Pilihlah Kata-Katamu

45 3 0
                                    

Pernahkah kalian mendapat pujian ketika mendapat nilai 100? Pernahkah kalian mendapat makian ketika nilai matematika kalian dibawah standart teman-teman sekelas lainnya?

Hari ini aku sedang membaca buku berjudul Mindset karya Carol S. Dweck, Ph.D. Dia adalah guru besar ilmu psikologi Universitas Stanford, USA.
Dalam bukunya dia membahas mengenai pujian yang berlebihan diterima anak-anak dan dampaknya terhadap mindset anak-anak tersebut.

Konsepnya begini, ketika orang tua memberi pujian seperti ini :
"wahh kamu pintar, ini baru anak ibu"
"kamu yang terbaik karena mendapat nilai tertinggi, kamu kebanggaan Ayah"

Anak akan mengartikannya seperti ini :
"Oke, aku akan menjadi anak ibu bila pintar"
"Aku akan menjadi kebanggan Ayah bila mendapat nilai tertinggi"

Hal ini bukan sekedar teori, ini bahkan terjadi kepadaku. Aku yang sudah berusia 25 tahun. Terperangkap dengan paripurna dengan pemikiran-pemikiran salah itu.
Aku menganggap menjadi kebanggan Ayah dan Ibu bila selesai sekolah tepat waktu.

Ketika aku gagal lulus tepat waktu, rasa bersalah, tidak berdaya, tidak becus, tidak pintar, tidak spesial semuanya ada dalam kepalaku.

Aku menjadi malas sekolah dan lebih suka menghindari tantangan.
Adakah yang sama seperti ku?

Jujur saja, saat ini aku masih di dalam fase merubah mindset burukku menjadi mindset baik. Aku berusaha untuk menjadikan waktu adalah teman bukan musuh.

Dulu aku berpikir untuk menaklukan waktu, namun waktu yang sudah lewat mengajarkanku tentang banyak hal.

Waktu telah mengajarkanku bahwa setiap manusia, memiliki zona waktunya masing-masing.
Waktu tidak bisa dibeli dan terulang
Namun bukan berarti waktu yang kamu habiskan hanya untuk rebahan seharian tidak berarti apa-apa.
Dia memberi ruang untuk kamu beristirahat dari kejamnya dunia fana ini
Dia memberi ruang untuk dirimu berdamai dengan mengenal diri sendiri

Pilihlah kata-katamu sebelum terucap
Karena mindset orang lain sangat beragam
Ada yang menangkapnya sebagai lelucon, namun ada juga yang menganggapnya sebagai penghinaan yang menyakitkan

Si Anak TengahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang