Jika bukan karena kejadian kemarin, Sarada tak akan merasa terkejut dengan kehadiran Boruto di dalam kamarnya. Karena sebelumnya, adalah suatu hal yang biasa bagi Sarada jika Boruto keluar masuk kamarnya.
Tapi sekarang, rasa biasa itu sudah berubah. Di mata Sarada, Boruto bukan lagi teman masa kecilnya yang dengan biasa berdekatan dengannya. Karena sekarang, Boruto yang telah lama menjalani hidup sebagai temannya, anak laki-laki yang dengan santai memeluk dan menyentuhnya dengan akrab telah menjadi pria dewasa yang telah memiliki tubuhnya. Pria yang telah mengambil seks pertamanya.
Memang benar beberapa tahun terakhir ini Sarada mulai mencintainya, tapi kejadian yang menimpa mereka berdua kemarin, benar-benar di luar pikirannya.
Meski semalaman Sarada berusaha keras untuk menerima apa yang telah terjadi, namun kenyataannya ia bahkan tak sanggup berangkat ke sekolah hanya karena belum siap bertemu dengan Boruto. Bukan karena kecewa, bukan pula karena membencinya, tapi karena ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan dan sikap seperti apa yang harus ia tunjukan pada Boruto.
Tapi, saat ini pria yang sangat ingin ia hindari justru berada di dalam kamarnya, dengan wajah penuh rasa bersalah. Sarada tidak tahu lagi, apa yang harus ia katakan ketika pria itu melontarkan kata maaf padanya.
Jujur saja, ia benar-benar belum siap bertemu dengan Boruto. Apalagi dalam keadaannya yang sekarang. Wajah sembab, mata bengkak dengan lingkaran hitam, rambut berantakan, juga pakaian tidur yang kusut. Karena semalaman ia tak bisa tidur dengan nyenyak.
"Kita harus bicara," kata Boruto. Ia mengusap butiran air mata yang membasahi pipinya. "Kau sudah sarapan?"
Sarada menggeleng pelan. Wajahnya masih tampak tegang karena terkejut dengan sosok Boruto di hadapannya.
"Kalau begitu bersihkan dirimu, lalu aku akan menyiapkan sarapan untukmu. Setelah itu, baru kita bicara."
Boruto beranjak dari duduknya kemudian melangkah pergi keluar kamar. Ia menuruni tangga menuju dapur, dan tampak seorang perempuan muda sedang membersihkan ruang dapur. Perempuan itu bernama Ayame. Ia adalah asisten rumah tangga keluarga Uchiha.
"Selamat pagi Nona Ayame," sapa Boruto ramah.
Perempuan bernama Ayame itu sedikit berjengit karena terkejut dengan sapaan Boruto.
"Ah, Tuan Muda Uzumaki," kata Ayame sembari mendesah lega, satu tangannya mencengkeram dadanya karena reaksi terkejutnya menahan debaran jantungnya yang meningkat karena kaget. "Ada yang bisa saya bantu, Tuan?"
"Ah tidak perlu, Nona Ayame. Aku hanya ingin membuatkan susu hangat dan roti selai untuk Sarada."
"Biar saya siapkan, Tuan."
"Tidak, biar aku saja. Terima kasih Nona Ayame."
Boruto mulai menyiapkan beberapa lembar roti dengan selai kacang dan cokelat lalu membuatkan segelas susu hangat.
"Apa Nona Muda sedang tidak baik?" Tanya Ayame pada Boruto yang sedang menata rapi sarapan Sarada pada nampan.
Pertanyaan Ayame membuat Boruto menerawangkan pikirannya. Ia berpikir bahwa kondisi Sarada yang tidak baik adalah ulahnya. Dia yang membuat keadaan Sarada buruk pagi ini.
"Yeah, kurasa begitu. Permisi Nona," Boruto melewati tubuh Ayame sembari menundukkan kepalanya, memberikan penghormatan sopan kepada Ayame yang lebih tua darinya.
Sesampainya di kamar Sarada, Boruto semakin merasa bersalah saat melihat Sarada duduk pada sofa di depan kaki ranjangnya. Gadis itu menatap kosong ke depan, tangannya bergerak pelan mengusap wajahnya dengan handuk. Ia masih menggunakan piyamanya, dan rambutnya masih berantakan. Sepertinya, Sarada hanya membasuh wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Mistake [BoruSara]
Fanfiction21+ ✓ selesai di PDF sebuah kesalahan fatal yang dilakukan Boruto dan Sarada mengharuskan hidup mereka berubah drastis... sanggupkah mereka menghadapi pahitnya hidup dan masalah yang datang secara bertubi-tubi?? disclaimer: Masashi Kishimoto pair: B...