Sasuke menemukan Naruto tengah duduk di taman yang saat itu tengah menumbuhkan segala jenis bunga yang bisa dibeli Sasuke dengan uangnya. Bahkan bunga yang tidak ada di taman milik Naruto dulu, sekarang ada di taman yang Sasuke bangun untuk Naruto.
Ukuran taman itu memang tidak sebanding dengan taman di istana Naruto. Bahkan mencapai setengahnya pun tidak. Hanya sekitar seperempat dari taman istana. Meski begitu, Sasuke berusaha melakukan yang terbaik untuk istrinya. Menyewa seseorang yang paham caranya merawat tanaman dan seseorang yang bisa mendesain tempat itu semewah mungkin.
Dari sudut pandangannya, Sasuke selalu berpikir bahwa Naruto lebih menyukai taman itu daripada rumah mereka. Wanita itu sering menghabiskan waktunya di sana hanya sekedar duduk ditemani dengan tehnya.
"Na-"
"Permisi tuan, Tuan Jiraiya sudah tiba dan saat ini beliau sudah kutuntun ke ruangan," ucap salah seorang pelayannya.
Sasuke yang baru saja hendak menghampiri Naruto harus mengurungkan niatnya. Ada pekerjaan penting yang mesti dia lakukan saat ini.
"Baiklah. Aku akan ke sana," tukas Sasuke. Sebelum dia pergi, dia sempat melirik lagi kearah Naruto.
'Aku berjanji. Setelah ini aku akan menemanimu makan malam,' janji Sasuke pada dirinya sendiri.
"Katakan pada Karin untuk menyiapkan makan malam. Aku dan Naruto akan makan malam bersama," titahnya.
"Baik Tuan," pelayan itu segera undur diri melaksanakan tugasnya.
¤
Hari itu berbeda dari biasanya.
Naruto tidak merasa sesepi biasanya. Dia memang memghabiskan harinya seorang diri namun rasanya berbeda.
Apa mungkin karena janji makan malam dengan Sasuke?
Lagi-lagi Naruto tersenyum hanya dengan memikirkannya.
Naruto sudah berusaha tampil secantik mungkin untuk makan malam dengan Sasuke, meski dirasa berlebihan tetapi Naruto ingin terlihat lebih baik di mata suaminya. Dia tidak ingin menimbulkan kesan yang salah lagi pada Sasuke. Terlalu banyak hal yang harus dia ubah demi meluruskan kembali pernikahan mereka.
Malam itu Naruto tampak elegan dengan gaun berwarna champagne nyaris menyerupai warna kulitnya dan coraknya yang sedikit berkilauan tampak mewah malam itu.
Beberapa pelayan telah menyiapkan makan malam di atas meja ketika Naruto datang kemudian mengambil tempat duduk dimana dia biasanya duduk. Sisi kanan paling ujung dekat dengan kursi Sasuke.
Naruto menunggu dengan sabar.
Satu menit berlalu menjadi lima belas menit, dan hingga menit ke tiga puluh Sasuke belum juga menampakan batang hidungnya.
Dia mulai bergerak gelisah. Terlebih tidak adanya Karin yang bisa diajak berbicara karena Karin sibuk membantu di dapur. Naruto menghela napas pendek, menyesal karena menyuruh Karin membantu di dapur.
Sejujurnya Naruto tidak ingin menyuruh Karin mengerjakan pekerjaan dapur. Kalau saja pelayan di kediaman ini sedikit lebih banyak. Tetapi dana untuk pelayan itu sangat mahal, dia tidak ingin Sasuke membuang-buang uang hanya demi banyak pelayan.
"Permisi, Nyonya," Kabuto datang dan membungkuk memberi penghormatan pada Naruto.
Naruto membalasnya dengan menyilangkan tangan kanannya di depan dada, "Ada apa Kabuto?"
"Maaf sebelumnya, tetapi Tuan Sasuke tidak bisa ikut makan malam," tukas Kabuto memberitahu, "Tuan menyuruh Nyonya makan malam lebih dahulu karena beliau sedang ada urusan ke pusat kota malam ini," sambung Kabuto.