Naruto masih bergulung dalam selimutnya ketika Sasuke datang melihatnya.
Pria itu mendekat pada sisi ranjang dan bergerak perlahan duduk di sisi ranjang.
Wajah Naruto yang tengah beristirahat terlihat begitu damai. Seandainya dunianya memang sedamai itu bagi Naruto.
Sasuke menarik napas panjang. Lantas mendekat pada Naruto kemudian mengecup puncak kepalanya dengan sayang.
'Kuharap aku bisa membuatmu bahagia selama bersamaku,' doa Sasuke di dalam hatinya.
Namun gerakan Sasuke sepertinya sedikit mengganggu tidur Naruto karena beberapa detik setelah Sasuke menjauhkan bibirnya dari puncak kepala Naruto, wanita itu menggeliat dan mengerjap perlahan.
Mata sebiru laut itu membalas tatapan Sasuke.
Naruto pikir dia masih bermimpi saat melihat Sasuke ada di hadapannya dan tersenyum begitu manis padanya. Di dunia nyata Sasuke tidak akan tersenyum seperti itu. Dan jika ini mimpi, Naruto berharap dia tidak bangun selamanya.
"Naruto, ayo bangun," ucap Sasuke lembut.
Naruto mengernyit. Sesaat setelah dia hendak menutup matanya kembali suara Sasuke terdengar begitu nyata dan halus terdengar oleh gendang telinganya.
Apakah Naruto bermimpi?
Naruto mengambil posisi duduk. Masih dengan kernyitan kebingungan, wanita itu bergerak menyesuaikan dirinya dengan Sasuke yang masih duduk di tepi ranjang.
"Apakah tidurmu nyenyak semalam?" tanya Sasuke.
Dan detik itu juga Naruto yakin jika apa yang dia alami ini bukanlah mimpi.
"Ya."
Hanya suara serak basah itu yang mampu dia keluarkan. Karena selebihnya Naruto terlalu gemetar untuk menyadari bahwa apa yang dia alami tadi bukan mimpi.
Dan apa yang dirasakannya sebelum bangun tidur tadi juga bukan mimpi.
Pipi Naruto bersemu merah membayangkan bibir tipis Sasuke yang telah bersentuhan dengan dahinya. Astaga, rasanya bekas kecupan itu sekarang terasa panas.
"Maafkan aku karena pergi begitu saja semalam," ujar Sasuke tulus.
"Tetapi aku akan menggantinya dengan hal lain. Aku membawakanmu perhiasan dari Suna," tukas Sasuke lalu menunjukan kotak perhiasan yang dia bawa tadi di atas meja rias Naruto.
Senyum Naruto perlahan memudar. Tidak. Bukan itu yang Naruto harapkan. Dia tidak menginginkan perhiasan ataupun benda mahal lainnya. Naruto hanya ingin sedikit saja dari waktu 24 jam yang dimiliki Sasuke.
Bahkan malam hari pun Sasuke tidak memiliki sedetik pun untuk Naruto. Diam-diam Naruto hanya bisa mencegah bibirnya untuk tidak bergetar kecewa dan mencegah bulir air mata jatuh dari matanya.
"Ini adalah perhiasan pertama yang di import dari Suna. Masih sampel dan belum ada yang punya. Kuharap kau menyukainya," jelas Sasuke.
Sasuke tentu berharap kali ini perhiasan yang dia bawa akan cocok dengan selera Naruto. Istrinya itu hampir tidak pernah mengenakan perhiasan yang diberikan olehnya. Naruto terus saja mengenakan perhiasan dari Kerajaannya berulang kali hingga Sasuke bosan melihatnya.
Selama ini Sasuke berpikir bahwa perhiasan yang diberikannya tidak pernah cocok dengan selera Naruto.
Tentu saja Sasuke mengakui bahwa perhiasan yang dia bawa tidak lebih baik daripada perhiasan Naruto dari kerajaan Uzumaki. Tetapi sebagai seorang suami, dia merasa sedikit tersinggung karena Naruto tidak pernah mengenakan barang pemberiannya.
"Terima kasih Sasuke," ucap Naruto.
Wanita itu menurunkan selimut yang membungkus dirinya dan keluar dari posisi nyamannya di atas ranjang. Diam-diam dia menghela napas panjang untuk meredakan rasa kecewanya.
"Aku mau mandi dulu," kata Naruto mencari alasan agar Sasuke pergi.
Naruto ingin menangis sendirian lagi di kamar mandi. Tanpa seorang pun tahu.
Sasuke tersenyum simpul. "Baiklah. Aku akan menunggumu untuk sarapan."
***
Tadaimaa!
Senin, 16 Mei 2022
Dengan cinta♡
Marstarius