Selama belajar di Rumah Sakit aku dihadapkan dengan beragam kondisi. Kondisi-kondisi tersebutlah yang mengajarkanku tentang berbagai hal. Aku bertumbuh dengan baik di lingkungan ini.
Seperti saat itu, aku baru selesai jaga malam di IGD dan tengah bersiap untuk laporan pagi dengan dosen. Setelah bersiap-siap aku pun mulai mempelajari slide presentasi laporan pagi ini.
Pasien yang hendak aku laporkan yakni perempuan, masih muda sekali. Usia 20an datang ke IGD diantar oleh pegawai Dinas Sosial. Tidak ada KTP atau kartu jaminan kesehatan. Pasien perempuan ini datang dengan keluhan sesak napas yang berulang. Berdasarkan keluhan dan hasil pemeriksaan fisik, diagnosis mengarahkan ke Tuberkulosis Paru (namun belum pasti dan harus melakukan pemeriksaan penunjang).
Setelah dirawat sementara di IGD pasien kemudian dipindahkan ke ruang rawat dan hari-hari ku kedepan selalu bersama pasien ini.Sebut saja dia Nona A, perawakannya kurus, rambutnya dicat pirang, ada tatto di lengan kanannya, dan pasien ini cantik. Pasien ini pun sangat ramah sekali
Setelah ngobrol panjang lebar dengan pasien ini, aku pun mulai tahu sedikit demi sedikit tentang dia. Mulai dari pekerjaan dan kebiasaan-kebiasaan lainnya. Banyak clue yang aku dapatkan dari pasien ini dan aku pun mulai berdiskusi dengan dosenku.
Setelah 2 hari dirawat, kami memutuskan menambahkan diagnosis pasien dengan suspek (dugaan) HIV/AIDS.Seperti biasa, pukul 06.00 pagi aku mulai melakukan follow up kepada pasien ini dan pagi ini agak berbeda karena pasien mulai bertanya tentang penyakitnya. Aku pun hanya bisa menjelaskan bahwa kondisi paru-parunya saat ini sedang mengalami gangguan.
Setelah dosenku datang (dokter spesialis yang menangani pasien Nona A) aku pun menceritakan bahwa pasien ini ingin segera mendapat penjelasan tentang penyakitnya dan sebelum mengedukasi pasien ini alhamdulillah hasil pemeriksaan penunjang sudah keluar.Aku bersama dosenku melakukan visitasi ke pasien, dokter A (dosenku) mulai menjelaskan tentang penyakit pasien. Beliau menjelaskan dengan tenang dan lugas, sangat profesional. Kalian tahu? Pasien awalnya kaget namun mulai memahami tentang penyakitnya. Dia bersedia menjalani pengobatan selama 6 bulan untuk TB paru yang dideritanya. Nona A di diagnosis dengan TB Paru dan alhamdulillah hasil tes HIV negatif. Walaupun hasilnya negatif, dokter A tetap mengedukasi untuk pencegahan penyakit HIV karena Nona A sangat riskan terkena karena pekerjaannya.
Mungkin bagi sebagian orang, Nona A adalah perempuan yang tidak baik. Namun ada cerita pilu dibalik "ketidak baikannya" tersebut.
Pelik sekali hidupnya, dia berhasil terjerumus dengan paripurna.
Kondisi keluarga yang berantakan, pendidikan yang terputus, pelarian ke tanah luar, dan bermuara pada pekerjaan gila yang dijalaninya.
Tidak ada satu pun orang ingin bekerja seekstrim itu, namun dia tidak memiliki pilihan lain.Di tanah ini dia hanya seorang diri, selama perawatan tidak ada yang menemani, bahkan teman-teman bersenang-senangnya selama ini hilang bagai ditelan bumi. Cuihhh!!! Ingin ku mengumpat sekeras-kerasanya. Ingin rasanya kucekik oknum teman itu.
Hari itu, aku ingat betul Nona A hanya memiliki beberapa potong pakaian dan sebuah boneka beruang. Nona A saat itu berniat memberikan boneka kesayangannya itu kepadaku
"Ini untuk bu dokter, sebagai rasa terima kasihku karena sudah baik merawatku selama ini"Kalian tahu, sungguh patah hatiku saat itu. Aku ditampar oleh sifat baik orang lain (lagi). Dalam hati ku berkata "MasyaAllah, ini orang serius? Dia ga punya apa-apa lagi loh selain boneka ini. Tapi mengerti tentang balas budi"
Akhirnya aku pun tidak menerima pemberiannya saat itu. Dengan halus ku tolak "Mohon maaf yaa mba, saya gabisa terima ini. Karena kami tidak boleh menerima hadiah dalam bentuk apapun dari pasien"
Tampak kecewa nona A saat itu, namun ini demi kebaikannya.Aku tidak bisa membayangkan kalau nanti dia tidak memiliki harta yang bisa dia bawa setelah keluar dari RS ini. Teman yang selama ini menemaninya direlakan untuk balas jasa yang tidak seberapa ini.
Selepas dari ruang rawat Nona A, aku izin ke toilet untuk menangis untuk melepas semua emosi yang ada. Aku merasa berdosa dan bersyukur hari itu. Aku berdosa karena berpikir bahwa orang dengan pekerjaan buruk seperti Nona A pasti tidak baik perangainya dan aku merasa bersyukur karena Tuhan masih menyayangiku dengan memberi pelajaran yang luar biasa hari itu.Ah sedih sekali aku mengetik kata demi kata pada tulisan ini. Dari Nona A aku belajar bahwa seburuk-buruknya manusia, dia masih memiliki hati yang baik. Selama ini banyak dari kita mudah menghardik orang lain tanpa berpikir. Mudah mencaci tanpa berkaca, mudah membenci tanpa tabayyun, dan akhirnya enggan untuk disalahkan.
Orang bijak pernah berkata "Salahkan tindakannya bukan pribadi orangnya"
Mari kita mengingat kembali kisah pelacur yang masuk surga karena memberi minum anjing sebelum ajalnya. Betapa Tuhan Maha Memaafkan, Tuhan sudah memaafkan segala dosa zinanya, Tuhan hanya menghitung kebaikan sebelum ajalnya. Artinya apa? Kita tidak tahu akhir dari manusia. Mungkin sekarang dia berdosa, tapi nanti dia akan menjadi orang beriman. Ada juga yang sekarang beriman, tapi nanti menjadi pendosa.
Ketika kita melihat hal yang salah, maka berdoalah dan memberi nasihat secara tertutup (dari hati tanpa penghakiman). Akan jauh lebih baik daripada mencaci bahkan sampai menebar aib ke orang lain.Saat aku menulis cerita ini, rasanya kangen dengan Nona A. Semoga Nona A baik-baik saja, sehat, dan bisa mendapat pekerjaan yang jauhhhhh lebih baik. Sungguh aku menjadi saksi kebaikannya di dunia ini.
Terima kasih Nona A, terima kasih banyak
Kejadian singkat sebagai pengingat bahwa orang yang menderita seperti Nona A masih bisa berpikir untuk berbuat baik.

KAMU SEDANG MEMBACA
Si Anak Tengah
Non-FictionKetika keinginan orang lain menghambat mimpi-mimpiku, sampai akhirnya aku pun susah payah mencintai diriku sendiri. Bagaimana cara mencintai diri sendiri? Apakah cinta orang lain penting untuk diriku? Kehidupan yang pelik dan rasa bahagia yang sulit...