang berdiri di teras terlihat sedang memikirkan sesuatu yang membuat hatinya gundah. Setelah kembali dari kekaisaran Psyhi, entah mengapa perasaannya begitu tak enak. Ia bersimpang-siur dengan raut muka yang amat gelisah. Kebetulan pada saat itu juga, penyihir kekaisaran Filotimo, Naufal Xilantara tak sengaja melewati teras yang di mana pemimpinnya sedang berdiri
Melihat pemimpinnya sedang buncah, sertamerta membuatnya mendatangi pria itu, "Wahai Yang mulia, anda terlihat sedang memikirkan suatu hal yang membuat hati anda gundah. Perkara apa yang anda pikirkan sehingga membuat anda seperti ini, Yang mulia?" Tanya penyihir itu
Masih dengan kegelisahan yang menyelimutinya, pria dengan perawakan badan yang berisi dan menjulang tinggi itu menjawab pertanyaan dari penyihir muda tersebut, "Entahlah, Naufal. Saya pun tak tahu apa penyebabnya" jelasnya dengan memberikan jeda. Naufal Xilantara patuh menunggu kelanjutan penjelasan dari atasannya itu. "Semenjak pulang dari negeri Psyhi, perasaan ini datang begitu saja. Di dalam diri ini, seolah-olah mengatakan bahwa esok akan terjadi suatu hal yang mengerikan di negeri Psyhi" Lanjutnya
Mendengar penjelasan itu, membuat Naufal Xilantara berpikir keras untuk menemukan jalan keluarnya. "Apa yang harus saya lakukan, Naufal?" Pertanyaan mendadak dari kaisar Hilman, sontak membuat ia mendapatkan solusi dari masalah itu. Akan tetapi, ia tidak tahu apakah pemimpinnya menerima usulan tersebut
"Yang mulia, bagaimana jika esok kita berangkat lagi menuju negeri Psyhi? Saya akan ikut berpartisipasi dalam perjalanan tersebut. Dan saya akan mengajak pasukan elit saya dan Maula Adrienne bersama para antek-anteknya" Kaisar terdiam masih dengan kegundahannya. Naufal Xilantara menunggu jawaban dari kaisar Hilman dengan rasa ragu dan ketakutan.
Di saat ingin menjawab pertanyaan itu, tiba-tiba saja Agil Adalvino ksatria kekaisaran itu tak sengaja lewat di teras mereka berdiri. Melihat sosok lelaki jangkung itu lewat, membuat kaisar Hilman memanggil namanya, "Hei, Agil! Kemari sebentar. Ada hal penting yang harus kita diskusikan" Panggilnya.
Naufal Xilantara mengalihkan fokusnya ke objek yang baru saja kaisar Hilman sebut. Mengetahui bahwa nama yang disebut merupakan nama dari rivalnya, sontak saja membuat ekspresi tak suka terukir di wajah lelaki itu.
Merasa namanya disebut, Agil Adalvino dengan kedua netranya menyelidik sekelilingnya memastikan siapa yang memanggil namanya. Sadar dengan siapa yang memanggil namanya, langsung membuat lelaki itu pergi berjalan menuju sumber suara. "Oh, ternyata Yang mulia yang memanggilku. Mendiskusikan hal penting? Apa itu?" Batinnya
"Sial, kenapa bocah sialan ini juga harus ada di sini? Sebenarnya, apa yang ingin beliau diskusikan di tempat terbuka seperti ini?" Batinnya sambil menatap rupa penyihir yang merupakan rivalnya sejak dulu
"Agil, bagaimana pendapatmu jika besok kita akan pergi lagi ke kekaisaran Psyhi?" Pertanyaan yang dilontarkan oleh kaisar Hilman membuat konsentrasi ksatria itu teralihkan
"Anda ingin pergi ke sana lagi, Yang mulia?" Tanyanya bingung
"Naufal, silakan jelaskan" Pinta kaisar Hilman kepada penyihir itu"Argh, kenapa aku harus bersusah payah menjelaskan kepada keparat ini?" Batin Naufal
"Sial, aku mimpi apa sehingga dijelaskan oleh bajingan ini" Batin ksatria ituNaufal Xilantara dengan senyum yang dipaksakan menjelaskan rencana apa yang akan dilakukan esok hari. Ia berdeham dan menjelaskannya dengan penuh penekanan di setiap kalimatnya.
"Ehem! Tolong didengarkan dengan jelas ya, ksatria terhebat di negeri Filotimo" Basa-basi nya dengan penekanan pada kalimat "ksatria terhebat"
"Ya. Cepat jelaskan" Jawabnya dengan nada jengkel
"Jadi, esok hari kita akan berangkat ke negeri Psyhi. Mungkin kita akan berangkat pada dini hari. Kenapa berangkat lagi ke sana? Ya, benar sekali. Yang mulia kaisar memiliki firasat yang tak enak, maka kita akan ke sana" Jelas penyihir itu dengan nada yang menjengkelkan menurut ksatria AgilDiam beberapa detik setelah mendengarkan penjelasan itu, dia masih menyaring kalimat demi kalimat yang disampaikan oleh rivalnya itu. Sampai pada akhirnya ia paham dan menyetujui usulan itu, "Saya menyetujuinya, Yang mulia. Tapi saya tak tahu bagaimana tanggapan yang lain" Tuturnya.
"Hm, apa yang kau katakan ada benarnya juga. Bisakah kau memanggil tabib Maula Adrienne ke sini? Aku rasa, aku harus memberitahu kabar ini kepadanya" Pinta kaisar Hilman kepada Agil Adalvino. Yang dipinta hanya mengangguk patuh dan membalikkan badannya untuk menemui tabib hebat di kekaisaran itu
Ketika hendak pergi dari sana, tiba-tiba saja Naufal Xilantara berdeham dan menyindir ksatria jangkung itu, "Aduh, mulutku rasanya mati rasa. Tidak bisakah kau berterima kasih kepadaku karena telah memberikan penjelasan mengenai hal tadi, bung?" Mendengar sindiran itu, lantas membuat ksatria itu memberhentikan langkahnya dan sepasang matanya yang tajam bagaikan mata elang menatap paras milik penyihir itu
Dia mendekatkan wajahnya ke tubuh milik penyihir itu, lalu berbisik, "Hei, bebal. Rasanya sangat ingin aku melayangkan tinju milikku ke wajah menjengkelkan milikmu itu. Tapi sayang sekali, di sini ada atasanku. Jadi, pukulan milikku yang indah ini akan aku layangkan kapan-kapan saja, ya" Setelah mengatakan itu, perlahan ia memundurkan wajahnya, lalu dia melanjutkan ucapannya yang sempat ia potong, "Omong-omong, terima kasih banyak, penyihir" Ucapnya dengan nada yang malas. Sebelum pergi, ia sempat melontarkan kata "keparat" untuk penyihir itu dengan begitu lirih. Saking lirihnya, vokal milik ksatria itu tidak terdengar oleh kaisar Hilman.
Setelah mengucapkan itu, ksatria muda itu menundukkan kepalanya untuk berpamitan kepada Yang mulia kaisar. Menyadari apa yang dikatakan oleh ksatria itu, mendadak membuat Naufal Xilantara berdecak kesal. Apakah kaisar menyadari keributan kecil tadi? Tentunya iya. Pemandangan itu tidak hanya sekali dua kali ia melihatnya. Bisa dibilang, itu sudah menjadi makanan sehari-hari ketika dua figur itu dipertemukan. Banyak yang mengatakan jika mereka adalah 'Tom & Jerry' kekaisaran Filotimo.
"Hei, Naufal. Bisakah kau memanggil Khaila Serephina untuk saya? Saya rasa, ia harus mengetahui rencana ini" ucap Kaisar Hilman meminta bantuan kepada penyihir Naufal.
"Dengan senang hati, Yang mulia" Jawabnya. Tanpa perlu berlama-lama, ia langsung melangkahkan kakinya untuk menemui penasehat itu.Singkat cerita, Maula Adrienne dan Khaila Serephina telah tiba di hadapan kaisar Hilman
"Ada keperluan apa, Yang mulia?" Tanya Maula Adrienne, tabib negeri Filotimo
"Iya, Yang mulia. Ada apa?" Khaila Serephina menimpali.
"Esok dini hari, bisakah kalian ikut dalam perjalanan menuju kekaisaran Psyhi?" Tanya kaisar itu kepada dua puan yang ada di hadapannya ituKeduanya terdiam sejenak untuk menimbang-nimbang usulan tersebut. Hingga pada akhirnya, Khaila Serephina membuka suara untuk menjawab pertanyaan kaisar Hilman, "Esok pada dini hari? Saya setuju saja, Yang mulia" jawabnya. "Pun dengan saya, Yang mulia" timpal Maula. Persetujuan dari mereka berdua, mengakhiri rapat kecil mereka di ruang terbuka. Dan, mereka akan kembali menginjakkan kaki mereka ke negeri Psyhi
KAMU SEDANG MEMBACA
Indestructible of VIIIB
FantasyCerita ini termasuk dari cerita fiksi yang dimana seluruh tokoh di ambil dari kelas VIIIB,Jika ada adegan yang tidak membuat kalian nyaman kami mohon maaf atas ketidak nyamanan nya.