Tangisan di dekat Lift Ruang ICU

39 5 2
                                    

Hari itu aku sedang jaga IGD di tanggal merah
Malas rasanya karena harus sibuk di hari libur
Pasien melahirkan banyak sekali hari itu, lelah rasanya berlari dari IGD menuju bank darah, kemudian menuju ruang operasi dan ke ruangan-ruangan lainnya.

Pasien hamil yang membutuhkan tindakan Sectio caesaria (operasi sesar) sebanyak 5 orang dan semuanya harus mendapat persiapan donor darah yang beragam. Aku sebagai dokter muda bagian Obsgyn (kebidanan dan kandungan) harus terlibat dalam semua prosesnya.

Aku jaga dengan seorang temanku. Aku bertugas membantu pasien di VK IGD dan temanku tersebut bertugas untuk asistensi operasi sesar dengan dokter spesialis.

Aku yang standby di luar ruang operasi harus membantu bidan dan dokter umum untuk mempersiapkan kebutuhan pasien-pasien kami

Aku ingat betul, saat itu aku harus mengirim sampel darah untuk kebutuhan donor ke Laboratorium (Lab) Rumah Sakit. Ruang Lab berada di lantai 3, aku sedikit terburu-buru kala itu.

Saat tiba di lantai 3, di samping lift yang juga dekat dengan ruang ICU (Intensive care unit/ruang intensif) aku melihat seorang ibu terduduk dan menangis sembari menggenggam handphone. Aku mengenali ibu tersebut, dia adalah ibu dari salah satu pasien yang aku rawat. Nama pasien tersebut Nona W.

"Bu dokter kenal si W kan? Yang operasi 2 hari lalu. Mohon doanya ya bu dokter, sekarang dia sedang sekarat"
aku kaget dan memotong pembicaraannya
"Sebentar ya bu, saya antar sampel darah"
Aku berlari sekencang-kencangnya ke lab untuk mengantar sampel darah kemudian aku menghampiri lagi ibu Nona W.
"Iyaa ibu, ada apa? Nona W stabil kan kondisinya?" Aku bertanya sambil harap-harap cemas

Sambil terisak ibu Nona W berkata
"Saya ga sanggup cerita, bu dokter silakan lihat sendiri ke ICU"

Tanpa berpikir panjang aku pun berlari ke ICU, aku kaget, kakiku terasa lemas, lidahku kelu
Nona W mendapat tindakan RJP/CPR (tindakan resusitasi jantung paru, dilakukan untuk pasien yang mengalami henti jantung)

Aku berlari dan membantu tindakan RJP tersebut. Bergantian kami melakukan RJP kepada pasien, berkali-kali, tanpa henti, dan kami pun sudah sampai batas kemampuan kami.
Dengan berat aku menempelkan stetoskop warna pink dusty milikku ke dada Nona W.
Hening, tanpa suara
Tidak ada detak sama sekali
Pada alat rekam jantung pun sudah tidak ada lagi tanda jantung berdetak

Hari itu, kami umumkan kematiannya
Semua orang terkasihnya menangis sejadi-jadinya
Semua orang di ruang ICU bersedih
Semua yang hidup akan merasakan mati

Nona W masih muda, usianya 18 tahun saat itu
Dia datang bersama keluarganya ke IGD RS tempatku sekolah sekitar pukul 20.00
Dia datang dua minggu sebelum kematiannya
Dia datang dengan keluhan sesak dan perut yang membesar
Dia pasien dengan tumor indung telur
Kondisinya kian hari kian buruk
Sesak nafasnya tidak berkurang, banyak dokter spesialis yang menanganinya.
Usaha demi usaha sudah dilakukan sampai tindakan operasi sebagai jalan terakhir.
Manusia telah berusaha
Tuhan yang menentukan

Nona W calon bidan yang berjuang sampai titik darah penghabisan
Ibu Nona W yang berusaha maksimal untuk kesembuhan putrinya
Dokter-dokter hebat yang berjuang sampai akhir
Doa-doa orang-orang baik hati
Kemudian Tuhan mengabulkan doa-doa tersebut dengan mengangkat rasa sakitnya
Tuhan memutuskan untuk memanggil Nona W dan pulang ke sisiNya
Tuhan cukupkan kifarat dosa-dosa hambaNya tersebut
Tuhan lebih sayang kepada Nona W
18 tahun yang berarti
18 tahun penuh kenangan
18 tahun menyusuri kehidupan yang penuh kejutan

Selamat jalan Nona W
Kesabaranmu menamparku (lagi)
Karena kamu, aku belajar untuk bersabar, berjuang, dan terus berdoa kepada Tuhan
Kehadiranmu sesaat, tapi memberi arti yang mendalam untuk hidupku

Terima kasih
Manusia tipe 2 yang hadir dengan kebaikannya
💕💕💕💕💕

Si Anak TengahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang