-Tell me a secret, and I'll keep it-
Wina
----------Kita akan melakukan konser di kota-kota besar seluruh Jawa mulai bulan depan. Itulah sebabnya kami sibuk berlatih akhir-akhir ini.
Band kami mungkin memang tidak begitu populer dibanding musisi yang merangkap sebagai selebriti. Tapi, 24 Second punya tempat tersendiri di hati para pecinta musik.
Apa justru karena anggotanya ganteng-ganteng, ya?
Anyways, band kami tetap saja berpotensi menjadi musisi besar. Band Kami. Yaampun aku masih sering berusaha membangunkan diri kalau-kalau segalanya hanya mimpi, dan keberadaan Krisan membantu cukup besar. Karena aku tidak pernah bertemu dia di dalam mimpi. Saat aku melihat Krisan, itu artinya aku seratus persen terjaga.
Seperti saat ini. Teman masa kecilku itu sedang mempresentasikan rancangan konser di depan kami dan staf lain, dia terlihat profesional. Meski lama terpisah, aku tahu dia memang jago dalam public speaking. Segala hal yang keluar dari bibirnya itu seakan punya kekuatan magis, membuat siapapun yang mendengar usulannya akan langsung mengangguk setuju.
Hael buktinya. Seingatku baru kemarin dia bertingkah menyebalkan dan usil pada Krisan setelah menguping pembicaraan kami. Namun hari ini ia tampak sadar akan potensi Krisan sebagai manajer mereka.
Ughh, Krisan itu memang keren dan berwibawa sekali.
"Untuk sekarang kalian fokus siapin lagu-lagunya aja. Bisa kalian rundingin sendiri sih kalau ini, hasil bersihnya aja kasih gue."
"Sip, kita bakal nentuin daftar lagu yang akan kita bawakan, dari opening sampe closing." Hael menjadi orang yang paling bersemangat, cowok satu itu memang punya stok energi yang unlimited, sih.
"Jadwal latihan padet dong ya, udah bulan depan." Caesar terlihat menguap. Agaknya dia tidur hanya beberapa jam saja kemarin, terlihat dari lingkaran hitam yang nampak jelas di bawah bola matanya.
"Cucu konglomerat kalo malem ngapain sih?" Tanyaku padanya. Caesar adalah cucu laki-laki satu-satunya dari keluarga konglomerat terkenal, keluarga Wiratama.
"Jaga lilin gue." Kami semua sontak tergelak. Kecuali Kaisar sih, itu cowok lempeng banget dari kemaren. Aku kira dia bersikap tidak ramah padaku karena aku ini perempuan dan dia butuh waktu untuk beradaptasi--biasanya memang ada kan cowok tipe begini. Ternyata Krisan juga mengeluhkan hal yang sama. Usut punya usut, Kaisar memang irit bicara dan lempeng terus begitu. Padahal Raja bilang Kaisar punya senyum yang indah.
Hmm, gagal menikmati senyum indahnya Kaisar.
Setelah staff yang barusan rapat bersama kami memutuskan keluar lebih dulu, kami masih sempat mengobrol banyak. Krisan dan aku mulai bisa akrab dengan mereka, lebih-lebih karena mereka semua--kecuali Kaisar--begitu baik dan asik banget orangnya.
"Bubar deh kita, udah malem nih." Krisan bangkit dari kursinya. Dagunya mengedik padaku, kode ngajak pulang.
"Duluan ya temen-temen, thanks buat waktu dan ilmunya, gue bakal berusaha semaksimal mungkin biar bisa jadi vokalis 24 second tanpa cela." Aku mengangkat lengan, mengepalkannya dengan gesture yang biasa dipakai orang batak untuk menyapa, horasss. Menunjukkan semangatku untuk mengisi kekosongan tim meski aku masih baru, dan amatir tentu saja.
Krisan menarik lenganku tanpa berpamitan lagi.
"Tanpa cela dan tanpa terlambat, oke?!" Raja menyahut.
"OKE."
***
Krisan memasak makan malam di dapur kosku. kedua tangannya begitu cekatan memotong bahan masakan, mencincang bumbu, dan mengoseng apapun yang sudah masuk dalam penggorengan.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANDING✔️
FanfictionSHORT STORY 18+ Krisan tidak pernah tahu sejak kapan ia mulai melihat Wina sebagai seorang wanita. Padahal dulunya, Wina tidak lebih dari sekedar teman masa kecil yang menjelma layaknya keluarga. I decided to land on you -Krisan Nagara Start; April...