8

177 20 2
                                    

Ada kalanya dua orang bodoh disatukan oleh semesta. Saling mencinta meski tanpa kata namun butuh validasi. Meski tahu bahwa diri sendiri sangat mencinta, namun apa daya ketika logika bertolak belakang?

***

Naruto duduk di taman siang itu, bulir keringat satu dua tetes membasahi dahinya
Tentu saja, ini sudah memasuki musim panas dan Naruto masih tidak terbiasa dengan musim di Konoha yang terlalu tropis. Berbeda dengan di kerajaannya dulu yang meskipun sedang musim panas, udaranya tetap terasa sejuk karena perlindungan para penyihir kerajaan.

Di belakangnya, Karin setia mengikuti tuannya. Meski tidak menceritakan apapun padanya namun Karin sudah mendengar desas-desus kabar burung perceraian Naruto dan Sasuke.

Beberapa hari yang lalu ketika Kabuto datang menemui Naruto seorang diri, tanpa seorang pelayan pun dan membawa satu berkas di tangannya. Itu cukup menjelaskan segalanya, terlebih lagi Sasuke yang tidak pernah sekali pun menemui Naruto sejak hari itu membuat Karin makin mawas diri, takut kehilangan Naruto-tuan yang sangat baik hati terhadapnya dan begitu banyak membantunya.

"Karin, dimana kedai yang sedang ramai saat ini?" tanya Naruto.

Karin mengernyit, sedikit tidak yakin Naruto baru saja bertanya padanya namun ketika sadar dirinya benar diajak berbicara oleh Naruto, gadis itu segera menyahut, "Maksud Nyonya apakah sebuah restoran? Atau seperti tempat berbelanja?"

Naruto berpikir sejenak, sejujurnya dia juga tidak benar-benar yakin akan pergi. Namun Sasuke memaksanya.

Baiklah, memang benar bahwa Sasuke menyetujui perceraian mereka tetapi dengan satu syarat.

"Berkencanlah denganku," ajak Sasuke. "Tidak perlu setiap hari, cukup dua kali dalam seminggu selama 3 bulan terakhir sebelum aku pergi ke Suna."

Naruto masih bungkam. Lebih karena tidak percaya dengan pendengarannya sendiri. Apa tadi? Sasuke mengajaknya berkencan? Bukankah mereka sudah menjadi suami-istri? Apa gunanya berkencan di masa seperti ini? Naruto ingin segera mengakhiri penderitaan ini lebih cepat namun sepertinya tidak dengan Sasuke. Sebenarnya apa yang diinginkan oleh pria itu?

"Bagaimana?" Sekali lagi Sasuke bertanya. Matanya penuh keraguan menanti jawaban yang akan diberikan Naruto dengan harap-harap cemas.

Naruto akhirnya mengangguk setelah cukup lama berpikir.

"Baiklah," putus Naruto. "Tapi setelah itu, aku mau kau segera menandatangani dokumen perceraian kita." Itu syarat yang diajukan Naruto.

Sasuke tersenyum lepas hingga tanpa sadar dia menghembuskan napas penuh kelegaan dan itu tidak luput dari pandangan Naruto.

Pria menawan itu ternyata bisa tersenyum, pikir Naruto.

Kembali ke masa kini, Naruto yang sibuk memikirkan kemana mereka harus pergi sementara dirinya tidak pernah keluar rumah selama setahun belakangan ini. Dirinya benar-benar buta arah di Konoha.

Namun dibalik keresehan Naruto, diam-diam menyimpan rasa tidak sabar menanti hari esok.

Sasuke yang nyaris tidak pernah di rumah bersedia meluangkan waktunya untuk berkencan, meski setelah 3 bulan mereka akan bercerai. Tapi tidak apa, itu sudah lebih dari cukup.

***

Author note:
Maafkan aku karena menelantarkan naskah ini begitu lama. Silakan marah saja diriku yang tidak konsisten ini🥲

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 22 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Best Mistake-SasuFemNaruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang