PART 5 ||

135 7 0
                                    

"Gue yang bakal jagain lo."

Serella terkesiap saat mendengar suara seseorang. Gadis itu mengusap air matanya, lalu berdiri dengan cepat melihat keasal suara. Sarella semakin terkejut saat melihat siapa yang sudah ada di depannya. Kafka, laki - laki itu berjalan kearahnya lalu dengan gerakan cepat langsung memeluknya. Sarella tentu saja meronta, demi Tuhan jika ada yang melihatnya dalam posisi seperti ini, Sarella benar - benar akan habis.

"Lepas!" Sarella mencoba melepaskan pelukan Kafka, tetapi tidak berhasil.

"Jadi milikmya gue ya Sarella, gue yang bakal jagain lo, peduli sama lo, apapun yang lo mau bakal gue turutin asal lo mau jadi miliknya gue."

"Kak tolong lepas, aku mohon."

"Bilang iya Sarella, gue ngga mau nerima penolakan dari lo." Kafka semakin mengeratkan pelukannya.

"Kak, kalo kamu kaya gini aku bakal bener - bener habis kak." Lirih Sarella.

Berlahan Kafka melepaskan pelukannya, laki - laki itu menatap Sarella dalam. "Ngga ada yang bisa nyentuh lo seujung kukupun. Percaya sama gue."

Kafka menggenggam tangan Sarella. "Om Restu yang nampar lo?"

"Kamu kenapa bisa di sini?"

"Gue nanya."

"Bukan urusan kamu. Dan lebih baik sekarang kamu pergi dari sini. Jangan buat posisi aku semakin sulit kak."

Sarella melepaskan genggaman Kafka pada tangannya, Tetapi bukan Kafka namanya jika tidak bisa mendapat apa yang diinginkannya. Laki - laki itu menghadang Sarella. "Gue serius sama ucapan gue. Semua kebahagiaan yang lo mau, bisa gue kasi. Apapun itu."

"Satu - satunya kebahagiaan aku itu bunda, dan kamu ngga bakal bisa ngasi itu ke aku kak." Ucap Sarella dan pergi meninggalkan Kafa, yang lagi - lagi mendapatkan oenolakan darinya.

***

Brak

Sania membuka pintu kamar Sarella dengan kasar. Gadis itu langsung menjambak rambut Sarella yang sedang membaca buku dimeja belajarnya. "Dasar lonte! Apa yang lo lakuin sama kak Kafka di halaman belakang hah?!"

Sarella mencoba melepaskan tangan Sania dari rambutnya. "Lepas San, aku bisa jelasin."

"Anjing! Gue ngga butuh penjelasan dari lo. Masih untung gue ngga aduin ini ke papa."

Plak

Kembali, tamparan melayang ke pipi Sarella. Tamparan itu dangat keras, sampai - sampi Sarella jatuh terduduk. Tidak sampai di sana, Sania kembali menjambak rambut Sarella. "Anak lonte, dibayar berapa lo sama kak kafka hah? Udah diapain aja lo sama Kafka. Jawab bangsat!" Sania terus memukuli Sarella, bahkan gadis itu akan menginjak - injak Sarella.

Sedangkan Sarella mencoba melindungi dirinya. Sebenarnya bisa saja ia melawan, tetapi sedikit saja ia melukai Sania, ayahnya akan sangat marah besar. Belum lagi kemarahan mama Safira yang belum siap ia terima. Peenah sekali Sarella membalas jambakan Sania dan berakhir ia yang di kurung di gudang selama dua hari satu malam tanpa makan dan minum. Untungnya saat itu ada mbok Yuli yang diam - diam membawakannya makanan.

"Sania ada apa?"

"Mama." Sania langsung memeluk ibunya, gadis itu menangis sejadi - jadinya membuat Safira menatap Sarella.

"Dia ngapain kamu sayang?"

"Dia mau rebut Kak Kafka ma, jalang ini sama kaya bundanya suka ngerebut milik aku."

"Benar itu Sarella?"

Sarella menggeleng, dirinya sudah terlalu lelah untuk berbicara. Pukulan Dan injakan Sania benar - benar mebuat tubuhnya remuk sampai - sampai untuk berbicarapun tidak mampu.

KAFKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang