1

610 75 15
                                    

Setahun yang lalu, seseorang menawarkan proposal pernikahan padanya. Sebuah pernikahan yang akan memberikan keuntungan, begitulah pikir Sasuke. Karena sesungguhnya Sasuke sama sekali tidak merasa perlu untuk menikah apalagi dengan seseorang yang bahkan belum pernah ditemuinya.

Namun hari dimana dia melihat Putri Namikaze, Sasuke tahu kalau dia memiliki ketertarikan pada perempuan itu.

Rambut pirang Naruto yang memancarkan kemilaunya di tengah kegelapan. Bola mata berwarna saphire yang menyedot seluruh atensi pria itu, membuatnya terdistraksi.

Sasuke mengakui bahwa Naruto sangat cantik untuk gadis seusianya.

Namun ketika pernikahan itu telah terlaksana. Sasuke tahu bahwa dirinya dijebak. Ah, atau mungkin Naruto lah yang terjebak bersamanya dalam ikatan sakral ini.

Gelar kebangsawanan Naruto menghilang karena dia menikah dengan orang biasa. Lebih-lebih, Sasuke berasal dari Konoha, negeri yang sudah tidak menggunakan sistem kekerajaan melainkan pemerintahan dengan dipimpin oleh seorang kepala rakyat yang disebut 'Hokage'.

Wanita itu dibuang dari negerinya dan harus mengikuti suaminya ke negeri asal Sasuke, yaitu Konoha. Kekayaan yang semula dia miliki di negerinya jatuh ke tangan orang lain. Mereka hanya memberikan sejumlah uang tebusan yang menjadi perjanjian awal dengan Sasuke jika pria itu menikahi Naruto.

Sasuke menyesal. Dia sungguh tidak berniat melakukan hal seburuk itu pada Naruto. Kalau dia tahu, Naruto akan kehilangan gelarnya karena menikah dengannya, maka sejak awal Sasuke pasti akan menolak pernikahan itu.

Tetapi Naruto tidak pernah mengatakan apapun. Bahkan ketika mereka pindah ke Konoha. Wanita itu tetap dengan keterdiamannya.

Sasuke menarik napas panjang lalu perlahan memejamkan mata. Satu tangannya bergerak memijit pilipisnya yang terasa sedikit pusing. Beberapa hari ini, bisnisnya berjalan sedikit melambat. Karena perubahan undang-undang baru sehingga mempersulitnya mendapatkan keuntungan. Ah... pergantian Hokage memang tidak pernah berjalan baik. Ada saja hal yang berubah dan menyulitkan bisnisnya.

Bunyi jam dinding yang berdentang nyaring menyadarkan Sasuke kalau ini sudah pukul 12 malam. Sudah waktunya untuk beristirahat.

'Naruto mungkin sudah tidur,' pikirnya.

Sasuke bergerak merapikan alat-alat tulisnya setelahnya bergerak keluar ruangan menuju kamarnya dengan Naruto di lantai 2.

Anak tangga ini terasa terlalu banyak. Terkadang Sasuke berpikir untuk membuatnya lebih sedikit. Tetapi apakah Naruto akan menyukai hal itu?

Di tempat tinggalnya dulu, Naruto punya puluhan bahkan ribuan anak tangga. Masing-masing ruangan punya sayap kiri dan sayap kanan. Seribu kali lebih megah dan mewah dibanding rumah yang Sasuke bangun untuknya.

Namun Naruto tidak pernah komplain mengenai hal itu.

Sasuke membuka kamarnya perlahan. Gelap menyelimuti ruangan. Ah, istrinya itu memang tidak suka tidur dengan keadaan lampu menyala. Tidak seperti dirinya yang lebih suka sedikit terang agar dia bisa melihat Naruto dalam tidurnya.

Sasuke bergerak menuju sisi kiri ranjang. Meraih lampu tidur yang diletakan di sana dan menyalakannya.

Temaram lampu tidur menyelubungi matanya. Pria itu menarik napas dan melihat pada Naruto yang tertidur di ranjangnya.

Tunggu.

Sasuke mengerjap beberapa kali. Hingga akhirnya dia menyadari ada noda kemerahan pada selimut Naruto.

Apa itu?

Pria itu bergerak ke sisi ranjang Naruto dan melihat lebih jelas.

Noda merah yang nampak kental dan sedikit menggumpal.

Darah?

Baunya seperti itu.

Sasuke bergerak panik. Ditariknya selimut Naruto yang menyelimuti wanita itu dan melihat lebih jelas.

Benar. Itu darah. Dari mana asalnya?

Sasuke beralih menatap sisi leher istrinya. Tidak.

Tidak. Tidak.

Ini tidak mungkin terjadi.

"Naruto," Sasuke memanggilnya. Tangannya bergerak sedikit mengguncang tubuh Naruto yang lemas dalam gendongannya.

"Naruto, bangun!" seruan pria itu membuat heboh seisi rumah.

"Karin! Karin!" Pria itu berteriak nyaring. Memanggil nama pelayan yang melayani Naruto selama ini. Sementara dengan sedikit gemetar, tangannya meraba sisi leher Naruto, memastikan bahwa denyut itu masih ada. Berharap dengan sangat.

"Ya Tuhan!" jerit terkejut itu berasal dari Karin.

Gadis yang melayani Naruto itu berlari menghampiri Sasuke. Dia panik melihat betapa banyak darah yang tercetak pada selimut yang biasa digunakan Naruto.

"Panggilkan dokter!" Sasuke berseru memerintah, "Cepat!"

Panik. Karin terbata-bata sisi ruangan untuk mencari telepon. Menekan-nekan nomor yang dituju dan menunggu deringnya untuk terangkat.

"Apa yang terjadi, Tuan?" Karin bertanya.

Sasuke menggeleng. Dia juga tidak tahu. Kalau Sasuke tahu apa yang terjadi, dia tentu tidak akan sepanik ini.

Tubuh Naruto masih hangat dalam pelukannya. Denyut nadinya juga masih terasa. Tetapi bila terus mengeluarkan darah, istrinya bisa mati kehabisan darah.

Sasuke meremat jemari Naruto begitu erat.

'Tuhan, kumohon... jangan ambil dia dariku.'

'Kali ini saja Tuhan... akan kuberikan seluruh hidupku demi dia,' pria itu bersungguh-sungguh. Memohon dalam hatinya.

¤¤¤

Tadaimaa!

Sabtu, 09 April 2022
Dengan cinta
Marstarius♡

Best Mistake-SasuFemNaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang