Delapan

1.5K 74 10
                                    

Tegang. Hal itu yang sedang dialami oleh Sarada saat ini. Di dalam mobil Boruto yang nyaman, ia merasa gerah karena kegugupan yang menyerangnya. Dadanya terus saja berdebar-debar. Jelas sekali bahwa Boruto tadi mengajaknya melakukannya lagi. Untuk yang ke dua kalinya.

Bodoh. Sarada benar-benar merasa bodoh. Mengapa ia tak bisa menolak ajakan Boruto? Mengapa ia malah duduk di dalam mobil Boruto, membiarkan pria itu membawanya pulang ke rumahnya untuk melakukan... seks?

Sarada menunduk dalam memejamkan kedua matanya dengan begitu rapat, sedikit menyesali apa yang telah ia lakukan. Ia mendesah panjang kemudian kembali mengangkat wajahnya, menatap jalanan depan masih dengan ketegangan. Tak sekali pun ia berani menoleh ke arah samping, dimana Boruto duduk mengemudikan mobilnya. Ia bahkan tidak tahu, bahwa pria itu sama tegangnya seperti dirinya.

Dada Sarada mencelos saat mesin mobil Boruto mati. Ia terkejut saat menatap sekeliling dan telah sampai di garasi rumah Boruto. Mata Sarada bergetar, keringat dingin keluar dari pori-pori telapak tangannya.

Ia sudah terbiasa datang ke kediaman Uzumaki. Ia biasa keluar masuk rumah ini dengan bebas, bahkan menginap di rumah megah ini pun hal yang biasa baginya. Seharusnya, hal biasa itu tak lagi membuat tubuhnya menegang saat ia tiba di rumah megah dan besar milik keluarga Boruto. Jika saja, niatnya datang kemari bukan untuk melakukan seks bersama Boruto, mungkin ia tak akan setegang ini.

Sarada menelan saliva-nya dengan kasar. Ia terlonjak saat Boruto meraih helaian rambut hitamnya seakan ia mengerti keadaan hati Sarada.

"Kau membuatku kaget, Boruto," kata Sarada kaku.

"Kau tegang sekali. Ini bukan yang pertama bagimu menginjakkan kaki di sini kan, Sarada?"

Sarada hanya diam. Memang bukan yang sekali tapi entahlah, rasanya tetap saja berbeda. Boruto keluar dari mobil, mengitari bagian depan mobilnya lalu membukakan pintu untuk Sarada dan membantunya keluar dari mobil.

Boruto bisa merasakan betapa dinginnya jari-jari Sarada yang lentik saat ia menerima uluran tangan Sarada. Ia menggenggam jemari Sarada, mencoba memberi ketenangan pada gadis itu.

Tenggorokan Sarada mengering. Saat kakinya memasuki pintu rumah Boruto, adik perempuan Boruto menyambut kedatangannya dengan riang. Uzumaki Himawari, gadis dengan helaian rambut berwarna indigo, mata biru yang sama persis dengan mata Boruto. Jika saja usia Himawari dan Boruto tak berpaut tiga tahun, mungkin mereka akan seperti anak kembar. Wajah mereka begitu mirip, hanya rambut mereka yang berbeda warna.

Himawari berusia lima belas tahun, ia masih duduk di kelas tiga SMP. Tentu saja gadis itu sedang menikmati masa bebas belajarnya karena baru selesai melewati masa ujian akhir.

"Sarada nee-chan," sambut Hima saat melihat sosok Sarada memasuki ruang tamu. "Lama tak bertemu, bagaimana kabarmu?"

"Em, aku-baik," jawab Sarada gugup.

Himawari mendelik pada Sarada yang gelagatnya terlihat aneh baginya. Ia menemukan wajah Sarada tampak pucat.

"Nee-chan sedang sakit?" Himawari meletakkan punggung tangannya di kening Sarada yang mengeluarkan keringat dingin.

"Jangan ganggu Sarada dulu, Hima," sergah Boruto.

Hima mendelik tak suka pada kakaknya yang melewatinya begitu saja sembari menepis tangan Hima dari kening Sarada.

Sarada terkikik melihat wajah imut Himawari yang menunjukkan raut kesal terhadap Boruto.

"Jangan khawatir Hima, aku baik-baik saja," kata Sarada mengacak rambut Hima dengan gemas. "Kau sedang menikmati kebebasanmu?"

Our Mistake [BoruSara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang