"Kami akan menikahkanmu, dengan seseorang dari Konoha. Tenang saja, dia pria baik-baik dan bisa memenuhi kebutuhanmu. Kau tidak perlu khawatir."
Naruto tahu kalau kata-kata itu diucapkan bukan untuk membuatnya merasa tenang setelah kepergian ibunya.
Dia juga tahu bahwa keputusan itu bukan dibuat untuk kepentingannya.
Semua itu karena mereka sudah tidak membutuhkannya lagi. Karena Ibunya sudah tiada dan ayahnya tidak lagi bisa melindunginya.
Naruto tahu bahwa satu-satunya hal yang menahan keputusan Raja untuk menyingkirkannya dulu adalah karena Ibunya masih hidup. Ibunya yang merupakan keturunan raja, sementara dirinya... bisa dikatakan Naruto adalah anak yang tidak diharapkan oleh pihak keluarga ibunya.
Ibunya-Kushina, menikah dengan seorang asing dan harus merelakan gelar putri kedua Klan Uzumaki untuk menikahi ayahnya-Minato.
Sungguh kejam bukan?
Memangnya apakah salah jika jatuh cinta pada orang asing dan menikahinya? Apakah itu sebuah kejahatan?
Naruto tidak mengerti.
Setelah menikah, Ibunya diberikan gelar baru yaitu bangsawan. Bagaimana pun Kushina adalah putri kandung kaisar. Dia harus tetap memiliki gelar karena itu Ibunya masih memiliki harta selayaknya yang harus dia dapatkan sebagai hadiah pernikahannya.
Namun ketika ayahnya meninggal di usia Naruto yang ke sembilan, Naruto mulai mengerti mengapa orang-orang mengucilkan ibunya dan juga dirinya ke sebuah wilayah terpencil di kerajaan.
Semua karena Minato, ayahnya sama sekali tidak diketahui asal-usulnya. Ayahnya datang sebagai orang asing dan mereka menganggap orang asing hanya ingin harta kerajaan. Karena itu mereka mengucilkan keluarganya.
Kemudian Ibunya meninggal.
Dan kini mereka memutuskan untuk membuangnya dari tempat kelahirannya. Hanya karena alasan konyol... bahwa Naruto tidak memiliki darah Kushina dalam tubuhnya.
Karena warna rambutnya bukanlah merah menyala sebagaimana seharusnya keluarga kerajaan.
Warna rambutnya adalah pirang kekuningan, begitu menyakitkan mata kata orang namun Kushina berkata warna rambut Naruto lebih terang daripada ayahnya. Juga warna matanya yang lebih jernih daripada milik Minato dan itu terlihat sangat indah seperti lautan.
Naruto menangis semalaman ketika pemberitahuan bahwa pernikahannya akan diadakan tiga bulan dari sekarang. Terlebih lagi karena gelar kebangsawanan yang ia miliki akan diakangkat darinya dan diberikan pada orang lain.
Hanya karena Naruto menikahi orang dari luar kerajaan.
Miris.
Memangnya siapa yang memilih calon untuknya?
Kalau Naruto dibiarkan memilih calon sendiri, dia pasti bisa menemukan seseorang dari kerajaannya sendiri dan mendapatkan kembali gelar lama ibunya. Yaitu seorang putri.
Namun mereka tentu tidak mau hal itu terjadi.
Ah.
Memang sejak awal itulah rencana mereka.
Menyingkirkan Naruto selamanya.
Tidak apa-apa.
Mungkin dengan pergi dari tempat ini Naruto bisa lebih bahagia. Daripada terkekang hidup sebagai bangsawan setelah kematian ibunya.
Siapa lagi yang bisa melindunginya di sini jika tidak ada ibunya? Lebih baik Naruto pergi saja.
¤
"Apakah Naruto masih tidur?"
Sasuke baru saja kembali dari pusat kota karena urusan mendadak di kantornya. Pria itu bergegas melepas jubah panjangnya yang sedikit basah terkena air hujan malam tadi.
Pagi ini masih sedikit gerimis, tetapi tidak sederas tadi malam.
"Nyonya masih tidur tuan. Apakah anda ingin saya bangunkan beliau?" tanya Karin.
Sasuke menggeleng.
"Tidak perlu. Aku akan membangunkannya sendiri," ujar Sasuke.¤¤¤
Tadaimaa!
Sabtu, 16 April 2022
Dengan cinta
Marstarius♡