Sebelas

1.2K 61 1
                                    

Boruto tengah asyik menikmati mie soba di kantin sekolah bersama Inojin, Shikadai, dan Mitsuki. Perhatiannya teralihkan saat mendengar suara yang sangat berisik. Tiga orang gadis tengah berjalan memasuki kantin, tampak sedang asyik mengobrol dan tertawa-tawa riang. Salah satu di antara mereka adalah Sarada. Boruto tak memperhatikan dua gadis lain. Yang ia perhatikan hanya Sarada.

Gadis itu tampak yang paling kalem diantar dua sahabatnya, yaitu Chouchou dan Yodo. Meski sebenarnya,Sarada adalah yang paling bar bar di antara mereka. Sarada jika sedang marah sangat mengerikan. Dan biasanya Boruto lah yang selalu terkena amukan Sarada sebagai pelampiasannya.

Sarada tampak sedang memilih menu makanan. Di lihat dari sisi mana pun, Sarada tetap terlihat cantik. Seolah sadar bahwa sedang di perhatikan, Sarada menoleh pada Boruto yang termangu memandanginya. Dan dengan ekspresi lembut, Sarada melemparkan senyuman yang sangat manis pada Boruto. Meski jantung Boruto bagai di hentakkan, Boruto berusaha stay cool dengan membalas senyuman Sarada sama manisnya.

Boruto mengacungkan jari telunjuknya mengarah ke atas sebagai isyarat untuk Sarada bahwa dia ingin Sarada menemuinya di atap sekolah. Sarada yang sudah mengerti maksud dari sinyal Boruto hanya mengangguk sekali lalu kembali memilih menu makan siangnya.

☘️☘️☘️

"Kau baik-baik saja?" tanya Boruto saat akhirnya Sarada datang menemuinya di atap sekolah. Sarada hanya mengangguk, tak mengeluarkan suara untuk menjawab Boruto.

"Mengapa tiba-tiba kau jadi pendiam?"

"Aku hanya merasa tidak tenang."

"Jangan terlalu berat memikirkannya, Sarada. Kita sedang dalam ujian. Fokus saja pada ujian kelulusan kita."

"Kau pikir mudah melakukannya? Aku berusaha mengabaikannya tapi aku tidak bisa. Aku selalu merasa takut saat menatap wajah Papa. Seolah-olah aku merasa bahwa Papa bisa saja membaca pikiranku saat aku menatapnya. Aku ketakutan setengah mati," Sarada mulai sedikit emosi.

Boruto menatap lekat pada bola mata Sarada yang bergetar.

"Maafkan aku Sarada, aku mengabaikan posisimu," kata Boruto penuh sesal.

Hening. Mereka terdiam dalam waktu yang cukup lama. Sampai Sarada menghembuskan napas panjang dan mengepalkan tangannya dengan kuat, seolah sedang menguatkan hatinya.

"Sebenarnya, aku terlambat haid."

Tubuh Boruto bagai di sambar petir. Matanya terbelalak kaget. Dadanya serasa sesak, sulit untuk mengambil napas. Sudut bibirnya bergetar.

Pernyataan Sarada menghantam kuat ulu hati Boruto. Entah mengapa perasaannya berkata bahwa apa yang terjadi sore itu telah meninggalkan bekas sebagai pengikat antara dirinya dengan Sarada.

"Berapa hari kau terlambat?" tanya Boruto dengan suara tercekat.

Sarada menatap bola mata biru Boruto, ia tak bisa menyembunyikan hal ini lagi, karena Boruto berhak tahu. Meski ia berniat memberitahu Boruto saat hari terakhir ujian mereka. Ia tak bisa lagi menunggu meski hanya dua hari sekali pun. Ia tak sanggup menghadapi beban ini sendirian.

"Sebenarnya, sudah hampir tiga minggu," jawab Sarada lirih. Ia menunduk, tak berani menatap mata Boruto.

"Tiga minggu?" Sentak Boruto tak percaya. Sarada hanya mengangguk mengiyakan.

Boruto marah. Ia marah karena Sarada baru memberi tahunya setelah Sarada terlambat tiga minggu dari tanggal haid-nya. Padahal Sarada sudah berjanji padanya akan memberitahunya jika ia terlambat datang bulan meski hanya sehari.

"Maafkan aku, Boruto. Aku hanya tak ingin kau terbebani hingga mengganggu ujianmu."

"Lalu bagaimana denganmu? Apa kau tidak merasa terganggu memikirkan hal ini sendirian?""

Our Mistake [BoruSara]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang