Satya Shakeel

427 67 14
                                    

-Did I almost see what's the inside?-

Wina
-------

Namanya Satya.

Cowok yang sudah dari lama aku taksir.

Kalau diingat lagi, sepertinya aku menyukai dia sejak kami masih sama-sama duduk di bangku SMA.

Kami satu sekolah. Dulunya Satya anak tim basket, dan sempat menjabat sebagai ketua tim basket SMA kami selama dua tahun lamanya sebelum kemudian lulus. Saat ini Satya menekuni basket lebih dalam lagi, dia tergabung dalam akademi atlet yang sering mendebutkan atlet-atlet besar pembawa medali emas di berbagai cabang olahraga. Kalau jalur Satya mulus, dia bisa menjadi atlet basket kedepannya.

Satya jelas tinggi. Tingginya hampir mencapai 185 cm. Jauh lebih tinggi dari Krisan yang tingginya terakhir kali kami ukur hanya mencapai 177 cm. Ahh, tiba-tiba aku jadi terpikirkan Krisan. Dia tadi mau bilang apa ya? Apa aku benar-benar mempermalukannya di tempat umum saat mabuk kemarin?

Aku masih berusaha mengingat kejadian kemarin, dan tentu saja heran ketika aku masih belum mengingat apapun. Kok bisa gitu lho? Jadi berasa amnesia, dan aku merasa begitu bersalah jika memang membuat Krisan malu kemarin.

"Mikirin apa?"

Suara lembut Satya membuatku tidak bisa mengabaikannya lebih lama lagi. 

"Enggak." Aku menggeleng. "Kepikiran aja, kita kan udah kenal dari lama."

"Tapi baru bisa dekat sekarang?"

Tebakannya tepat sasaran, lagi pula apa Satya tidak telat sadar sama perasaanku ya!

Oh, aku baru ingat. Satya dulu berpacaran dengan salah satu most wanted SMA kami, Michelle namanya, gadis setengah bule yang kaya raya, dan tentunya sangat cantik. Cocok saja dengan Satya yang juga tampan dan keren. Mereka couple goals dulu, sama-sama good looking dan famous.

Melihat Satya saat ini sedang makan berdua bersamaku membuatku menebak-nebak, mereka pasti sudah putus, 'kan?

Aku tidak pernah dengar kabar tentang mereka lagi setelah lulus.

"Udah putus dari Michelle?"

Satya tersedak, membuatku buru-buru mengangsurkan air minum padanya. Sebegitu gak sukanya ya dengar nama Michelle? Berarti memang sudah putus, 'kan? Ahahah, kenapa aku berharap begitu banyak.

"Kaget ya?"

Satya hanya mengangguk, entah pada pertanyaan yang mana. Aku berhenti membahas Michelle, dan tidak lagi ingin menyebutkan namanya. Mungkin Satya tidak nyaman tentang hal itu, lagi pula untuk apa aku membahas perempuan yang pernah jadi pacarnya saat kami pdkt begini.

"Lusa aku ada sparing gitu, buat seleksi perekrutan anggota tim kejuaraan yang baru. Kamu bisa datang, 'kan?"

Aku mengangguk, sepertinya kelewat semangat sampai Satya tertawa geli melihatnya. Aku bisa datang, pastinya harus datang dong, kapan lagi aku bisa melihat Satya main basket seperti dulu lagi. Bedanya, dulu aku menonton dia bertanding sebagai teman yang diam-diam menaruh rasa, tapi nanti aku akan menonton pertandingan laki-laki yang akan menjadi pacarku.

Astaga aku harus kurang-kurangin halu. Bagaimana kalau setelah pertandingan itu Satya menembakku? Astagaa jangan sampai Krisan tahu isi kepalaku ini, bisa jijik dia.

***

Krisan
-------- 

Gebetan? 

Gue masih gak habis pikir sama itu cewek. Selama ini dia gak pernah menyinggung cowok mana pun, kenapa tiba-tiba bawa gebetan depan gue? Dengan momen yang begitu pas setelah...

LANDING✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang