00

409 38 1
                                    

Bertubuh tinggi, kulit bersih, muka lumayan, juga kemampuan yang luar biasa. Dianugerahi miliaran sel-sel otak yang sangat berfungsi baik di berbagai bidang mata pelajaran juga kemampuan fisik di segala cabang olahraga. Anak orang kaya yang setiap harinya selalu diantar jemput mobil sedan hitam. Populer dan mempunyai peranan penting dalam organisasi siswa paling berkuasa di sekolah-Sekretaris OSIS.

Namanya, Juno D. Djuanda.

Salah satu siswa yang masuk ke dalam kelas paling bergengsi di sekolah ini. Para penerus dan pemangsa paham teori-teori ilmuwan terkemuka seperti Albert Einstein dan Isaac Newton.

Intinya, dia itu sosok yang nyaris mencetak kata sempurna.

Akan tetapi, ini bukan kisah yang terpusat hanya untuk dia.

Ini juga kisah gue.

Salah seorang anggota klub Voli sekolah yang mendadak jadi tenar. Bukan karena berhasil mencetak 25 poin secara berturut-turut dalam satu game set. Bukan juga karena kelebihan gue dalam berbohong kecil. Tapi karena seseorang yang tiba-tiba datang dan mengobrak-abrik kehidupan gue.

"Hei, cemberut aja. Entar manisnya berkurang, loh." Gue langsung melengos tidak sudi.

Laki-laki yang lagi seenak jidatnya meneguk air mineral milik gue ini lagi-lagi bersikap sok akrab.

"Ayo jalan nanti malam. Gue jemput."

"Ogah!"

Karena dia, gue jadi tenar sebagai buronan. Ya, buronan para anggota grup rahasia. Gue sendiri enggak terlalu peduli meskipun orang-orang gila di grup itu mungkin sudah pasang harga untuk kepala gue atau pun hal-hal yang ada di diri gue.

"Bisa kagak berhenti ngintilin gue?! Gue mau ganti baju, anjir!"

"Kenapa? 'Kan sama-sama cowok juga. Takut banget gue perkosa."

"Bangsat!"

Iya. Dia adalah Juno, si cowok famous yang ke-BANGSAT-annya sudah men-DNA-Darah daN dAging.

Sialnya, kenapa harus gue?!

"Ayo jadi pacar gue, Bi. Gabut banget gue nih."

"OGAH BANGSAT! NAJIS!"

Pula pikirannya yang tidak bisa digapai oleh akal sehat gue.

"Kali ini gue minta baik-baik, deh. Tolong, berhenti gangguin gue, ya? Gue capek. Capek mental, dimenelin sama elo mulu."

"Oke." Gue pikir, dia bakal mengerti bagaimana risihnya gue karena kehadiran dia. Tapi, sudah gue bilang sebelumnya, 'kan?

"Tapi, elo harus jadi pacar gue dulu, Bi."

Dia itu bangsat.

B-A-N-G-S-A-TE! Dibaca BANGSATE. Gak pake spasi.

"BODO AMAT BANG-ehh ... Nggak, Ma. Azmin nggak ngomong kasar, kok."

Hidup gue berjalan tenang pada awalnya. Sampai si makhluk nyaris perfect-ralat; perf*ck, datang menyerang, menjajah, dan mengacaukan segalanya. Maka terciptalah kisah paling terbodoh di hidup gue.

Bersama dia, Juno bangsat-e yang sering gue panggil dengan nama panggilan sayang ....

"Dasar bangsat lo, Coro!"

... Inilah kisah gue dengan si Coro.

<<•>>

WWWY? [YunGi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang