PART 1 ||

205 9 0
                                    

Kafka terus memperhatikan gadis yang kini tengah duduk dibangku taman sambil membaca buku, sudah menjadi kebiasaannya selama dua minggu ini untuk memperhatikan gadis bernama Sarella itu. Sangat beruntung baginya karena balkon kelasnya langsung berhadapan dengan tempat biasa gadis itu menghabiskan waktu istirahatnya. Kafka hampir saja mengumpat saat mengetahui jika gadis itu sering menghabiskan waktu istirahatnya di bangku itu, dan bodohnya ia baru menyadari keberadaan gadis itu dua minggu yang lalu. Bagaimana bisa ia bisa sebodoh itu untuk menyadari jika sebongkah berlian itu sudah berada di dekatnya sejak lama.

Mungkin orang - orang akan menganggapnya tidak waras, tapi semakin hari Kafka semakin tertarik dengan gadis bernama Sarella itu, bahkan laki - laki itu rela tidak pergi ke kantin untuk mengisi perutnya saat jam istirahat hanya untuk menatap gadis itu dari lantai 3 kelasnya. Selama dua minggu Kafka mengamati Sarella, laki - laki itu dapat menyimpulkan jika Sarella adalah gadis yang sangat pendiam dan tidak banyak tingkah. Tidak sekalipun Kafka melihat gadis itu berinteraksi dengan orang - orang, bahkan saat pulang dari sekolah, gadis itu langsung mengurung diri di rumahnya.

"Liat apa sih lo, sampe ngga kedip tu mata." Tanya Daffa tiba - tiba Daffa datang dan langsung merangkulnya.

Kafka langsung melepaskan rangkulan Daffa, tanpa melepaskan tatapannya dari Sarella. Sedangkan Daffa, laki - laki itu mengikuti arah pandangan Kafka, lalu tersenyum mengejek kearah temannya itu.

"Ohh jadi ini yang bikin lo males ke kantin?"

"Apa sih." Ucap Kafka, sambil menatap temannya itu tajam.

"Ciee Kafka. Ken, Ken, temen lo naksir cewek Ken! Ternyata temen lo masih normal, gue kira udah belok dia."

"Diem ngga lo."

"Wadawww rekor lo ngucapin tiga kata menn."

"Lama - lama gue bunuh juga lo."

"Anjeng enam kata woyyyyy. Perlu sujud syukur ngga gue?"

Kafka menatap sekelilingnya yang kina sudah menatap mereka bertiga dengan penasaran karena kehebohan yang dilakukan oleh Daffa. Kafka sudah hendak meninggalkan tempat itu, tetapi ditahan oleh Kenzo yang kini menahan bahunya lalu menyuruhnya menatap ke bawah menggunakan dagunya. Kafka mengepalkan tangannya saat melihat pemandangan di bawah sana, rahangnya mengeras, bahkan Daffa yang sedari tadi heboh langsung menyadari perubahan aura Kafka. Laki - laki dengan senyum manis itu mengikuti arah pandang Kafka, dan lamgsung mengerti apa penyebab temannya itu terlihat begitu marah.

Sarella, gadis itu kini tengah duduk bersama seorang laki - laki yang bahkan Kafka tidak tau darimana asalnya, dan tidak tau sejak kapan dekat dengan Sarella. Tidak sampai disana, Kafka kembali mengeraskan rahangnya saat melihat senyum Sarella merekah saat mendengar ucapan laki - laki itu. Entah apa yang diucapkan Laki - laki itu hingga bisa membuat Sarella yang selama dua minggu ini tidak pernah pernah dilihatnya menunjukan ekspresi tiba - tiba tersenyum. Kafka mengepalkan tangannya, lalu menjauh dari balkon. Moodnya benar - benar hancur melihat pemandangan itu. Sedangkan Daffa dan Kenzo mengikutinya di belakang, berjaga - jaga agar Kafka tidak melakukan hal yang dapat membuatnya dalam masalah.

Bukan rahasia umum jika Kafka adalah laki - laki yang sangat tempramental, laki - laki itu sangat mudah tersulut emosi dan tidak jarang orang tidak bersalah akan menjadi pelampiasan emosinya. Beruntunglah Kafka karena orang tuanya adalah donatur terbesar di Jaya Raya High School, karena jika tidak, mungkin laki - laki itu sudah di depak dari sekolah itu sejak lama.

***

Brak

Kelas yang tadinya riweh tiba - tiba hening saat pintu kelas itu dibuka dengan kasar oleh seorang laki - laki yang tidak disangka - sangkan akan memasuki kelas mereka. Mereka langsung berbisik - bisik saat melihat tiga orang laki - laki yang paling dikagumi satu sekolah memasuki kelas mereka. Para perempuan berlomba - lomba membenahi penampilan masing - masing berharap salah satu diantara ketiganya merasa tertarik pada mereka.

Kafka tidak memperdulikan orang - orang yang terkejud melihat kedatangannya, laki - laki itu langsung berjalan kearah meja tempat dimana Sarella duduk sambil membaca buku, soalah - olah tidak menyadari kehadirannya, padahal ia melihat jika gadis itu ikut terkejud saat melihat dirinya membuka pintu kelasnya. Saat sampai di depan meja gadis itu, Kafka dengan sengaja menedang meja Saralla membuat gadis itu kaget lalu dengan takut - takut menatapnya.

Kafka menarik sudut bibirnya sedikit, sangat sedikit saat melihat mata lugu gadis itu menatapnya ketakutan. "Lo tau apa kesalahan lo?" Tanya Kafka, sedikit membungkukan badanya agar wajahnya sejajar dengan Sarella.

Sarella sendiri hanya menggeleng, karena jujur saja ia tidak tau kesalahannya apa, seingatnya ia tidak pernah mencari masalah dengan laki - laki di depannya. Jangankan untuk mencari masalah, berpapasanpun tidak pernah. Sarella selalu menghindari masalah - masalah yang akan menyulitkannya di kemudian hari, itulah mengapa ia tidak akan dan tidak akan berani berurusan dengan Kafka, laki - laki yang sangat terkenal tempramental di sekolahnya ini. Namun, tiba - bisa sekarang laki - laki ini datang ke kelasnya lalu mendatanginya, tentu saja dirinya merasa takut walau sebenernya ia merasa tidak pernah melakukan apapun.

"Jawab pertanyaan gue!"

Sarella tersentak kaget, mendengar ucapan Kafka, padahal laki - laki itu bertanya dengan santai. Tidak membentak sedikitpun. "Maaf." Ucap Sarella, sambil berdiri dari duduknya. Bukan karena masalah yang ia buat, tetapi hanya itu yang dapat ia ucapkan. Baru saja hendak pergi dari bangkunya Kafka menahan lengannya.

"Pertama, lo ngga jawab pertanyaan gue. Kedua, lo nyoba kabur dari gue. Gue rasa dua hal itu udah cukup buat ngasi lo pelajaran." Kafka bersidekap, setelah melepaskan lengan Sarella. Seisi kelas sudah berbisik - bisik, menerka apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Ma..maaf, a..aku..."

Kafka lagi - lagi menarik sudut bibirnya sedikit lebih lebar, orang - orang tersentak melihat senyum itu, karena sangat jarang seorang Kafka tersenyum walau sedikit. Ini adalah momen langka bagi mereka semua. Kafka tidak memperdulikan orang - orang yang heboh melihatnya, laki - laki itu malah mendekati Sarella, menunduk sedikit lalu mendekatkan bibirnya ketelinga Sarella. "Gue lupa, kesalahan ketiga lo adalah, lo berhasil bikin gue tertarik sama lo." Tepat setelah kalimat itu selesai, Kafka langsung mendekatkan wajahnya dengan wajah Saralla hingga bibirnya dengan bebir Sarella bersentuhan.

Sarella memaku, otaknya tiba - tiba tidak bisa berfikir, semuanya kosong, telinganya tuli bahkan suara orang - orang yang heboh melihat kejadian itu tidak di dengarkannya, sarella baru tersadar dari rasa kagetnya saat dirasa bibir Kafka bergerak dengan halus diatas bibirnya, gadis itu sudah hendak mendorong Kafka, tetapi sebelum ia dapat melakukannya Kafka sudah menahan kedua lengannya hingga tidak bisa bergerak. Para murid semakin heboh melihat itu, bahkan beberapa dari mereka mengabadikan momen itu dengan merekam dan memotretnya. Tidak berbeda jauh dengan murid lain, Daffa sudah bertepuk tangan heboh, mengagumi keberanian Kafka yang mencium gadis yang tidak mengenalnya dihadap banyak orang.

Sedangkan Sarella, gadis itu berusaha melepaskan dirinya dari Kafka, lengan yang sedaritadi ditahan sudah dilepas karena laki - laki itu menahan kedua pipi Sarella agar gadis itu tidak dapat menggerakan wajahnya. Tangannya tanpa henti mendorong Kafka, sampai entah mendapatkan kekuatan darimana, Sarella dapat mendorong Kafka.

Plak

Tamparan langsung dilayangkan Sarella ke rahang Kafka, sebuah gerakan reflek yang dilakukan gadis itu setelah lepas dari Kafka. Sarella mundur dua langkah, terkejut dengan apa yang baru saja dilakukanya, lalu karena rasa takut dan malu menjadi satu, Sarella langsung berlari keluar dari kelasnya. Sedangkan Kafka hanya tersenyum menerima tamparan itu. Sudah tidak waras, ya Kafka benar - benar merasa dirinya sudah tidak waras semenjak ia melihat gadis itu, dan kini dirinya bertambah tidak waras, karena alih - alih merasa kesal mendapat tamparan dari hadis itu, Kafka malah tersenyum seolah - olah yang Sarella baru saja memberikannya hadiah yang sangat indah.

Tapi, tidak berselang lama. Kafka kembali mengubah ekspresi wajahnya. Laki - laki itu menatap satu - persatu teman sekelas Sarella dengan tajam. "Gue ngga perlu jelasin sama apa baru aja terjadi kan? Kalo lo semua punya mata, lo semua bisa simpulin sendiri!" Setelah mengatakan itu, Kafka hendak pergi dari kelas itu, tetapi langkahnya kembali terhenti. "Jangan sampai gue liat atau tau salah satu dari kalian berani ngebuli cewe tadi. Kalo sampe gue denger atau liat itu terjadi, kalian semua tau kan apa ganjarannya?" Ucap Kafka, lau melanjutkan perjalanannya keluar dari kelas itu diikuti oleh Daffa yang masih heboh sendiri dan Kenzo yang sedari tadi hanya diam memperhatikan.

Tbc

KAFKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang